Program Peningkatan Ekonomi Keluarga

Sektor ekonomi Wahana Visi Indonesia bertujuan untuk mengatasi kemiskinan yang berdampak pada rendahnya kemampuan orang tua/pengasuh dalam memenuhi kebutuhan anak (melanjutkan sekolah, makan tiga kali sehari, dan akses ke layanan kesehatan)

Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan adalah ketika semua orang setiap saat memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan, yang aman dan dikonsumsi dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan diet dan preferensi pangan mereka dan didukung oleh lingkungan dengan sanitasi yang memadai, layanan kesehatan, dan perawatan, yang memungkinkan untuk hidup sehat dan aktif. Empat pilar ketahanan pangan adalah Ketersediaan, Aksesibilitas, Pemanfaatan, dan Stabilitas. Melalui kebun dapur, para orang tua dibekali dengan pelatihan keterampilan untuk membuat kebun gizi, memanen hasil panen dari kebun gizi, dan memberikannya kepada anak-anak mereka untuk meningkatkan kesehatan mereka.

  • 2.980 orang tua atau pengasuh dilatih untuk membuat kebun pangan keluarga/kebun gizi/kebun sayur dan menyiapkan makanan.
  • 10.644 anak mendapat dukungan melalui program gizi WVI
  • 3.463 anak dan ibu mengonsumsi sayuran dari kebun gizi. 

Livelihood

  • 4.215 petani didukung melalui pelatihan mata pencaharian (pertanian organik, peternakan ikan nila)
  • 9.205 anak berada dalam rumah tangga yang orang tua atau pengasuhnya didukung oleh program mata pencaharian yang didukung oleh WVI
  • 1.894 rumah tangga mendapatkan bantuan aset fisik/pendukung mata pencaharian (seperti ternak, pertanian, peralatan, dan lain-lain, tidak termasuk uang tunai dan voucher)
  • 48.160 petani menerima bantuan dari WVI
  • 15.646 orang menerima pelatihan Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices).

Bantuan tersebut disalurkan dalam bentuk bibit pisang (7.000), kolam (9), sumur bor (1), dan benih ikan nila (630) melalui proyek FORTE oleh Program Area Ternate. Hasil evaluasi di Program Area Ternate adalah bahwa pelatihan dan pendampingan dapat meningkatkan ketahanan dan pengetahuan petani. Namun, peningkatan kapasitas masih diperlukan untuk memastikan keuntungan/pendapatan yang berkelanjutan (Laporan Evaluasi, 2021).

Inklusi Keuangan

Inklusi Keuangan berarti bahwa setiap orang (termasuk mereka yang paling rentan) memiliki akses ke produk dan layanan keuangan yang berharga dan terjangkau yang memenuhi kebutuhan mereka. Menurut data Findex terbaru (data 2021 akan dirilis), hampir sepertiga orang dewasa - 1,7 miliar - masih belum memiliki rekening bank pada tahun 2017. Inklusi keuangan telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor pendorong untuk mencapai 7 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Sejak tahun 2012, WVI, melalui kelompok-kelompok Tabungan untuk Transformasi (Savings for Transformation) _Accumulating Saving and Credit Associations (ASCA)_ telah mendorong rumah tangga untuk meningkatkan literasi keuangan mereka di berbagai bidang. Selama pandemi COVID-19, partisipasi keluarga dalam kelompok simpan pinjam sangat membantu para anggotanya. Jumlah kelompok hingga akhir tahun 2022 adalah 691 kelompok dengan 11.683 anggota. Jumlah tabungan dan aset masyarakat saat ini mencapai lebih dari 5 miliar rupiah.

Sejak tahun 2018 hingga 2022, WVI telah memberikan perlindungan sosial kepada 431.161 orang melalui Program Cash and Voucher Program (CVP) dengan total bantuan sebesar Rp 84.323.078.200,- sebagai modalitas untuk mendukung masyarakat terdampak melalui pendampingan pemulihan mata pencaharian dan membangun ketangguhan masyarakat.
 

Pendekatan/Approach

  • Farmer Managed Natural Regeneration (FMNR) adalah sebuah pendekatan untuk memulihkan dan memperbaiki lahan pertanian, hutan, dan padang rumput yang cepat, berbiaya rendah, dan mudah direplikasi.
  • Pengembangan Sistem Pasar (MSD) difokuskan pada peningkatan fungsi-fungsi pendukung yang penting serta peraturan dan regulasi yang relevan dengan transaksi pasar yang bersangkutan. Hal ini dilakukan dengan mendorong perubahan perilaku dan kapasitas pelaku sektor swasta, pelaku sektor publik, dan organisasi masyarakat sipil, serta hubungan mereka satu sama lain.
  • Pengembangan Sistem Pasar Inklusif (iMSD) adalah pendekatan fasilitatif yang menganalisis kendala sistemik dalam sistem pasar-bekerja di dalam rantai nilai untuk memberi manfaat bagi rumah tangga dan individu. Intervensi memberikan insentif kepada para pelaku pasar untuk mengubah cara mereka beroperasi agar bermanfaat bagi masyarakat miskin.
  • Saving for Transformation (S4T) _Accumulating Saving and Credit Association (ASCA)_ memfasilitasi sebuah platform yang berkelanjutan bagi keluarga untuk mengakses tabungan dan pinjaman kecil. S4T membangun ketahanan dengan memungkinkan anggota masyarakat mengembangkan keterampilan dan akses ke dana untuk mengatasi keadaan darurat rumah tangga, mempelajari strategi penanggulangan jangka panjang, fokus pada kesehatan, gizi, dan pendidikan anak-anak mereka, dan berinvestasi dalam mata pencaharian mereka.
  • Local Value Chain Development/LVCD bertujuan untuk memperluas pengetahuan produsen mengenai rantai nilai tertentu dan permintaan pasar serta menciptakan model bisnis yang berkelanjutan sehingga produsen dapat meningkatkan pendapatan dan meningkatkan mata pencaharian mereka.
  • Penguatan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). WVI juga melakukan beberapa upaya untuk mendukung Bumdes dalam proses pemasaran.
  • Kemitraan: memfasilitasi para pelaku usaha (mitra swasta, ISP, dan petani) untuk berkolaborasi di sektor-sektor potensial. Intervensi program pemasaran kolektif mampu membantu anggota untuk terus memasarkan produk pertanian melalui jaringan pemasaran kolaboratif yang telah dibangun. Keterlibatan dengan pelaku pasar (PSP dan ISP) dilakukan pada proyek Kelor, Eggciting, Cocoa Life, ICOPE, dan beberapa proyek AP untuk mendekatkan masyarakat dalam mendapatkan fasilitas usaha tani, usaha mikro, dan membuka akses pasar yang lebih luas.

 

 

Informasi lebih lanjut:

Yohana Benu (Head of Grant & Contract Acquisition Management)

Email: [email protected]