Ceria di Jendela Dunia

Ceria di Jendela Dunia

Wahana Visi Indonesia Area Program Biak, Papua melalui dukungan dari PT. SMI (Sarana Multi Infrastruktur) mengembangkan perpustakaan di lima sekolah dengan mengusung konsep Perpustakaan Ramah Anak. Konsep perpustakaan ceria ini mengakomodir masukan dari siswa-siswi dengan membuka ruang diskusi untuk menampung pendapat mereka serta mewujudkannya dalam.

Anak-anak diberi ruang untuk memberi masukan tata kelola ruangan, posisi buku, bentuk meja termasuk dekorasi yang ada di ruangan. Perpustakaan ramah anak ini juga memastikan buku-buku yang ada di perpustakaan sesuai dengan kebutuhan para siswa serta memastikan tidak ada konten buku yang tidak sesuai untuk anak-anak.

Sebelum ruang perpustakaan bisa tertata rapi, orang tua juga dilibatkan untuk berkontribusi dan berpartisipasi di perpustakaan ini. Mereka ikut mengecat ruangan dan termasuk perpustakaan.

Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang bisa mengoperasikan perpustakaan dengan baik. Ruangan yang sudah rapi dan tertata, buku-buku yang sudah lengkap, suasana yang menyenangkan,  tanpa didukung kemampuan dalam pengelolaan, perpustakaan akan terlihat timpang.

Guna memastikan agar perpustakaan dapat dikelola dengan baik, Wahana Visi Indonesia (WVI) turut memberikan pelatihan kepada kepala sekolah dan guru pengelola perpustakaan. Ada 10 orang guru yang terlibat dalam pelatihan ini.

“Kami sangat antusias dengan pelatihan ini, sejujurnya sejak saya menjadi guru dan kepala sekolah, belum pernah ada di kabupaten ini pelatihan untuk mengelola perpustakaan sekolah. Padahal semua sekolah sudah memiliki gedung perpustakaan, sehingga banyak perpustakaan sekolah tidak berjalan dengan baik,” ujar Kain Wamaer, Kepala Sekolah SD YPK Waupnor, salah seorang peserta dalam pelatihan ini.

Apa yang disampaikan oleh Kain mewakili kondisi saat ini. Tidak mengherankan, dari survei yang sudah dilakukan di sekolah dampingan WVI di Biak, menunjukan hasil yang tidak begitu baik. Survey tersebut menghasilkan angka 31,7% terhadap kemampuan minimum membaca anak-anak. Hasil ini sangat rendah bahkan mengkhawatirkan sekaligu relevan dengan hasil kajian Most Littered Nation In the World 2016, yang menyatakan bahwa minat baca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara.

Masalah ini merupakan masalah bersama dan membutuhkan sinergi dengan berbagai pihak, khususnya Dinas Pendidikan. Oleh karena itu, WVI mengikat semangat kerjasama ini melalui Memorandum of Agreement dengan Dinas pendidikan Kabupaten Biak Numfor. Beberapa hal yang menjadi kesepakatan untuk mendampingi lima perpustakaan untuk mengelola perpustakaan, melakukan pemantauan perpustakaan, membuka akses perpustakaan bagi banyak anak, dan sebagainya

Tineke R Mansnembra, S.E, M.M, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Biak Numfor menyatakan dukungannya untuk perpustakaan ramah anak ini bisa menghadirkan semangat baru untuk anak-anak.

“Buku-buku di sekolah harus digunakan sebaik-baiknya dan sekolah menyediakan waktu khusus untuk anak-anak membaca buku. Walaupun pustakawan belum ada maka guru-guru harus bisa mengelolanya,” katanya.

Salah seorang siswa yang menerima manfaat hadirnya perpustakaan turut senang akan fasilitas baru yang diterima di sekolahnya.  

“Terimakasih, saya dengan teman-teman saya sangat menyukai adanya perpsutakaan ceria ini. Terimakasih atas bantuannya,” jelas Stefani.

Tidak hanya melakukan perjanjian kerja sama dan pelatihan, WVI juga melakukan kampanye membaca untuk anak dan orang tua. Kampanye ini dilakukan bekerja sama dengan Forum Anak Waupnor untuk memberikan suasana nyaman, dengan target anak-anak semakin gemar membaca. Kampanye ini juga mendukung upaya terwujudnya Sekolah Ramah Anak, sekolah yang terbebas dari buta huruf termasuk berkontribusi dalam pemenuhan kontribusi untuk Kabupaten Biak Layak Anak.

Ditulis oleh: Staf Area Program Biak, Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait