Bertahan di Pandemi Berkat Kebun Gizi

Bertahan di Pandemi Berkat Kebun Gizi

#BersamaMelawanCovid19 - Pandemi Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia, bahkan hingga masuk ke Indonesia.  Banyak aspek kehidupan masyarakat yang terkena dampak negatif, terutama aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi.  Dampak negatif ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, tapi juga hingga ke pelosok desa. Salah kelompok rentan yang terdampak dengan adanya pendemi ini adalah kelompok anak usia balita.

Desa Meragun, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat juga merasakan dampak negatif adanya pandemi tersebut. Ling-ling (35) seorang ibu balita dari Desa Meragun tahu betul bagaimana pandemi Covid-19 berdampak bagi keluarganya.

“Corona ini membawa dampak yang negatif untuk kami, masyarakat Desa Meragun. Pemerintah sudah memberlakukan pembatasan sosial. Penjual sayur sekarang sudah jarang sekali datang ke kampung karena memang masyarakat juga semakin takut membeli sayur dari pedagang keliling. Itu membuat banyak masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari. Kebutuhan gizi anak terutama balita pun menjadi terganggu dengan adanya hal ini,” katanya.

Pada Januari 2020, Wahana Visi Indonesia (WVI) bekerja sama dengan Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Meragun melaksanakan pelatihan Kebun Gizi bagi para ibu balita. Peserta dilatih untuk menanam sayuran organik untuk memenuhi kebutuhan gizi anak balita.

Keberadaan kebun gizi ini sangat membantu para ibu di Desa Meragun saat adanya pandemi Covid-19 ini. Mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan sayur bagi keluarganya meskipun penjual sayur keliling jarang berkunjung ke desa.

“Kebun gizi ini sangat bermanfaat untuk keluarga kami, terutama anak-anak. Kami bisa bertahan dalam masa pandemi ini dengan mengelola kebun gizi yang sudah kami bangun bersama itu,” tambah Ling-ling.

Menurut pengakuannya, masyarakat Desa Meragun bisa merasakan panen setiap satu minggu sekali dengan dua jenis sayuran.

“Kami tidak perlu capek-capek memikirkan ketersediaan sayuran untuk makan sehari-hari. Gizi anak kami tetap bisa terpenuhi,” ungkap ketua kelompok kebun gizi ini.

Guna memastikan keberlanjutan kebun gizi tersebut, setiap anggota kelompok diminta memberikan uang iuran sebesar Rp2.000 untuk membeli bibit sayuran yang bisa ditanam kembali ketika bibit sudah habis nantinya. Ling-ling berharap kerja sama dalam kelompok kebun gizi ini berjalan terus.

“Kebun gizi ini sangat penting untuk keluarga terutama anak-anak. Kami sudah merasakan manfaatnya sekarang dan ingin ini terus berlanjut ke depannya. Semoga pandemi ini segera berakhir, sehingga masyarakat dan anak-anak bisa kembali beraktivitas secara normal. Untuk itu, masyarakat perlu patuh dengan himbauan dari pemerintah seperti cuci tangan pakai sabun dan gunakan masker,” pungkas ibu 3 orang anak tersebut. 

 

Ditulis oleh: Heri Riyanto, Fasilitator Pengembangan Area Program Sekadau Wahana Visi Indonesia

 


Artikel Terkait