Pembelajaran yang Mengubahkan

Pembelajaran yang Mengubahkan

Wahana Literasi merupakan salah satu program yang dilakukan Wahana Visi Indonesia (WVI) guna memandu sekolah, orang tua, masyarakat dan pengasuh mendukung pengembangan literasi pada anak. Program ini salah satunya dimplementasikan oleh WVI Area Program Sentani lewat dukungan Prudential dalam proyek Sekolah Ramah Anak.

Tepat pada Mei 2019 lalu, Wahana Literasi telah memasuki sesi ke-9. Para guru SD Inpres Komba bergabung dalam sesi tersebut. Pada sesi ini, para guru diajak melakukan refleksi dan pembelajaran dari lima ketrampilan dasar membaca yang telah diimplementasikan di kelas.

Mereka juga mendapatkan tambahan pengetahuan terkait literasi selama sesi pelatihan. Alhasil para guru pun menggunakan metode dan kegiatan yang lebih variatif dan kreatif dalam menerapkan keterampilan dasar membaca anak di kelas-kelas mereka.

Sihol Pakpahan, salah satu guru kelas 1 mengaku telah mengimplementasikan hasil pelatihan yang didapatkannya untuk menolong siswanya. Engelina Yom yang juga menerima materi serupa dengan Sihol turut merasakan manfaat dari pelatihan yang diadakan.

“Kegiatan yang telah kami lakukan antara lain, siswa menulis huruf pertama nama mereka dan huruf pertama nama orang tua mereka. Siswa menuliskan nama mereka menggunakan huruf kecil dan menuliskan nama mereka menggunakan huruf besar. Di kegiatan ini siswa belajar mengetahui huruf serta mengenal huruf kecil dan besar,” jelas Enggelina.

Disamping kegiatan yang berhasil dilakukan di kelas, kedua guru kelas satu ini pun mendapat tantangan dalam proses pembelajaran. Jumlah siswa yang banyak (32 orang) dengan berbagai karakter berbeda membuat keduanya butuh memberi perhatian ekstra bagi anak-anak.

Sementara itu, Junne Salankory, guru kelas 2B bercerita, “Sebanyak 20 siswa kelas dua b sudah bisa mempraktikkan empat kemampuan dasar membaca yaitu pengetahuan huruf, kesadaran bunyi, kosakata dan kelancaran membaca. Namun, masih ada anak di kelas saya yang belum bisa menentukan kosakata dan kata-kata sukar.”

Meskipun mendapatkan materi yang sama, ternyata kemampuan setiap siswa pun berbeda. Menurut Sukartinahd an Kristina Monim, para siswa di kelas tiga yang diajarnya justru terbantu dengan adanya pajangan huruf di dalam kelas.  

“Penekanan fonem saat membaca sangat berarti, seperti menyebutkan kata “danau”, tidak diucapkan “dano”, kata “pantai” tidak diucapkan “pante”, jelas Sukartinah. Ia melanjutkan, “Sebelumnya guru membaca. Namun, jarang memastikan penekanan pada cara pengucapan huruf atau kata secara baik dan benar.”

Pada akhir sesi pelatihan dan refleksi bersama, pengawas gugus IV Sentani, Sarju yang juga sebagai bertindak sebagai fasilitator Wahana Literasi berujar, “Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi guru di sekolah dasar dan saya sangat yakin jika bapak ibu guru di SD Inpres Komba menerapkan hasil pelatihan ini dengan baik maka akan meningkatkan kemampuan membaca anak-anak.”

Dengan intervensi Wahana Literasi melalui sembilan sesi pelatihan di SD Inpres Komba, memberikan dampak dimana para guru belajar untuk meningkatkan dan mengubah strategi pembelajaran yang lebih kreatif dan variatif.  

 

Ditulis oleh: Elisabeth Bukorpioper, Education Coordinator Area Program Sentani Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait