Sayur Kebun Gizi Bernilai Ekonomi

Sayur Kebun Gizi Bernilai Ekonomi

Walaupun menanam sayuran itu melelahkan, namun ternyata lebih sulit memasarkannya. Hal ini yang dirasakan para pemilik kebun gizi di Kabupaten Sumba Barat Daya. Hasil panen yang baik dan melimpah sudah bisa memenuhi kebutuhan variasi makanan untuk balita. Sehingga kebun gizi pun ternyata bisa menjadi sumber penghasilan tambahan untuk keluarga. Namun, para orang tua yang memiliki kebun gizi sulit menemukan pembeli atau pasar yang memberi laba. 

Selain itu, para orang tua ini pun masih memiliki keterbatasan kapasitas dalam mengelola ekonomi rumah tangga. Melihat permasalahan ini, WVI melalui dukungan Dana Sosial BNP Paribas IDX30 Filantropi Tahun 2022 yang diselenggarakan oleh BNP Paribas Aset Management dan Citi Bank, melakukan pendampingan secara menyeluruh. Pengembangan kapasitas orang tua agar bijak secara finansial serta penyediaan fasilitas yang mempermudah penjualan sayur hasil kebun gizi menjadi pilihan intervensi untuk mendukung kemajuan ekonomi masyarakat. 

“Sebelum ada motor roda tiga ini, kami hanya bisa keliling ke kampung yang dekat-dekat untuk menjual hasil sayur kebun gizi. Karena kami jalan kaki jadi tidak bisa juga jauh-jauh,” tutur Marten Muda Tebe (36), salah satu orang tua yang memiliki kebun gizi di desa dampingan WVI di Sumba Barat Daya. Area pemasaran yang terbatas ini membuat hasil penjualan pun tidak terlalu menguntungkan. “Sehari kami bisa dapat 100 sampai 150 ribu saja,” ceritanya.

Bapak Marten, begitu ia akrab disapa, merupakan salah satu penerima manfaat dari dukungan motor roda tiga yang digunakan untuk memasarkan sayuran hasil kebun gizi miliknya. Ia pun terlibat dalam Gender Inclusive Financial Training dan pelatihan Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (PERT). “Sekarang karena bisa keliling menjual sayur pakai motor, saya bisa dapat hasil 200 sampai 300 ribu sehari. Sayur yang dijual pun bisa langsung banyak karena muatan motornya cukup besar,” ujar Bapak Marten. 

Hasil penjualan sayur kangkung dan sawi milik Bapak Marten pun kemudian bisa ia kelola untuk membeli bibit sayur yang baru, membeli air untuk menyiram kebun gizi, serta untuk membantu memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya. Kebun gizi menjadi harapan baru bagi masyarakat di desa-desa Kabupaten Sumba Barat Daya. Sekarang kebun gizi pun bisa menjadi penggerak roda perekonomian yang berkelanjutan serta mendukung kesejahteraan anak, keluarga, dan masyarakat desa.

 

 

Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive

Kontributor: Tim WVI Kantor Operasional Sumba Barat Daya 


Artikel Terkait