Politeknik Negeri Pertanian Kupang Hadirkan Berbagai Stakeholders dalam Konsorsium Living Lab

Politeknik Negeri Pertanian Kupang Hadirkan Berbagai Stakeholders dalam Konsorsium Living Lab

Politeknik Negeri Pertanian Kupang bekerjasama dengan Van Hall Larenstein Applied Science University Netherlands dari pendanaan Nuffic, Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) mengadakan konsorsium living lab.

Konsorsium ini mengundang stakeholders seperti Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Dinas Perdagangan Provinsi NTT,  Wahana Visi Indonesia (WVI), ICRAF NTT, Kadin NTT, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi NTT, Indomart, Bank NTT, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT, Petani dan Pelaku Pertanian Organik, serta UMKM di bidang hortikultura. 

Pemateri dari Van Hall Larenstein University of Applied Science The Netherlands, Marco menjelaskan konsep living lab mengatakan dia bersama dua rekannya yakni Heinz dan Euridice hadir untuk mendengar secara langsung permasalahan yang dihadapi oleh stakeholders.

“Living lab bertujuan membentuk konsorsium bersama untuk menjawab permasalah daerah,  menciptakan pertanian cerdas iklim di bidang pertanian, upaya mengatasi krisis pangan, mitigasi perubahan iklim, dan masalah-masalah sosial lainnya yang dipersiapkan untuk pengembangan model bisnis untuk lembaga vokasi. Model bisnis ini diidentifikasi dengan pola rantai nilai,” ujarnya Selasa, 28 Mei 2024 di Aula Sotis Hotel Kupang.

Marco juga berterima kasih pada Politani Kupang, yang telah menghadirkan stakeholders dan peserta pelatihan yang berasal dari Politani Kupang dan SMK. 

“Saya berterima kasih kepada Politani Kupang, karena telah menghadirkan pemangku kepentingan dalam diskusi ini. Dalam pola rantai nilai produsen bekerja bersama, dalam satu kelompok atau komunitas. Kemudian mereka terlibat di organisasi yang bersifat kooperatif bekerjasama dengan lembaga swasta,” kata Marco.

Universitas atau perguruan tinggi lanjut Marco, berperan penting dalam berbagai macam riset termasuk dalam living lab dimana mahasiswa akan dilibatkan. 

“Dalam diskusi ini kita bisa melihat pendekatan living lab dari berbagai macam pemangku kepentingan yang sifatnya kompleks, baik secara teknis maupun sosial. Living lab ini melibatkan lintas disiplin ilmu dan akan berdampak pada pengembangan sebuah kebijakan di level pemerintahan,” jelas Marco.

Living lab yang diadakan oleh Van Hall Larenstein University of Applied Science The Netherlands sudah pernah diterapkan di beberapa negara. 

“Ada langkah-langkah pengembangan living lab yakni identifikasi stakeholders, menetapkan agenda yang dijalankan dan berbagi ilmu pengetahuan, konsolidasi untuk mengembangkan perencanaan di masa mendatang, memberikan kontribusi pada ketahanan pangan dan mitigasi perubahan iklim serta melakukan riset untuk solusi yang berkesinambungan,” ungkap Marco.

Politani Kupang lanjut Marco, berperan dari segi edukasi yang akan mengintegrasikan sistem pertanian secara nyata atau real time di lapangan sekaligus memberikan edukasi bagi mahasiswa Politani Kupang.

“Peran stakeholders dalam diskusi ini adalah menyumbangkan pikiran dalam pola rantai nilai, masalah atau hambatan yang ditemukan di lapangan, meminimalisir resiko, membahas kemungkinan komoditas di supply ke restoran atau hotel, persamaan persepsi tentang pertanian organik, perspektif living lab di kurikulum atau institusi,” imbuhnya.

 

Sumber: Politeknik Negeri Pertanian Kupang Hadirkan Berbagai Stakeholders dalam Konsorsium Living Lab  - Pos-kupang.com (tribunnews.com)


Artikel Terkait