Kelola Lahan Kosong, Wanita Ini Berhasil Bantu Ekonomi Keluarga

Kelola Lahan Kosong, Wanita Ini Berhasil Bantu Ekonomi Keluarga

Melakukan aktivitas ibu rumah tangga adalah hal yang biasa dilakukan Maria Hoar (38). Namun, ini kali pertama baginya untuk mengelola lahan kosong milik gereja dan menjadikannya sebagai lahan hortikultura. Tak disangka, keputusannya tersebut mampu membantu perekonomian rumah tangga keluarga, terutama di masa pandemi Covid-19.

Bersama dengan belasan wanita lainnya yang tergabung dalam kelompok perempuan, termasuk ibu pendeta GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor), Maria mengupayakan lahan kosong milik gereja seluas 25 Are. Setiap orang dipercayakan menggarap dua bedeng dengan ukuran lebar 1 meter dan panjang 20 meter. Kelompok wanita ini menggunakan ketersediaan air di lahan tersebut, sehingga lahan mereka tidak pernah kering.  

“Saya mengusahakan tanaman sayuran kangkung dan sawi. Pilihan komoditi ini sengaja diambil agar dalam setiap bulannya antar 25-30 hari saya sudah bisa memanen hasilnya. Walaupun hanya dengan mengangkat atau memikul air dengan dua ember saja, saya tetap semangat menyiram setiap pagi dan sore hari. Aktivitas ini sudah saya lakukan sejak bulan Mei 2020. Suami juga sering membantu jika aktivitasnya di sawah irigasi sudah tidak padat lagi,” cerita Maria.

Di tengah keberhasilannya, Maria mengaku terdampak pascabencana badai yang terjadi di wilayahnya pada April 2021 lalu. Namun, lewat koordinasi dengan kepala desa setempat, Maria dan kelompok tani perempuan mendapatkan bantuan bibit hortikultura dari proyek Moringa Wahana Visi Indonesia, yang didanai oleh Australian Aid, untuk melanjutkan kegiatan pertanian pascabencana.

“Saya dan ibu-ibu merasa tertolong sekali karena memang pada saat itu situasi dan kondisinya sangat sulit. Lewat koordinasi dengan pengurus GMIT di bagian aset dan pendeta juga, saya dan teman-teman difasilitasi oleh WVI untuk melihat lokasi hortikultura di Desa Besmarak yang juga menjadi lokasi demoplot irigasi tetes dilakukan,” ungkap ibu empat anak ini.

Selain menerima bantuan bibit, Maria mengaku mendapatkan manfaat dari pendampingan yang dilakukan WVI. Kunjungan di desa lainnya membuat ilmu Maria akan pertanian semakin bertambah.

“Dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan penyiangan, sampai dengan panen. Penerapan teknologi irigasi tetes inilah yang membawa semangat baru bagi saya dan teman-teman untuk merubah kebiasaan menyiram kami yang manual tersebut menjadi lebih efisien dan efektif apalagi hanya di lahan seluas itu,” jelasnya terkait ilmu baru tersebut.

Kini Maria dan para wanita lainnya semakin berkomitmen untuk menghasilkan. Merekka telah mengajukan proposal bantuan ke berbagai pihak dan membuat kontrak bersama gereja untuk pengelolaan lahan selama 2 tahun ke depan.

Ditulis oleh: Matheos Dima, Staf PJI dan Putri Barus, Communications Officer Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait