Bahagianya Ros Setelah Jadi Tutor Rumah Baca di Biak

Bahagianya Ros Setelah Jadi Tutor Rumah Baca di Biak

Berbagi ketika dalam kelimpahan itu mudah. Sebaliknya, berbagi saat kekurangan tentu jadi ujian yang berbeda. Tidak semua orang bersedia diuji untuk berbagi saat masa sulit atau kondisi tidak menentu. Tapi bukan berarti tidak ada orang yang bersedia untuk melakukan hal besar ini. Hebatnya, justru bukan orang dewasa yang bersedia, melainkan sosok seorang anak remaja perempuan di salah satu desa di Biak, Papua. Biasa dipanggil Ros, yang saat ini menjadi siswi SMA, adalah seorang yang luar biasa karena di tengah tantangan hidupnya, ia setia mendampingi dan membagikan hidupnya untuk anak-anak lain di kampungnya. 

Setiap hari, Ros harus berjalan kaki sejauh 8KM untuk bisa sampai ke sekolahnya. Sebagai seorang anak petani, sepulang sekolah Ros juga membantu berkebun. Kesehariannya bertambah sibuk karena Ros juga aktif mengikuti kegiatan kelompok anak dan mendampingi adik-adik di Rumah Baca. Meskipun sehari berjalan cepat dan melelahkan, tapi Ros tetap bisa berkata, “Saya bahagia bisa ada Rumah Baca karena di sini adik-adik sebenarnya rajin ke sekolah tapi karena tidak ada guru, mereka jadi tidak bisa belajar. Karena ada Rumah Baca, tidak bisa menulis tapi mereka bisa datang, coba menulis. Tidak bisa baca tapi di sini bisa lihat-lihat buku, coba baca-baca, eja-eja,”. 

Ros sendiri menyadari bagaimana menantangnya kondisi pendidikan dasar di kampungnya. Ia menyaksikan bagaimana semangat belajar adik-adik kecil di kampungnya tidak bersambut dengan kehadiran guru di kelas. “Mereka datang pagi, mereka tunggu tapi guru tidak datang. Jadi mereka ke sekolah hanya main lalu pulang. Mau ke perpustakaan juga buku-buku sudah dimakan rayap, perpustakaan kotor, tidak bisa baca di sana,” cerita Ros. 

Dengan adanya Rumah Baca, Ros merasa kembali memiliki harapan untuk masa depan anak-anak di kampungnya. “Saya bangga bisa bantu-bantu adik-adik belajar membaca, menulis, berhitung di Rumah Baca,” tuturnya. 

Selain berperan sebagai salah satu tutor termuda di Rumah Baca, Ros juga aktif dalam kegiatan kelompok remaja yang fokus mengembangkan keterampilan hidup. Dikemas dalam bentuk pelatihan, Ros dan anak remaja lainnya mendapat wawasan baru mengenai perlindungan diri dari kekerasan dan juga tentang kepemimpinan. Melalui pelatihan ini, Ros merasa makin yakin saat mengungkapkan aspirasi, menyusun rencana masa depan dengan tepat, dan berani berpartisipasi. 

Sekarang, mimpi Ros semakin tegas. “Di kampung ini tidak banyak anak-anak remaja yang melanjutkan pendidikan tinggi. Banyak yang berhenti karena pergaulan bebas dan tidak punya keterampilan. Saya ingin kita tinggal di kampung, tapi punya cita-cita yang tinggi. Jadi, bisa belajar lebih giat dan menjaga diri dari perilaku yang salah,” harapnya. 

Mimpi besar Ros, yang berada di tempat terjauh dan tertinggal, dapat benar-benar terwujud bila terus ada harapan di dalamnya. Dan harapan dapat datang dari mana saja, termasuk dari kita semua yang terpanggil untuk mendukung peran Ros saat ini. Bersama WVI, ambil peran Anda sekarang, jadilah seorang sponsor anak yang sangat berarti bagi anak-anak seperti Ros dan adik-adik kecil di kampungnya. 

 

 

Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait