Belajar Jarak Jauh di 14 Kabupaten di Papua Tidak Berjalan
JAYAPURA, KOMPAS — Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan menemukan pembelajaran jarak jauh di 14 kabupaten di Provinsi Papua tidak berjalan. Hal ini disebabkan sejumlah kendala, seperti tidak adanya layanan jaringan telekomunikasi dan rendahnya kemampuan orangtua untuk mengajar anaknya di rumah.
Hal ini disampaikan Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Papua Adrian Howay dalam webinar bertema ”Panduan Belajar di Rumah” yang digelar Wahana Visi Indonesia dan Unicef, Jumat (12/6/2020).
Adrian memaparkan, 14 kabupaten yang tidak melaksanakan pembelajaran jarak jauh itu berada dalam status zona kuning Covid-19, yakni belum ditemukan kasus positif Covid-19. Daerah itu meliputi Puncak, Puncak Jaya, Yalimo, Mamberamo Tengah, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya, Lanny Jaya, Nduga, Asmat, Boven Digoel, Yahukimo, Pegunungan Bintang, dan Mamberamo Raya.
”Kami menemukan 14 kabupaten yang tidak melaksanakan pembelajaran jarak jauh pada bulan lalu. Pemda di 14 daerah ini meliburkan semua siswa,” ucap Adrian.
Selain itu, Adrian mengungkapkan, dari survei LPMP Papua pada April 2020 di 915 sekolah, hanya 45,9 persen siswa yang belajar secara daring. Adapun sisanya belajar secara manual dan luring (offline), bahkan ada yang tidak belajar sama sekali atau diliburkan.
Dari survei ini juga terungkap sejumlah kendala belajar dari rumah, antara lain gangguan jaringan internet, bahkan sampai tidak ada jaringan sama sekali; tidak ada sarana telepon seluler dan komputer; terbatasnya kemampuan orangtua untuk membimbing pembelajaran; serta penguasaan teknologi informasi sebagian guru yang masih minim.
Tidak semua orangtua mampu membeli paket data internet, komputer, ataupun telepon seluler.
”Tidak semua orangtua mampu membeli paket data internet, komputer, ataupun telepon seluler. Mayoritas warga di 14 daerah ini bermata pencarian sebagai petani,” tutur Adrian.
Ia menambahkan, LPMP telah mengadakan bimbingan teknis online dan menyebarkan informasi melalui webinar. Hal itu untuk membekali para guru di daerah yang terjangkau layanan internet sehingga dapat memanfaatkan berbagai aplikasi untuk proses pembelajaran.
Adrian pun menambahkan, untuk 14 daerah zona kuning Covid-19 itu, pihaknya merekomendasikan agar aktivitas belajar tatap muka dapat dilaksanakan kembali dengan protokol kesehatan yang ketat. ”Sebab, para siswa tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk belajar di rumah,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah (PPAD) Papua Christian Sohilait mengatakan, selama kurva kasus Covid-19 di Papua masih cenderung naik, anak-anak masih akan belajar di rumah. Untuk itu, harus dipastikan semua guru dan siswa dapat mengakses media, minimal radio jika tidak ada internet.
”Kami mengupayakan pembelajaran berlangsung secara daring ataupun dengan memanfaatkan televisi dan radio. Kami juga telah mendistribusikan buku-buku bahan ajar untuk anak-anak,” ujar Christian.
Koordinator Tim Pendidikan Wahana Visi Indonesia (WVI) Mega Indrawati mengatakan, pihaknya mendampingi para guru dalam proses pembelajaran jarak jauh, membagikan bahan ajar, berbagi praktik baik, dan mengadakan webinar.
WVI telah mendistribusikan radio untuk anak serta menyusun dan mencetak 30.000 eksemplar buku cerita rakyat Papua untuk pengembangan literasi dan karakter. Dinas PPAD Papua telah mendistribusikan puluhan ribu buku ini.
”WVI menyampaikan materi belajar bagi siswa melalui siaran radio di Wamena selama sebulan ini. Sementara di Jayapura, ada mobil sahabat anak yang berkeliling kampung. Kami menyosialisasikan pencegahan Covid-19 melalui pencetakan buku saku,” kata Mega.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kemendikbud Praptono menyatakan, sekolah harus memastikan kesehatan dan keselamatan semua warga sekolah dalam tatanan normal baru. Karena itu, semua syarat dan protokol kesehatan harus dipenuhi.
Oleh: Fabio Costa (Harian Kompas)
Link artikel: https://kompas.id/baca/nusantara/2020/06/12/belajar-jarak-jauh-di-14-kabupaten-papua-belum-optimal/