Cerita Mitra: Agar Masyarakat Kami Terpapar Informasi
Pepatah mengatakan “semakin tua sebatang bambu, semakin keras pula dahannya”. Sama halnya dengan Joni Oja (68), seorang pembina rohani Desa Were III, Kabupaten Ngada sekaligus ketua komite sekolah, yang semakin tua usianya semakin semangat dalam mengubah masyarakat.
Joni mulai berkenalan dengan Wahana Visi Indonesia (WVI) saat beliau mengikuti pelatihan kebun gizi. Semangat dan rasa pedulinya yang tinggi kepada masyarakat, Joni mulai membagikan ilmunya secara sukarela kepada masyarakat. Ini mengawali perjalanan Joni menjadi mitra WVI untuk menjadi fasilitator kebun gizi untuk desa lainnya.
Pada masa pandemi Covid-19, berbagai cara pemerintah dan setiap institusi membuat program untuk mencegah penyebaran Covid-19. WVI juga ikut merespons masalah tersebut. Tidak hanya itu, WVI melihat dampak dari Covid-19 pada mereka yang paling rentan, yakni anak-anak.
WVI melatih masyarakat untuk menjadi fasilitator agar mereka kemudian dapat kembali ke desa dan membagi informasi baik ke masyarakat dan kemudian dengan informasi ini secara perlahan dapat mengubah perilaku, khususnya pola didik orang tua kepada anak di masa pandemi. Salah satu fasilitator yang dilatih tersebut adalah Joni Oja.
Semangat Joni terus berlanjut hingga saat ini. Setiap minggu ia pun meminta izin kepada pastor paroki untuk menyosialisasi materi Covid-19 dan teknik pengasuhan dengan cinta (PDC) kepada jemaat.
“Saya senang belajar hal baru, dan setiap jenis pelatihan apa saja saya akan ikut. Saya punya alasan karena melihat masyarakat kami masih jauh sekali dari terpaparnya informasi. Perilakunya masih cuek dan tidak peduli, sehingga motivasi ini yang membuat saya ingin belajar banyak dan dapat saya bagikan ke masyarakat agar kami juga tidak tertinggal informasi,” ujar Joni mengutarakan maksud di balik niat baiknya ini.
Menurutnya, setelah bergabung menjadi mitra WVI dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat, Joni melihat adanya perubahan yang terjadi. Terutama pada keinginan masyarakat membuat kebun gizi.
“Memang tidak semua masyarakat itu menanam, tapi dari kebun gizi keluarga sudah tercukupi dalam pemenuhan makanan bergizi, seperti buah dan sayur khususnya bayi balita. Di posyandu mereka sering PMT (pemberian makanan tambahan.red) dari sayur dan buah yang mereka tanam sendiri,” cerita Joni.
Kekerasan anak yang kerap terjadi di desa ini juga sudah berkurang, bahkan lanjut Joni, anak-anak kini semua sudah bersekolah.
Miran Keli (26) seorang tenaga kesejatan desa adalah salah satu yang mendapatkan manfaat dari apa yang dilakukan Joni. Katanya, “Bapak Joni sering ajak saya saat sosialisasi di gereja atau di masyarakat. Beliau sering sosialisasi Covid-19 dan sangat berhubungan dengan kesehatan, sehingga beliau meminta saya membantu menjelaskan juga dampak pada kesehatan jika terserang Covid-19. Beliau orangnya sangat semangat dan dia melakukan atas inisiatifnya sendiri. Karena melihat hal ini baik saya juga senang bisa membantu beliau agar semua masyarakat kami terhindar dari Covid-19 dengan menerapkan perilaku hidup yang sehat.”
Buah dikatakan enak dan manis jika dicicipi, cinta dikatakan indah jika dirasakan. Perilaku orang berubah karena melihat hal baik yang kita beri. Itulah Joni Oja yang punya cinta yang besar untuk masyarakatnya. Jika kita lelah, mengeluh dan tidak kuat dengan pekerjaan kita, lihatlah Tuhan di setiap sisi itu maka kita akan kuat dengan rahmatNya yang berlimpah.
Ditulis oleh: Laurensius Viktor Gua, Field Facilitator Area Program Nagekeo Ngada Wahana Visi Indonesia