BNPB: 75% Sekolah Berada Di Wilayah Rawan Bencana

BNPB: 75% Sekolah Berada Di Wilayah Rawan Bencana

BNPB mengingatkan, upaya membangun resiliensi berkelanjutan harus dimulai dari masyarakat.

Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati mengatakan, resiliensi (kemampuan mengatasi krisis) berkelanjutan harus dimulai dari diri sendiri untuk membangun perilaku tangguh dalam kesiapsiagaan terhadap bencana alam.

Dia mengingatkan, Indonesia saat ini memiliki 127 gunung api aktif, 269 sesar aktif, serta menjadi negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dengan risiko bencana alam yang sewaktu-waktu bisa melanda.

"Saat ini, 75% sekolah berada di wilayah dengan risiko bencana itu semua, apa mau menunggu ada bencana lagi? Be prepared," tegasnya, dalam acara penutupan Project SinerGi yang diadakan di Gedung Sarinah, Jakarta, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (15/4).

Oleh karena itu, menurutnya, saat ini adalah momen yang tepat untuk saling berkolaborasi untuk menciptakan resiliensi berkelanjutan yang melokal menuju Indonesia Emas 2045. 

Akan tetapi, resiliensi berkelanjutan kata dia harus dimulai dari masyarakat. Alasannya, masyarakat lah yang berada di garis depan dalam setiap kejadian bencana alam. Selain itu, kesadaran kolektif juga harus dibangun untuk menghindari risiko yang lebih buruk.

Resiliensi berkelanjutan menjadi penting karena pada 2022 Indonesia menjadi tuan rumah dalam acara The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 yang membahas tentang bagaimana seharusnya negara menangani sebuah bencana.

"Resiliensi berkelanjutan lahir di Indonesia, maka semangat resiliensi berkelanjutan harus digaungkan ke seluruh dunia oleh Indonesia," ujarnya.

Raditya mengatakan, masyarakat Indonesia harus bisa menunjukkan identitas bahwa Indonesia bukan hanya menjadi daerah paling rawan bencana alam tapi juga bisa mengatasinya.

Ia berharap Indonesia menjadi pusat keunggulan, serta dunia melihat Indonesia sebagai tempat untuk mempelajari resiliensi berkelanjutan.

"Tunjukkan kita bangsa yang tangguh, kuat, dan siap menghadapi itu semua," pungkasnya.

Project SinerGi adalah program yang dicetuskan oleh Wahana Visi Indonesia, organisasi kemanusiaan Kristen yang hadir melayani dan berkolaborasi dalam pemberdayaan anak, keluarga, dan masyarakat yang paling rentan melalui pendekatan pengembangan masyarakat, advokasi, dan tanggap bencana untuk membawa perubahan yang berkesinambungan tanpa membedakan agama, ras, suku, dan gender.

Tujuan dari Project SinerGi adalah untuk meningkatkan partisipasi dan kepemimpinan anak muda dan perempuan dalam kesiapsiagaan bencana.


Artikel Terkait