Harapan Bangkit Setelah Badai

Harapan Bangkit Setelah Badai

Ketersediaan pangan di Sumba Timur menjadi tantangan panjang yang mewarnai hari-hari masyarakat. Serangan hama belalang yang sering mengakibatkan gagal panen hingga ketersediaan air yang langka menjadi tantangan utama para petani. Banjir bandang akibat bencana alam siklon tropis Seroja yang terjadi April 2021 lalu memperparah kondisi dan menimbulkan ketakutan pada masyarakat. Banyak rumah, lahan pertanian, dan ternak warga yang terendam serta hanyut terbawa banjir bandang. Warga yang terdampak banjir harus mengungsi ke tempat yang lebih aman demi mencari keselamatan. Lahan pertanian warga pun turut menjadi korban karena dipenuhi dengan tumpukan lumpur, pasir, batu, dan potongan kayu tumbang. Lahan pertanian yang terendam banjir tersebut umumnya adalah lahan pertanian yang siap dipanen oleh para petani.

Bencana ini juga merusak fasilitas pertanian, yaitu saluran drainase yang ada di wilayah desa. Hal tersebut membuat para petani tidak dapat mengairi lahan pertanian di musim tanam tahun ini. Dalam menyikapi masalah ini, beberapa upaya telah dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah desa. Salah satunya adalah dengan bergotong royong memperbaiki saluran drainase menggunakan bahan lokal (potongan bambu dan terpal). Namun, bahan tersebut tidak dapat bertahan lama.

Saluran drainase yang sudah tidak berfungsi ini menyebabkan warga petani kesulitan mengairi lahan pertanian mereka. Mereka harus mencari cara alternatif untuk dapat mengairi lahan pertanian dengan mengunakan air sumur dan pipa. Untuk musim tanam tahun ini, warga pada umumnya akan memanfaatkan musim hujan untuk dapat bertani.

Kondisi ini menginisiasi Wahana Visi Indonesia yang didukung penuh oleh Citibank N.A., Indonesia (Citi Indonesia) untuk membantu meningkatkan taraf hidup dan kapasitas bertani para petani di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) setelah terdampak oleh bencana alam siklon tropis Seroja. Salah satu bantuan yang diberikan adalah pemberian bibit tanaman atau input pertanian (agricultural input), yang selaras dengan program pertanian berkelanjutan pemerintah untuk mengubah 10.000 hektar lahan menjadi food estate. Bantuan tersebut diharapkan mampu membangun kembali ketahanan pangan masyarakat sekitar.

“Saya sebagai petani yang terdampak dari bencana siklon tropis Seroja dan banjir sangat bersyukur dan sangat senang dengan adanya bantuan input pertanian yang di berikan oleh Citi Indonesia dan Wahana Visi Indonesia. Bantuan ini dapat menggantikan barang pertanian kami yang telah hanyut terbawa banjir. Saya menjadi lebih semangat lagi untuk kembali bertani, karena dari situlah saya dapat kembali menghidupi keluarga, apalagi saya seorang janda,” kata Susana, seorang petani perempuan berusia 58 tahun yang mendapat bantuan pemberian bibit dari program respons siklon tropis Seroja. Susana tinggal di Desa Lai Lunggi, Kabupaten Sumba Timur.

“Bibit holtikultura yang saya dapat sudah saya tanam di lahan saya. Hasilnya nanti untuk kami nikmati bersama keluarga. Jika ada yang lebih saya akan menjualnya untuk dapat membantu mencukupi kebutuhan dalam keluarga. Saya akan menjaga menggunakan dengan baik semua bantuan input pertanian yang saya terima,” lanjutnya.

Program kerja sama Citi Indonesia dan Wahana Visi Indonesia untuk respons Seroja ini berlangsung dari bulan Agustus hingga Oktober 2021 dan telah membantu sebanyak 168 keluarga di Provinsi NTT. Program ini merupakan salah satu perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan Citi Indonesia kepada masyarakat di bawah naungan CitiPeka, sebuah payung dari seluruh kegiatan kemasyarakatan yang diadakan oleh Citi Indonesia, yang pada tahun ini mengusung tema ketahanan pangan.

 

Ditulis oleh Ventia Sabatini, Area Program Manager Sumba Timur, Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait