Menghasilkan Banyak Uang dengan Pertanian Hortikultura

Menghasilkan Banyak Uang dengan Pertanian Hortikultura

Banyak orang mengira pertanian hortikultura bukanlah sesuatu yang dapat menghasilkan banyak uang. Hasil panen yang tidak seberapa dengan waktu tunggu berbulan-bulan membuat kebanyakan orang tidak sabar memperoleh keuntungan. Namun pemikiran itu berhasil dipatahkan oleh Dahlan Tunika (59), seorang petani organik asal Pulau Hiri, Ternate.

Hampir separuh hidup Dahlan dihabiskan dengan melakukan aktivitas bercocok tanam. Sejak lulus dari SD, ia menjadi seorang petani ketela di tempat tinggalnya. Baru-baru ini, Dahlan dan istrinya mendapatkan bibit pisang dari Wahana Visi Indonesia Area Program (WVI AP) Ternate. Ia mengaku, pertanian hortikultura mampu menyejahterakan keluarganya, bahkan pertanian ini dapat memberikan keuntungan besar bagi para petani. Anak-anaknya pun bisa tetap bersekolah berkat hasil pertanian ini.

 “Satu kali hasil panen bisa dapat sembilan juta rupiah untuk lahan seluas satu hektare,”

Saat ini Dahlan lebih fokus pada tanaman hortikulura tomat dan cabai. Menurutnya harga tomat dan cabai saat ini sedang menguntungkan untuk petani. Selain itu tomat dan cabai merupakan komoditas yang menjanjikan untuk Kota Ternate, mengingat tingkat konsumsi tomat dan cabai yang tinggi.

Kini salah satu anak Dahlan, Juwita, juga telah merasakan manfaatnya. Juwita juga memperoleh keuntungan dari pertanian hortikultura organik. Ia juga dapat mengelola pendapatan dengan baik dan menyimpannya di ASKA (Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak).

Tepat pada 31 Mei 2021 lalu, Dahlan dan Juwita menerima bantuan lebih dari 800 bibit pisang raja dan pisang mulut bebek (mulu bebe). Dahlan percaya bahwa bantuan bibit pisang ini bukan hanya memberi dampak positif bagi petani, melainkan juga masyarakat Ternate itu sendiri, mengingat budaya mengonsumsi pisang di masyarakat Ternate sangatlah tinggi. Belum lagi banyak tempat-tempat pariwisata menjajakan pisang goreng mulu bebe yang seporsinya dibanderol Rp20.000.

“Saya melihat ada peluang bagus apabila petani mulai menanam pisang di kebun masing-masing. Selain bisa dikonsumsi pribadi, pisang ini merupakan komoditas yang pasti laku di pasaran. Apa lagi jika varietas seperti mulu bebek ini,” ujarnya.

Tak hanya Dahlan, Juwita dan kelompok tani mereka yang mendapatkannya, varietas pisang mulut bebek dan pisang raja juga dibagikan kepada 180 petani dampingan WVI AP Ternate.  

Bagi Dahlan, apa yang dilakukan WVI telah membantu dirinya dan petani di Pulau Hiri mendapatkan kualitas pertanian terbaik. Tak sekadar memberikan bibit, melainkan juga melakukan pendampingan maksimal. Hal ini membuat banyak petani menjadi peduli karena merasa diperhatikan. 

Ditulis oleh: Devina Prima Kesumaningtyas, TP4 Coordinator Area Program Ternate Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait