Resep Pembawa Perubahan Kesehatan Anak-anak Indonesia

Tanah subur penghasil padi dan sayuran belum tentu menjamin tersedianya makanan bergizi seimbang setiap hari di meja makan. Keterbatasan pengetahuan orang tua/pengasuh terhadap pentingnya asupan bergizi seimbang untuk anak menjadi sumber permasalahan gizi di daerah-daerah terjauh di Indonesia. Kasus gizi kurang terus bermunculan di tengah gempuran berbagai makanan instan yang menggusur popularitas pangan lokal sebagai sumber makanan bergizi.
Salah satu langkah yang Wahana Visi Indonesia terapkan untuk menambah wawasan orang tua/pengasuh akan makanan bergizi seimbang adalah melalui Pos Gizi. Kegiatan ini seperti kelas belajar memasak makanan bergizi seimbang secara intensif selama 10 hari. Pesertanya adalah orang tua/pengasuh balita yang berat badannya tidak sesuai dengan usianya, dan yang tidak mengalami peningkatan berat badan dalam beberapa bulan. Pelatihnya adalah tenaga kesehatan setempat serta para kader Posyandu.
Pos Gizi telah diterapkan di berbagai daerah dampingan WVI, salah satunya di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Pesertanya tidak melulu ibu sebagai pengasuh utama anak, tapi anggota keluarga lain yang juga memegang peran pengasuhan di rumah. Contohnya, Oma Mari, nenek dari seorang balita bernama Damianus yang masih berusia tiga tahun.
Meskipun telah berusia lanjut, Oma Mari masih terlibat langsung dalam pengasuhan Damianus. Ibu dari Damianus sehari-hari bekerja sebagai aparat desa. Dengan kesibukan sehari-hari yang cukup tinggi, Oma Mari pun membantu mengasuh Damianus. Usianya yang sudah 62 tahun tidak menjadi alasan bagi Oma Mari untuk mengembangkan pola asuhnya, terutama dalam soal pemberian makanan bergizi seimbang. Selama mengikuti Pos Gizi, Oma Mari sangat antusias terlibat dalam diskusi karena program ini memberinya pengalaman baru.
Oma Mari selalu mendampingi cucunya dalam setiap sesi Pos Gizi dan turut serta membantu para kader dalam mengolah bahan pangan lokal menjadi makanan padat gizi yang sesuai takaran. Selama 10 hari, Oma Mari langsung mencoba mengolah bahan pangan lokal menjadi menu-menu yang bervariasi. “Selama ikut kelas Pos Gizi, ternyata menu yang diolah adalah menu yang setiap hari Oma dan keluarga makan,” tuturnya. Oma Mari menyadari kalau menu yang cocok untuk cucunya adalah menu makan keluarga. Ternyata, menu makan keluarganya dapat dikembangkan menjadi menu bergizi seimbang yang bermanfaat untuk tumbuh-kembang Damianus.
Damianus juga menyukai menu-manu makanan yang dimasak saat Pos Gizi. Damianus selalu menghabiskan makanannya. Pada Pos Gizi hari ke-10, kader-kader melakukan penimbangan berat badan anak-anak yang menjadi peserta. Damianus mengalami kenaikan berat badan sebanyak 200 gram, dari 12.1 kg menjadi 12.3 kg.
Setelah Pos Gizi selesai, Oma Mari tetap menerapkan menu makanan bergizi seimbang di rumahnya. “Saya senang belajar di kelas Pos Gizi walaupun sudah lansia karena menurut saya, pengetahuan tentang menu padat gizi yang diberikan kepada anak ternyata ada di lingkungan sekitar rumah, mudah dijangkau, dan tanpa mengeluarkan biaya,” ujarnya.
Di rumah, selain memasak variasi menu bergizi seimbang, Oma Mari juga telaten dan sabar saat memberi Damianus makan. Oma Mari juga mengalami tantangan yang sama seperti ibu atau pengasuh lain. Memberi makan balita yang sedang asyik mengeksplorasi sekitarnya bukan hal yang mudah. Belum lagi kalau tiba waktunya anak menolak makan. Namun, Oma Mari tidak putus asa. Ia tetap berusaha memastikan Damianus mendapat asupan yang cukup setiap hari.
Walaupun kelas Pos Gizi berlangsung hanya 10 hari, namun kader-kader Posyandu dan tenaga kesehatan setempat tetap melakukan pemantauan. Pada hari ke-30 setelah Pos Gizi, berat badan Damianus ditimbang kembali. Anak laki-laki yang ceria ini kembali bertambah berat badannya menjadi 12,7 kg. Ketika pemantauan dilakukan pada hari ke-60, berat badan Damianus sudah 12,9 kg.
Tiga bulan atau 90 hari setelah Pos Gizi, kader Posyandu dan tenaga kesehatan, bekerja sama dengan WVI mengadakan selebrasi bagi balita-balita yang berhasil mengalami pertambahan berat badan. Salah satunya adalah Damianus. Hasil penimbangan di hari ke-90 setelah Pos Gizi, berat badan Damianus sudah menyentuh angka 13,1 kg. Artinya, selama 90 hari, Damianus berhasil bertambah berat badan sebanyak 1 kg. Hal ini menunjukkan bahwa, ketika orang tua/pengasuh memiliki wawasan mengenai makanan bergizi seimbang dan menerapkan pengasuhan yang baik, anak-anak di desa-desa terjauh di Indonesia sekalipun dapat bertumbuh sehat dan berkembang optimal.
“Terima kasih kepada WVI, Yakkestra, tenaga kesehatan, dan kader di desa yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman baru untuk saya. Hal ini benar-benar dipraktikkan dan berdampak baik pada cucu saya. Sekarang cucu saya selera makannya sudah lebih baik,” pungkas Oma Mari.
Penulis: Angelina Uta (Staf lapangan Yakkestram, mitra WVI di Kabupaten Ngada, NTT)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)