Pemimpin dan Tokoh Gereja Asmat Peduli KIA dan Gizi

Pemimpin dan Tokoh Gereja Asmat Peduli KIA dan Gizi

Pada November 2019 lalu, Wahana Visi Indonesia (WVI) melalui program Asmat Hope, kembali memfasilitasi masyarakat untuk lebih mengenal isu-isu kesehatan ibu dan anak (KIA) serta gizi melalui lokakarya sehari. Kali ini, pesertanya berasal dari para pemimpin, tokoh gereja Kristen dan Katolik serta staf Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Papua.

Berdasarkan hasil asesmen tersebut, maka para pimpinan serta tokoh gereja mengambil tindakan nyata dengan mendukung terciptanya kesehatan yang berkesinambungan. Itulah mengapa, para Pastor Kepala Paroki Warse dan Paroki Yaosakor, Pater Wilhelmus Warat Bungan, OFM dan Pater Yan Bria, OSC juga turut memfasilitasi lokakarya serupa di paroki mereka.

Para pastor kepala paroki tersebut berkolaborasi dengan WVI dalam memfasilitasi  lokakarya  selama 3 hari bagi para tokoh agama Katolik dan Kristen di Desa Damen, Desa Warse, Desa Akamar, dan Desa Birak.

Saat ini, WVI sedang mengimplementasikan program pengembangan masyarakat di empat desa yang ada di wilayah layanan Paroki Warse dan Paroki Yaosakor tersebut. Para peserta belajar bersama di gedung serba guna Paroki Warse dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan aksi wujud kepedulian mereka terhadap isu KIA dan gizi yang dihadapi oleh umat/jemaat gereja mereka masing-masing. Hasil pre test dan post test menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan sebesar 29%.

Pada hari terakhir lokakarya, para peserta melakukan aksi memicu umat/jemaat dengan topik yang disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh umat/jemaat di gereja masing-masing. Peserta dibagi menjadi tiga tim, sesuai dengan wilayah masing-masing, yaitu: tim Damen (Paroki Yaosakor), tim Warse (Paroki Warse), dan Tim Gereja Persekutuan Kristen Alkitab Indonesia (GPKAI) di Birak. Tim Damen mengangkat isu Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Tim Warse mengangkat topik makanan ibu hamil, tim GPKAI mengangkat isu makanan ibu hamil dan pentingnya suami mendampingi istri yang sedang hamil.

Semua tim mempersiapkan diri sebaik-baiknya, termasuk alat-alat peraga yang digunakan, seperti: gambar-gambar, boneka yang dibuat dari handuk, model payudara, dan kartu konseling. Kegiatan dilakukan setelah selesai ibadah/misa/kebaktian di gereja. Para tokoh gereja tampak cukup percaya diri menyampaikan pesan yang tidak pernah mereka bawakan sebelumnya. Para umat juga antusias mengikuti kegiatan tersebut.

“Kami akan terus melakukan kegiatan seperti ini di gereja,” tekad Pak Karel Unas dari Damen.

 

Ditulis oleh: C. Vita Aristyanita, BCC Specialist Wahana Visi Indonesia


Related Articles