Pendidikan Karakter Kontekstual Hapuskan Kekerasan di Sekolah

Pendidikan Karakter Kontekstual Hapuskan Kekerasan di Sekolah

Menggunakan kekerasan dalam mendidik siswa di sekolah seringkali dianggap wajar. Hal ini masih terjadi di beberapa wilayah Indonesia, seperti NTT, di mana guru menggunakan kekerasan sebagai bentuk mendisiplinkan siswa. Kenyataan seperti ini membuat Wahana Visi Indonesia (WVI) Area Program Manggarai Barat mulai menerapkan program pendidikan karakter kontekstual dengan semangat Natas Bate Labar di Manggarai Barat, NTT.

Program ini disambut baik oleh sekolah-sekolah dan orang tua di Manggarai Barat. Hanya dalam kurun waktu satu tahun, salah satu sekolah bahkan telah mahir meningkatkan peranan guru dalam mendidik anak di sekolah. Lewat program ini para guru terus diberikan pembekalan, sementara siswa terus didampingi oleh WVI dalam mengembangkan kreativitasnya sesuai dengan minat dan bakat.

Delsi (12), seorang siswa mengaku dirinya seringkali merasa tidak bebas dalam mengekspresikan diri saat di sekolah. Setelah mengikuti program ini, Delsi mulai mendapatkan kesempatan untuk memberikan masukan dalam upaya pengembangan sekolah melalui proses evaluasi dengan metode child search. Anak-anak juga dilibatkan dalam proses pembuatan rencana pengembangan sekolah. Delsi merupakan salah satu anak yang paling aktif dan suka dilibatkan dalam setiap kegiatan yang dimaksud.

Melalui peluang pemberdayaan ini, secara kelembagaan sekolah mulai menerapkan aturan pro perlindungan dan partisipasi anak. Lingkungan sekolah diperbaiki dengan membuat berbagai macam tulisan, slogan dan simbol bernuansa pedagogis baik di dalam kelas, di dinding sekolah, maupun di halaman sekolah.

Program ini juga mendapat dukungan dari para siswa, orang tua dan masyarakat sekitar. Mereka melihat dan merasakan perubahan yang terjadi pada anak-anak dan juga institusi sekolah. Selain orang tua, pemerintah desa, gereja juga sangat terbuka dan suportif dengan selalu siap bersinergi terkait upaya pengembangan kreativitas anak dan kelembagaan sekolah.

Pada 2020, sekolah tempat Delsi belajar ini telah mencanangkan diri sebagai sekolah ramah anak, dan lingkungan sekolah bebas rokok. Deklarasi ini dihadiri dan ditandatangani oleh pihak sekolah, perwakilan orang tua murid, dan disaksikan oleh pemerintah desa setempat.

Delsi mengatakan, “Dengan hadirnya WVI, kami merasa sangat terbantu. Kami bisa lebih aktif, terbuka dan berani mengutarakan pendapat. Kami juga bangga terlibat dalam perencanaan sekolah dan evaluasi sekolah. Selama kehadiran WVI, kami juga sering dilibatkan dalam kegiatan mengembangkan minat dan bakat. Kami juga berterima kasih kepada WVI karena selama pandemi Covid-19, WVI masih berusaha mendampingi para guru kami secara online. Dan kami anak-anak juga dirawat oleh WVI dengan menyediakan masker, sabun dan handuk yang sangat berguna bagi kami untuk menjaga kesehatan kami sendiri.”

Program pendidikan karakter kontekstual masih terus dijalankan WVI di beberapa area pelayanan di seluruh Indonesia. Lewat program ini diharapkan setiap anak, orang tua dan tenaga pendidik mengerti bagaimana mewujudkan hak dan partisipasi anak sedari dini di sekolah dan rumah.

Ditulis oleh: Ignasius Yulianto, Proyek Koordinator di Area Program Manggarai Barat Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait