Porsi Makan dan Nutrisi bagi Anak Dikurangi
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 yang berlangsung sekitar empat bulan terakhir memengaruhi perekonomian masyarakat. Kondisi ini membuat penurunan pendapatan keluarga selama krisis. Bahkan, sejumlah keluarga mulai mengurangi porsi makan dan anak-anak tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Karena itu, kolaborasi multipihak diperlukan untuk membantu para keluarga agar bisa bertahan melewati krisis.
Hasil survei cepat Wahana Visi Indonesia (WVI) di 47 desa di 37 kabupaten dan 14 provinsi menemukan penurunan mata pencarian keluarga berdampak besar terutama pada pola makan keluarga, kesempatan pendidikan bagi anak-anak, serta pemenuhan obat-obatan dan kebutuhan pribadi. Meskipun masih makan tiga kali sehari, ada sejumlah keluarga yang mengurangi porsi makan dan nutrisi bagi anak-anak.
”Hanya 40 persen yang mampu memberikan nutrsi komplet kepada keluarga. Bayangkan, ada 61 persen anak usia 6-9 bulan di usia emas tidak bisa mendapatkan nutrisi yang komplet. Ini angka-angka, persentase yang sangat mengkhawatirkan. Ini gambaran masyarakat rentan sudah mulai terpengaruh secara nutrisi,” ujar Margarettha Siregar, Direktur Humanitarian & Emergency Affairs WVI, pada webinar ”Kolaborasi Multipihak Dalam Respon Covid-19 Melalui Bantuan Nontunai di Indonesia” yang diselenggarakan WVI bekerja sama dengan Kementerian Sosial (Kemensos) dan Mastercard, Selasa (16/6/2020).
Bayangkan, ada 61 persen anak usia 6-9 bulan di usia emas tidak bisa mendapatkan nutrisi yang komplet.
Menurut Margarettha, dari hasil survei cepat di 900 rukun tetangga dengan 943 responden anak dan 15 informan kunci, 80 responden menyatakan isu utama pada masa pandemi saat ini adalah pengaruh krisis pada pendapatan keluarga. ”Bahkan, 9 dari 10 responden menyatakan pendapatan mereka terpengaruh oleh pandemi dan 89 persen itu sudah itu sudah terjadi pengurangan pendapatan,” ujar Margarettha.
Dari survei tersebut, mayoritas masyarakat berharap mendapatkan dukungan berupa bahan makanan pokok, dana tunai, dan dukungan untuk pelayanan kesehatan, termasuk kesempatan mendapat pekerjaan.
Margarettha mengungkapkan, temuan survei WVI sejalan dengan survei-survei sejumlah lembaga tentang kondisi perusahaan saat pandemi. Misalnya, survei Organisasi Buruh Internasional (ILO) pada Mei 2020 menyatakan 52 persen perusahaan melihat pendapatan menghilang hingga lebih dari 50 persen, 90 persen perusahaan mengalami masalah arus kas, dan 63 persen perusahaan mengurangi jumlah pekerja.
”Kalau kita melihat ternyata 63 perusahaan sudah mengurangi jumlah pekerja, ini tentunya sangat berdampak bagi masyarakat,” katanya.
Diskusi yang digelar untuk mendorong kolaborasi multipihak dalam penyaluran bantuan nontunai agar lebih efektif dan efisien dalam implementasinya di lapangan ini dihadiri Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kemensos Syafii Nasution. Selain Margarettha, tampil sebagai pembicara Tommy Singgih (konsultan, Mastercard), Sara Dewanto (Managing Director Duithape), dan Dini Indrawati Septiani (Indonesia Country Director AVPN).
Kolaborasi
Syafii menyatakan, Kemensos melalui Kelompok Kerja Bantuan Nontunai (PokJa BaNTu) saat ini mendorong kolaborasi sebagai salah satu strategi membantu masyarakat yang terdampak Covid-19. Pokja tersebut sedang menyusun panduan bantuan nontunai dan panduan distribusi bantuan untuk Covid-19 sehingga semua pihak bisa bekerja sama membantu masyarakat dengan standar sama yang selaras dengan protokol kesehatan.
Mengenai kolaborasi multipihak, Tommy Singgih menyatakan kondisi pandemi saat ini berdampak pada perekonomian dan mata pencarian masyarakat, terutama usaha kecil dan menengah kesulitan dalam bertransaksi. Menghadapi kondisi ini pihaknya berupaya untuk memberikan dukungan dan bekerja sama dengan organisasi masyarakat untuk membantu masyarakat dalam ekonomi digital, untuk mengurangi krisis.
”Kami membantu dengan program inisiatif dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang paling terkena Covid-19,” ujar Tommy seraya mencontohkan bantuan Master Card bersama WVI dengan memberikan voucer elektronik untuk pembelian makanan bergizi bagi 35.000 warga di DKI Jakarta.
Sementara Sara Dewanto menyatakan, Duithape memperkenalkan model pemberian bantuan secara digital tanpa harus berintegrasi fisik dengan penerima bantuan, cukup dengan telepon pintar. Begitu juga dengan Dini menyampaikan pihaknya sangat menyambut baik kolaborasi pemerintah dan pihak swasta menjadi gerakan bersama untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19.
Oleh: Sonya Hellen Sinombor (Harian Kompas)
Link artikel: https://kompas.id/baca/humaniora/2020/06/16/porsi-makan-dan-nutrisi-bagi-anak-dikurangi/