Makin Aman karena Teksiban Buatan Anak Kampung Melayu

Makin Aman karena Teksiban Buatan Anak Kampung Melayu

Menetap dan bertumbuh di lingkungan yang rutin banjir membuat Nazriel terusik untuk melakukan sesuatu. Ia menyadari kalau sebenarnya bencana bisa diprediksi, risikonya bisa dikelola, dan dampaknya diminimalisir. Anak-anak dan masyarakat tetangganya ataupun yang berada di RT lain juga dapat belajar beradaptasi dengan bencana banjir yang kerap melanda daerah Kampung Melayu, Jakarta Timur ini. 

Berangkat dari situasi tersebut, Nazriel tanpa ragu mengambil peran agar daerah Kampung Melayu makin siap siaga. Sebagai anak muda yang menekuni dunia teknik, Nazriel memanfaatkan keterampilannya ini untuk memperbaharui alat deteksi dini banjir yang sudah ada di bantaran sungai yang melintas daerah Kampung Melayu. Alat deteksi dini banjir (teksiban) tersebut dipasang oleh BPBD agar masyarakat dapat mengetahui ketinggian air sungai yang sudah rawan banjir. Hanya saja, pengeras suara teksiban tersebut tidak cukup kuat untuk mencapai rumah-rumah warga. Nazriel pun menjadi anak muda yang mengisi kesenjangan ini. 

“Selain itu, teksiban yang sudah ada ini belum bisa menjangkau seluruh rumah yang berada di dekat sungai. Sehingga saya mencoba melakukan inovasi dengan membuat teksiban ini, yang cocok dengan situasi di daerah sini,” ujar siswa salah satu SMK di daerah Jakarta Timur. 

Ide Nazriel untuk membuat teksiban khas Kampung Melayu pun difasilitasi dan dikembangkan bersama tim project ANTICIPATION. Project ini merupakan kerja sama antara WVI dengan ADH yang implementasinya menggunakan pendekatan aksi antisipatif yang berfokus pada anak serta inklusif. Setelah berdiskusi, survey, dan uji coba, Nazriel dan tim dapat meluncurkan teksiban hasil karya anak Kampung Melayu. 

“Teksiban ini memiliki panel surya di bagian atas sebagai sumber energi kalau siang hari. Di dalamnya ini ada baterai sebagai sumber energi kalau malam hari. Selain terdapat perangkat deteksinya, di bagian bawah juga terdapat sensor untuk memantau ketinggian air. Kemudian ada alarm sirine yang akan berbunyi ketika sensor mendeteksi ketinggian air,” jelas Nazriel mengenai teksiban tersebut. 

Dengan adanya teksiban hasil karya dari Nazriel dan timnya, semakin banyak anak-anak dan masyarakat yang dapat memperoleh informasi peringatan dini. Selain itu, dengan adanya project ANTICIPATION, anak dan masyarakat pun paham dan mampu melakukan aksi antisipasi atau aksi dini bila bencana banjir terprediksi melanda. 

“Saya senang dapat berkontribusi dalam peringatan dini untuk aksi antisipasi di kelurahan. Saya dapat membantu warga untuk melakukan aksi dini serta memperoleh kesempatan untuk membangun jejaring dan bekerja sama dengan organisasi yang menangani kebencanaan,” pungkas Nazriel. 

Dengan adanya sistem peringatan dini yang cocok dengan karakteristik daerahnya, serta dilengkapi dengan aksi antisipasi menghadapi bencana, masyarakat Kampung Melayu, terutama anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas, dapat makin terhindar dari akibat bencana yang dapat mengancam kesejahteraan semua pihak. 

 

 

Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait