Dari Halaman Rumah ke Halaman Posyandu
Pelatihan kebun gizi di salah satu desa di Kabupaten Kupang berakhir tepat dengan datangnya musim hujan dan musim tanam padi. Pelatihan ini difasilitasi oleh WVI bersama GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor) sebagai mitra. Musim seperti ini membuat banyak peserta tidak bisa terjun langsung mengolah kebun gizi dengan maksimal. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Tildis, atau akrab disapa Mama Tildis. Perempuan berusia 39 tahun ini sehari-hari bekerja sebagai petani sayur dan aktif sebagai relawan masyarakat dan kader Posyandu.
Sudah lama Mama Tildis memberi perhatian lebih pada pemenuhan gizi anak di desanya. Maka, ia menjadi salah satu yang paling semangat mengikuti pelatihan kebun gizi. Apalagi karena sebelum mengikuti pelatihan, Mama Tildis selalu gagal menanam sawi, lebih-lebih di musim hujan. Tapi setelah mengetahui teknik perawatan tanaman sayur, ia berhasil menanam beberapa bedeng sawi dan kangkung. Panen kebun gizi pertamanya sangat melimpah. Setelah mencukupi kebutuhan konsumsi sayur di keluarganya, Mama Tildis bisa berbagai sayur dengan tetangga bahkan menjualnya juga. Hasil penjualan ia pakai untuk membeli bibit tomat. Sekarang tidak ada lagi lahan kosong di pekarangan rumahnya.
Sekalipun kebun gizinya berhasil, Mama Tildis masih terbeban dengan kebun gizi keluarga lainnya yang tidak terurus. Padahal banyak keluarga di sekitarnya membutuhkan perhatian dalam pemenuhan gizi balita. Hal ini ia sadari juga ketika bertugas sebagai kader di Posyandu. Ia tidak ingin hanya memikirkan kehidupan keluarganya tapi juga hak-hak hidup anak di desanya. Karena itu, Mama Tildis terdorong untuk membuat sebuah kebun gizi komunal di depan Posyandu. Mama Tildis pun mengajak partisipasi dari relawan masyarakat lainnya, kader-kader Posyandu, serta para ibu balita.
Mulanya kebun sayur di halaman Posyandu hanya berisi sawi dan kangkung. Sekarang, kebun mulai terisi aneka bumbu dapur serta tanaman apotek hidup. Pekerjaan baik yang dimulai oleh beberapa orang itu telah berkembang dan telah dirasakan manfaatnya oleh 60-an anak dan balita di desa. “Beta talalu senang sempat ikut itu pelatihan kebun gizi yang GMIT dan WVI buat, karena sekarang orang tua, dong sonde perlu kasih keluar uang beli sayur lai. Anak-anak juga makin sehat karena ini sayur son pakai pupuk kimia,” ujarnya dengan sukacita.
Penulis: Ayi Rambu Kareri Emu (Staf lapangan GMIT, mitra WVI di Kabupaten Kupang)
Penyunting: Mariana Kurniawati (Communcation Executive)