2 Bulan Putus Sekolah, Advokasi WVI Bantu Ndami Melanjutkan Pendidikan
Kesulitan finansial membuat salah satu wakil anak Wahana Visi Indonesia (WVI), Ndami (17) di wilayah Sumba Timur nyaris tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Melalui advokasi yang dilakukan WVI bersama dengan pemerintah desa dan keluarga, akhirnya Ndami dapat melanjutkan sekolah meski sempat putus sekolah selama dua bulan.
Ndami adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Orang tuanya bekerja sebagai petani. Ayah Ndami jatuh sakit sejak tiga tahun yang lalu dan tidak kuat lagi bekerja di ladang, sehingga ibunya yang harus bekerja menopang ekonomi keluarga. Ndami telah menamatkan jenjang pendidikan menengah pertamanya (SMP) pada Mei 2020, tetapi dirinya nyaris tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya karena kesulitan finansial yang dialami keluarga.
Ndami tinggal bersama kerabat keluarga di desa tetangga demi bisa bersekolah karena di desa asal Ndami tidak terdapat SMP. Selama menempuh pendidikan SMP, Ndami dibiayai oleh ibu dan salah seorang kakaknya, Simon Damu (36). Simon bekerja sebagai pengumpul dan penjual kemiri. Sebagai kakak laki-laki tertua, Simon juga merupakan tulang punggung keluarga selama ini.
Setelah Ndami menamatkan SMP, Simon tidak mampu lagi membiayai biaya sekolah Ndami ke jenjang SMA. Sama seperti Simon, Niwa Kababa, ibu Ndami pun mengalami masalah serupa.
“Saya tidak mampu kasih sekolah Ndami. Bapak sudah sakit sekarang saya sendiri yang cari uang jual jagung di pasar setiap minggu,” kata Niwa.
Akbatnya, Ndami harus putus sekolah padahal ia memiliki keinginan yang sangat kuat untuk bisa sekolah setinggi-tingginya. Saat teman-teman seusianya sibuk mendaftarkan diri ke SMA favorit mereka, Ndami hanya bisa berdiam diri di rumah.
“Saya kecewa dan menyesal tidak bisa sekolah, saya mau pulang kampung gali (mengambil.red) kunyit. Saya mau jual supaya bisa sekolah,” ungkap Ndami.
Ndami sempat kecewa, hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kampung halaman dan tinggal bersama Ibunya.
Suatu hari staf WVI datang melakukan pemantauan anak sponsor dan barulah ditemukan isu pendidikan yang dialami Ndami ini. Lokasi rumah Ndami yang jauh dan sulitnya akses komunikasi membuat informasi ini tidak diterima staf WVI. Staf WVI pun menindaklanjuti isu ini dengan menemui keluarga Ndami dan pihak pemerintah desa untuk berdiskusi.
Ketika berkunjung ke rumah Simon, petugas mendapati Ndami dan keluarganya sedang mengupas kulit kemiri hasil panen. Petugas pun melakukan diskusi dengan keluarga mengenai alasan Ndami tidak bisa bersekolah lagi.
“Saya tidak bisa kasih sekolah Ndami lagi karena saya pun juga punya anak yang sedang bersekolah. Saya juga tidak punya uang untuk beli seragam SMA buat Ndami. Ini juga sudah terlambat untuk daftar sekolah,” keluh Simon.
Lalu, petugas mendorong agar hasil panen kemiri kali ini bisa digunakan untuk membiayai sekolah Ndami.
“Bapak punya kemiri ini kan bisa dijual untuk beli seragam, kalau tidak cukup bisa pakai seragam SMP yang sebelumnya tinggal diganti lambangnya saja. Sayang sekali kalau Ndami harus putus sekolah di tengah jalan, setidaknya dia bisa menamatkan SMA sebagai bekal untuk masa depannya,” kata staf WVI.
Sementara itu, pada kesempatan terpisah, staf WVI juga menemui pemerintah desa agar bisa melakukan pendekatan kepada keluarga Ndami. Pihak pemerintah desa diwakili oleh Sekretaris Desa Stefanus Bala Ndjurumana (39), langsung melakukan pendekatan kepada Simon dan kakak perempuan Ndami agar bisa mencarikan solusi untuk pembiayaan sekolah Ndami.
Akhirnya melalui pendekatan yang dilakukan oleh petugas lapangan dan sekdes, keluarga akhirnya sepakat untuk bergotong-royong membiayai sekolah Ndami. Simon bersama dengan saudara-saudara lainnya sepakat untuk bergotong-royong membiayai sekolah Ndami.
Saat ini Ndami sudah bersekolah lagi, walaupun sempat berhenti selama 2 bulan dan terlambat mendaftar. Niwa sangat senang karena seluruh anaknya akhirnya Ndami bisa bersekolah lagi dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Terimakasih Pak! Kalau bukan karna Pak Ndami tidak dapat sekolah lagi,” kata Niwa saat ditemui oleh staf WVI.
Stefanus, Sekretaris Desa Mandas juga sangat senang karena pendekatan yang dilakukan kepada pihak keluarga berbuah manis. Katanya, “Saya senang karena Ndami bisa sekolah lagi. Saya berterima kasih kepada petugas lapangan WVI yang telah memberikan saran untuk melakukan pendekatan kepada keluarga Ndami.
Salah seorang kakak Ndami juga mengaku bahagia karena Ndami bisa bersekolah kembali.
“Kami senang Ndami sudah lanjut sekolah lagi, tidak sama dengan kami yang hanya tamat SMP dan bekerja di kebun,” kata Martha Dembi Tamar (34), kakak perempuan Ndami.
Ndami kini sudah duduk di salah satu SMA di wilayah Waingapu dan tinggal bersama dengan kerabat keluarganya di Kota Waingapu. Ndami saat ini mengambil jurusan IPS dan bercita-cita menjadi seorang guru. Setelah tamat sekolah nanti Ndami berkeinginan untuk bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
“Saya bahagia karena bisa sekolah. Saya bisa memikirkan masa depan saya,” ujar Ndami dengan wajah berseri.
Ditulis oleh: Robinson Edison Roga, Field Facilitator dan Gisela Emanuela Nappoe MELC Area Program Sumba Timur, Wahana Visi Indonesia