Kelompok Menabung Awal Mula Usaha Kue Desa

Kelompok Menabung Awal Mula Usaha Kue Desa

Siti Rosma, Hajrah, dan Hayatan saat berbincang mengenai VSLA

Tak semua ibu rumah tangga yang hobi berkumpul selalu identik dengan bergosip. Hal ini terbukti di Desa Langgomali, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Ibu-ibu yang tergabung dalam VSLA (Village Saving Loan Accumulating) Polewali berkumpul sekali sebulan setiap tanggal 11 untuk menabung.  

“Biasanya kami berkumpul di rumah ibu Kepala Desa sekali sebulan, setiap Jumat jam lima sore untuk kegiatan VSLA. Waktunya sangat sesuai dengan kami karena rata-rata jam tersebut kami baru pulang dari lading,” kata Siti Rosma (49) membuka ceritanya tentang VSLA di Desa Langgomali.  

Tahun ini, VSLA Polewali memasuki siklus ke empat. Sekali siklus, waktu yang diperlukan adalah enam bulan. Sementara itu saham yang dikenakan bagi setiap anggota adalah Rp10.000. Menurut Siti Rosma, jumlah saham ini memudahkan setiap anggota untuk membayar.   

“Selain denda, kami biasanya ada dana sosial dan denda bagi anggota yang terlambat dan tidak membayar. Besarnya dana sosial adalah Rp1.000 per anggota per pertemuan. Sementara denda, Rp2.000 bagi anggota yang terlambat datang,” lanjut perempuan yang juga menjadi ketua VSLA Polewali tersebut.  

Hajrah (44) salah seorang anggota VSLA Polewali merasa bersyukur bisa ikut bergabung dengan kelompok menabung ini.

“Saya senang bisa bergabung karena di akhir siklus, saya mendapat saham tabungan saya dan juga pembagian bunga pinjaman dan pembagian jumlah denda,” ujarnya.  

Memang, selain menabung, para anggota juga bisa meminjam uang dari kelompok VSLA.  

“Kalau meminjam, besarnya pinjaman paling banyak adalah tiga kali dari jumlah saham yang dibayarkan. Besarnya bunga adalah 2% dari total pinjaman,” tambah Siti Rosma.  

Hak meminjam uang ini tentu menguntungkan para anggota. Selain Siti Rosma dan Hajrah, Hayatan (49) pernah meminjam uang dari VSLA.  

“Karena suami saya punya kebun kakao, jadi saya meminjam uang untuk kebun seperti membeli pupuk dan pestisida supaya bisa panen,” katanya.  

Tak hanya Hayatan, beberapa anggota lainnya juga meminjam uang untuk berbagai keperluan seperti membeli seragam dan peralatan sekolah anak.  

Sedangkan dana sosial yang terkumpul pada akhir siklus digunakan untuk kepentingan sosial seperti menjenguk anggota VSLA yang sakit dan juga disumbangkan ke masjid.   

Pada setiap akhir siklus, setiap anggota VSLA akan mendapat jumlah tabungan saham mereka berikut dengan jumlah bunga pinjaman dan denda  yang dibagi rata untuk setiap anggota.  

Pertemuan intens yang berlangsung setiap bulan ini memberi keuntungan sendiri bagi para ibu di Desa Polewali. Selain bisa bersilaturahmi, mereka bisa saling berbagi informasi dan belajar bersama. Gagasan baru pun muncul seperti membentuk usaha kue.   

“Tahun ini kami memulai usaha pembuatan kue pia aneka rasa. Awalnya hanya iseng, tapi ternyata kue pia ini disukai banyak pembeli,” kata Siti Rosma yang juga menjelaskan bahwa kue pia dijual Rp1.000 per buahnya.

Dalam pembuatan kue pia, anggota memiliki peran masing-masing. Ada yang mengolah adonan, mengemas dan menitipkan ke warung-warung. Rata-rata per bulan, kelompok VSLA Polewai bisa memproduksi 100 buah. Siti Rosma mengatakan, kue pia dipilih karena lebih awet dan disukai oleh semua orang. Hasil penjualan kue pia dibagi rata ke seluruh anggota.  

“Rencananya nanti kami akan tingkatkan produksi setelah ada oven yang lebih besar. Rencananya kelompok akan membeli oven dari tabungan dana sosial dari siklus VSLA berikutnya. Semoga bisa terlaksana,” harap Siti Rosma.

 

Ditulis oleh: Rena Tanjung, Communications Officer Wahana Visi Indonesia

 


Artikel Terkait