Proyek RISE untuk Masyarakat Sumba Barat Daya

Proyek RISE untuk Masyarakat Sumba Barat Daya

Proyek RISE (Rural Integrated Sector Empowerment) melalui sektor kesehatan dan ekonomi turut berkontribusi dalam program pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Proyek hasil kerja sama Wahana Visi Indonesia dan Yayasan William & Lily (WLF) ini ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat dalam meningkatkan layanan kesehatan bayi dan anak.

Pelaksanaan CVA (Citizen Voice and Action) pada September silam, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Kepala desa dari lima desa dampingan telah dilakukan dalam proyek ini. Setidaknya terdapat 23 orang (18 pria, 5 wanita) yang terlibat dalam aktivitas ini. CVA dilakukan agar pemerintah desa dapat mengalokasikan dana kesehatan ibu dan anak (KIA) pada APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) dan RKPDes (Rencana Kerja Pemerintah Desa) mendatang.  

Berbagai pelatihan untuk mendukung program pemerintah dalam hal mengurangi status gizi kurang pada anak terus dilakukan oleh proyek RISE. Beberapa di antaranya adalah dengan melakukan pendampingan anak melalui pos gizi dan memberikan pengajaran akan kebun gizi.

Hingga September 2018 tersebut, setidaknya 20 anak telah mengalami peningkatan status gizi sebanyak 900 gram (H+90).  Selain itu, penguatan posyandu juga terus dilakukan pada 16 posyandu dampingan, yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, puskesmas, posyandu, dan pemerintah desa.

Sementara pada sektor ekonomi, proyek RISE tetap melakukan pendampingan secara berkelanjutan kepada 24 kelompok tani di enam desa dampingan yaitu Mangga Nipi, Kendu Wela, Ate Dalo, Pero Batang, Homba Rica, dan Kapaka Madeta. Pendampingan tersebut melibatkan 600 petani.

     

Proyek RISE mendorong mewujudkan keinginan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan potensi unggulan pertanian, misal; padi, jagung, dan mete dan fungsi lahan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi untuk peningkatan produksi pertanian demi terwujudnya kedaulatan pangan dan peningkatan ekonomi kerakyatan. Wahana Visi Indonesia juga turut bekerja sama dengan mitra seperti Dinas PPL dalam hal pemberian pengetahuan bertani yang baik, dan Credit Union (CU) Swastisari dalam hal pengelolaan ekonomi keluarga.

CU Swastisari bersedia menyediakan program pinjaman khusus untuk membantu petani mengatasi kesulitan modal usaha tani dengan sistem pengembalian grace period (pinjaman baru dikembalikan setelah selesai masa panen.red). Pinjaman ini tidak diberikan dalam bentuk uang tunai untuk menghindari pembiasan dalam pemanfaatan pinjaman. Sementara itu untuk besaran pinjaman disesuaikan dengan luas lahan tanam petani, dengan membuat terlebih dahulu analisa usaha tani.

Saat ini anggota kelompok tani yang sudah masuk menjadi anggota koperasi berjumlah 14 persen. Angka ini akan diupayakan terus bertambah seiring dengan peningkatan kesadaran para petani akan pentingnya CU bagi kelancaran produksi pertanian. Selain Dinas PPL dan CU Swastisari, WVI juga bekerjasama dengan PT Bisi untuk melatih petani dalam membuat analisa usaha tani.

 

Ditulis oleh: Frinsen Saragih, PSP Executive (NRD Unit) Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait