TPK Inovatif: Kunci Pencegahan Stunting di Akar Rumput

TPK Inovatif: Kunci Pencegahan Stunting di Akar Rumput

Pagi itu, seorang perempuan paruh baya datang dengan wajah semringah  menuju salah satu Posyandu yang berada di Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Perempuan itu terlihat sangat antusias dan semangat menyambut jadwal penimbangan bulan itu. Setelah menyapa satu per satu orang yang hadir, Delcy, begitu perempuan itu biasa disapa, terlihat sibuk mempersiapkan kegiatan. 

Delcy adalah salah satu anggota Tim Pendamping Keluarga (TPK)  yang berada di Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang. Sudah satu setengah tahun ia menjadi garda terdepan pencegahan stunting di lingkungan dengan melakukan monitoring keluarga berisiko stunting. “Dulu cucu pertama saya berstatus stunting. Pengalaman itu menggerakkan saya untuk menjadi TPK,” kata  Delcy di sela-sela aktivitasnya mempersiapkan kegiatan Posyandu.

Delcy menyiapkan materi kampanye Satu Telur Setiap Hari.

Kegiatan P​osyandu hari itu memang spesial. Tak seperti biasanya, momen itu menjadi kesempatan bagi TPK desa untuk menjalankan kampanye Satu Telur Setiap Hari. Di pekan itu, Delcy bersama anggota TPK di desanya akan melaksanakan kampanye di beberapa Posyandu Posyandu. “Saya selalu antusias setiap kali mengenalkan lagu kampanye yang kami bikin untuk kampanye ini,” ujar Delcy ketika ditanya apa yang membuatnya hari itu terlihat bersemangat. 

Kampanye Satu Telur Setiap Hari adalah inisiatif para TPK di tiga  kecamatan yang didampingi   program PASTI (Partnership to Accelerate Stunting Reduction in Indonesia) di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. PASTI adalah program kemitraan antara BKKBN, USAID, Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia Tbk serta didukung oleh Wahana Visi Indonesia sebagai pelaksana utama dan Yayasan Cipta sebagai sub-pelaksana. PASTI bertujuan untuk berkontribusi dalam percepatan penurunan stunting dan perbaikan status gizi di provinsi prioritas pemerintah pada tahun 2026 di 4 provinsi di Indonesia, yakni Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur. 

Kampanye tersebut merupakan tindak lanjut konkret setelah program PASTI memfasilitasi para anggota TPK di kecamatan intervensi untuk melakukan pemetaan masalah melalui rangkaian pertemuan dan pelatihan. Melalui rangkaian kegiatan dan fasilitasi dari PASTI, para TPK tergerak untuk melakukan sesuatu dalam mengubah perilaku pola asuh orang tua kepada anak. “Kadang anak sehari bisa diberi uang jajan hingga 10.000 rupiah, tapi untuk pemenuhan gizi tidak jelas. Lebih baik belanja telur sudah,” terang Delcy menceritakan latar belakang kampanye Satu Telur Setiap Hari.

Delcy bercerita, awalnya muncul beragam ide dan usulan media kampanye dari para anggota TPK. “Tapi akhirnya kami pilih menggunakan lagu. Supaya ketika dengar lagu, orang tua mudah ingat ketika beraktivitas,” kisah Delcy. Ditambah lagi, lagu tersebut juga menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Dawan, bahasa lokal di Amarasi Barat. “Karena di desa, kerap kali penggunaan bahasa Dawan lebih familier,” tambah Delcy. 

Proses penciptaan lagu pun berlangsung singkat. Pada satu pertemuan yang diinisiasi oleh PASTI, para TPK di masing-masing desa Kecamatan Amarasi Barat diminta mengarang lagu yang mengampanyekan pesan kunci konsumsi telur. Setelahnya, lagu tersebut dipresentasikan dan dinilai untuk disepakati menjadi lagu kampanye yang akan digunakan oleh semua TPK di Kecamatan Amarasi Barat.  

Tak hanya berhenti di pembuatan lagu, dengan dukungan PASTI, para TPK di Kecamatan Amarasi Barat juga membuat video klip dari lagu tersebut. Perwakilan masing-masing TPK di Kecamatan Amarasi Barat dilibatkan sebagai peraga dalam video klip itu.

Delcy menjadi pemandu lagu kampanye.

Bagi Delcy, pendampingan dari PASTI sangat berarti baginya. Melalui program ini, ia akhirnya merasa dikuatkan untuk menjalankan tugasnya sebagai katalis pencegahan stunting di desa. Delcy mengaku bahwa kegiatan PASTI memotivasinya sebagai anggota TPK untuk melakukan tugasnya dengan cara yang inovatif, seperti kampanye Satu Telur Setiap Hari. “Kalau selama ini kami hanya pakai cara-cara biasa seperti sosialisasi. Itu pun orang akan lupa pesan kami setelah kembali pulang,” ungkap Delcy.   

Yoseklis, Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) Kecamatan Amarasi Barat memberikan pernyataan senada. Ia mengibaratkan program PASTI seperti suplemen. “Mungkin selama ini TPK sudah dapat berbagai pelatihan dari pemerintah, tapi adanya kegiatan PASTI membuat TPK semakin kuat dan inovatif dalam menjalankan tugasnya,” ujar Yos.

Yos turut menghantarkan kampanye Satu Telur Setiap Hari.

Hal ini terbukti ketika lagu kampanye Satu Telur Setiap Hari dari Kecamatan Amarasi Barat mendapat apresiasi dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kupang. “Lagu kami dijadikan contoh karya inovatif pencegahan dan penurunan stunting,” terang Yos bangga. 

Delcy dan Yos berlatih lagu kampanye Satu Telur Setiap Hari.

Baik Delcy dan Yos, mereka sangat antusias dengan program PASTI ke depan. Delcy misalnya, berharap dengan adanya PASTI mereka bisa terus meningkatkan kapasitas. “Supaya tidak ada lagi stunting seperti saat ini,” harapnya. Antusiasme senada juga disampaikan oleh Yos. “Terima kasih PASTI. Kami sangat antusias dalam melihat apa lagi yang bisa kami lakukan ke depan bersama-sama dalam program PASTI ini,” ujarnya.

 

Penulis: A. Adintyo (Communication Officer PASTI)


Artikel Terkait