Menjadi Orangtua Kekinian, Harus Peduli Kekerasan Seksual pada Anak

Menjadi Orangtua Kekinian, Harus Peduli Kekerasan Seksual pada Anak

Wahana Visi Indonesia, menyelenggarakan acara online dengan tema menarik berjudul Webinar Orangtua Kekinian pada Selasa (5/9/2023)Diskusi di dalam sesi ini membahas mengenai apa yang bisa orangtua atau orang dewasa lakukan jika anak menjadi pelaku atau mungkin korban kekerasan seksual, termasuk mengenai bagaimana bentuk perlindungannya di media.

Acara ini dipandu oleh Nelly Sembiring selaku Sponsorship Manager Wahana Visi Indonesia, dengan tiga orang narasumber. Narasumber yang memberikan wawasan bagi para peserta ada Nael Sumampouw (Psikolog), Emmy L. Smith (Perlindungan Anak Team Leader WVI), dan ada Sandra Ratnasari (Editor in-chief Popmama.com).

Kekerasan seksual pada anak merupakan hal yang tanpa disadari dapat terlihat secara kasat mata dan tidak. Sesi ini juga membahas mengenai pentingnya memberdayakan kembali agar anak aktif dalam lingkungan.

Berikut Popmama.com sudah merangkum hal-hal penting terkait orangtua kekinian harus peduli kekerasan seksual pada anak. Pembahasan kali ini perlu dipahami oleh Mama dan Papa sebagai orangtua. 

Yuk, disimak!

1. Pentingnya dukungan emosional dari keluarga

1. Penting dukungan emosional dari keluarga

Nael Sumampow menyampaikan beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai orangtua untuk menanggapi anak saat menjadi korban atau pelaku dari kekerasan seksual. Perlu dipahami bahwa situasi ini merupakan sebuah masalah besar, sehingga orangtua butuh mencari solusi dengan tenang. 

Orangtua bisa menyediakan lingkungan yang aman dan suportif, sehingga tidak menyalahkan anak. Mengingat menyalahkan kerap menjadi reaksi umum yang dilakukan oleh orangtua.

Padahal perlu memenuhi kebutuhan mendesak anak yang paling ia butuhkan seperti pertolongan profesional jika terkena fisiknya dan juga emosionalnya.

"Jika anak sebagai pelaku, jangan tolak dia mentah-mentah. Tolak tindakannya, tetapi tetap memberikan perhatian kepada anak dan tetap terima pribadinya," ucap Nael.

Nael juga menyampaikan mengenai riset bahwa faktor yang mendukung keberhasilan penanganan masalah ini bukan ekonomi dan bukan juga intelektual. Faktor penting yang perlu diperhatikan ialah dukungan emosional dari keluarga terdekat.

2. Pentingnya menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak

2. Penting menyediakan layanan sesuai kebutuhan anak-anak

Perlindungan Anak Team Leader WVI, Emmy L. Smith mengatakan WVI akan membantu anak-anak sebagai korban atau pelaku tanpa pandang bulu. WVI mendampingi anak-anak hingga mereka merasa aman.

Menurut Emmy, sangat penting untuk menyediakan layanan sesuai dengan kebutuhan anak-anak, seperti medis dan emosionalnya. Jangan sampai pemberi layanan justru memojokan kembali korban atau pelaku atas pertanyaan yang diajukan, bahkan melakukan perlakuan tak menyenangkan kepada anak yang bersangkutan.

"Kepada masyarakat, kita harus menyadari bahwa kitalah yang wajib melindungi anak-anak, baik korban dan pelaku. WVI ingin kita semua bangga melindungi anak-anak, baik korban dan pelaku dengan tidak reaktif dan mencari pelayanan. Masa depan anak masih panjang, jangan sampai perilaku kita mematahkan semangat mereka," lanjut Emmy.

3. Sikap media terhadap informasi kekerasan seksual

3. Sikap media terhadap informasi kekerasan seksual

Pada kesempatan kali ini, Editor in-Chief Popmama.com, Sandra Ratnasari menjelaskan bagaimana media menyikapi pemberitaan kekerasan seksual, serta reaksi dari masyarakat atau lingkungan mengenai beberapa hal terkait kekerasan seksual.

Sandra mengungkapkan bahwa sikap media dalam dunia jurnalistik sangat melindungi kasus-kasus terkait dengan anak, baik pelaku atau korban. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya kode etik dalam jurnalistik yang melarang menyebutkan informasi privasi jika berkaitan dengan anak.

"Tidak boleh ada gambar korban dan pelaku, nama atau hal-hal yang terkait dengan identitas pribadinya seperti letak rumah dan di mana sekolahnya," jelas Sandra.

Sandra menyayangkan saat ini tidak hanya wartawan saja yang bisa menjadi sumber informasi, namun lingkungan sekitar juga. Tidak jarang wartawan justru mendapatkan informasi dari media sosial.

Ketika kasus tersebut masuk ke ranah hukum, biasanya media sudah mengetahui tetapi tidak reaktif dalam memberitakannya. Oleh karena itu, diperlukan bukti-bukti oleh pihak berwenang.

4. Jangan menjadikan korban tambah seperti korban

4. Jangan menjadikan korban tambah seperti korban

Emmy menyatakan bahwa anak usia 12 tahun ke bawah disebut sebagai bentuk kenakalan, bukan kejahatan.

Menurut Noel, mereka juga korban atas beberapa faktor seperti kemungkinan edukasi yang minim, supervisi yang kurang optimal, dan lingkungan yang negatif.

Sementara itu, Sandra memberi pandangan mengenai peran media untuk mencegah kasus selanjutnya. Pemberitaan yang dilakukan media bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum terkait bagaimana menyikapi kekerasan seksual terjadi.

Perlu kembali diingat bahwa hukuman sosial adalah hukuman paling berat. Oleh karena itu, media melindungi informasi yang berkaitan dengan korban.

Concern kita sebagai orangtua adalah membuat anak tidak kembali menjadi korban. Layanan yang disediakan negara seperti lembaga-lembaga pendampingan, jangan sungkan untuk mengakses bantuan. Fokus pada kepentingan terbaik anak serta keperluan mereka.

Itulah beberapa informasi penting yang terkait webinar online yang dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia terkait orangtua kekinian harus peduli kekerasan seksual pada anak.

Orangtua perlu berperan menjadi sahabat anak-anaknya, bahkan bisa hadir mendampingi dan memberi dukungan emosional ketika anak sedang melewati situasi tersebut.

Semangat ya untuk Mama dan Papa di luar sana!


Artikel Terkait