Kebunku Sumber Pangan dan Pendapatan Keluarga

Kebunku Sumber Pangan dan Pendapatan Keluarga

Paulina (47) adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Dia tinggal bersama anak-anak dan suaminya di salah satu desa di kawasan Sumba Barat Daya. Meski tinggal di desa dengan berbagai keterbatasannya, Paulina tetap mengutamakan keluarganya termasuk makanan yang harus mereka konsumsi. Demi kecukupan nutrisi makanan, Paulina tak jarang harus sering pergi ke pasar untuk membeli sayur. Ongkos yang ia keluarkan untuk transportasi dari rumah ke pasar serta belanja aneka sayur di pasar tentu tidak sedikit. Sebagai seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja, tentu pengeluaran untuk sekadar membeli sayur ini cukup membebani keuangan keluarga.

Itu dulu, cerita lama. Kini Paulina nyaris tak perlu lagi mengeluarkan ongkos untuk membeli sayuran. Bahkan ia bisa menjual hasil panen sayurnya yang berlimpah ke para tetangga sekitar. Bagaimana bisa? Ya, Maria mendapat pendampingan dari program Kebun Gizi dampingan Wahana Visi Indonesia yang didukung penuh oleh HSBC Indonesia. Sebelumnya, di Sumba Barat Daya Banyaknya kasus balita stunting dan gizi buruk serta minimnya pendapatan petani akibat musim yang tak menentu. Fokus dari program adalah mendampingi para petani yang mayoritas adalah petani jagung dalam hal gizi keluarga dan perekonomian. Di Sumba Barat Daya, intervensi program ini dilakukan melalui 8 pos gizi dan 31 kebun percontohan. Program kebun gizi diawali dengan pemberian bibit dan pengairan. Selanjutnya orang tua seperti Paulina mendapat pelatihan tentang cara mengolah makanan dari sayur selama beberapa kali.

Setelah berjalan selama beberapa bulan, halaman Paulina yang dulunya gersang, kini berubah menjadi kebun gizi yang dipenuhi sayur-sayuran seperti mentimun, kangkung, tomat, terong, buncis, sawi, kacang panjang, bayam, selada darat dan lainnya. Paulina tinggal memetik sayur di halamannya saya dan menjadikannya makanan bergizi untuk keluarganya. Selain itu dengan hasil yang berlimpah, kebun gizi juga memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga Paulina karena ia bisa menjualnya ke para tetangga.

“Saya senang sekali karena sekarang bisa memasak sayur dari kebun,” ujarnya.

Ditulis oleh Elisabeth Putri, HSBC Project, Sumba Barat Daya


Artikel Terkait