Di Balik Layar: Mitra Lokal Berproses Bersama Mewujudkan Papua Tanah Damai

Di Balik Layar: Mitra Lokal Berproses Bersama Mewujudkan Papua Tanah Damai

Peristiwa konflik kekerasan selalu menimbulkan korban, antara lain anak-anak dan kelompok rentan lainnya merasa tidak aman, tidak bisa belajar, dan beraktivitas seperti biasa. Program “Transformasi Komunitas untuk Kerukunan (NOKEN) Papua”.  yang didanai oleh Uni Eropa sebagai wujud kerja sama WVI dengan mitra-mitra gereja berupaya meningkatkan kapasitas aktor masyarakat sipil sebagai agen pemberdaya masyarakat untuk membangun kerukunan. Mitra-mitra lokal memiliki reputasi, pengalaman, dan kapasitas dalam melibatkan komunitas akar rumput. Dalam perjalanan karya bersama program NOKEN, mitra lokal turut merasakan peningkatan kapasitas dan transformasi relasi, baik pada organisasi, diri sendiri, maupun masyarakat yang mereka dampingi.

Hari itu, Pater Remi sedang menekuri laptop saat staf NOKEN berkunjung. Di tengah kesibukan, beliau bersama Kak Yan menyambut hangat dan meluangkan waktu untuk berbincang akrab. “Saya sedang kasih masuk data untuk laporan keuangan, sambil cek kelengkapan nota-nota,” ujar Pater. Laporan tersebut akan dikirimkan ke akuntan Program NOKEN Papua sebagai bentuk pertanggungjawaban mitra setiap bulan.

Pater Remi dan Kak Yan merupakan mitra lokal yang menjadi bagian dari tim program NOKEN. Pater Remi dan Kak Yan bernaung di bawah Sekretariat Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan Fransiskan Papua (SKPKC FP), organisasi nirlaba yang merupakan unit pelayanan pastoral Katolik dari Provinsi Fransiskus Duta Perdamaian Papua. Selain SKPKC FP, Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) dan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) wilayah IV Papua bermitra dengan program NOKEN atas dasar kesamaan visi: Papua tanah damai.

Para mitra memiliki jam terbang tinggi dalam pelayanan yang beragam sehingga dikenal baik oleh masyarakat. GKI TP memiliki pusat bantuan mediasi yang hingga kini aktif memediasi sekaligus meningkatkan kapasitas mediator di seantero Papua. GKII wilayah IV di Papua Pegunungan Tengah pernah mendirikan yayasan pendidikan, terlibat dalam program peningkatan kesadaran dan pencegahan HIV/AIDS, pembaharuan teknologi agrikultur, Toilet Sehat dan Honai Sehat. SKPKC FP telah memfasilitasi berbagai pelatihan, advokasi, dialog, dan diskusi bertemakan hak asasi manusia, hukum, rekonsiliasi, resolusi konflik, penanganan trauma, gender, perdagangan manusia, dan isu-isu sosial kontekstual. Kegiatan-kegiatan ini melibatkan lembaga swadaya masyarakat, pemerintah daerah, institusi keamanan, lembaga berbasis agama, perguruan tinggi, media massa, dan juga lembaga adat. Pengalaman dan keahlian para mitra memberi pengayaan bagi program. WVI dan para mitra berbagi banyak sumber daya dan pembelajaran dalam program kerja sama ini. 

“Saya sangat bersyukur karena WVI dan SKPKC berbagi banyak hal dalam kerja sama ini, terutama sekali visi yang sejalan yaitu, Papua tanah damai. Selama ini program kami di SKPKC berfokus pada pendekatan analisis konflik. Nah, program NOKEN ini punya pendekatan baru yaitu, kohesi sosial, yang artinya memberdayakan masyarakat untuk mengadakan kegiatan-kegiatan pemersatu berbagai kelompok masyarakat. Ini melengkapi pendekatan kami selama ini. Saya juga senang karena pengalaman fasilitator kami bertambah. Bahkan yang belum pernah jadi fasilitator punya kesempatan belajar di sini,’’ ujar Pater Sandro, koordinator untuk program NOKEN dari SKPKC FP. Salah satu kegiatan NOKEN yakni, literasi digital dan pelatihan multimedia untuk pemuda juga sejalan dengan agenda rutin SKPKC FP untuk mengasah keterampilan jurnalistik pemuda. Sebagaimana diceritakan Kak Yan, beberapa peserta kegiatan NOKEN lanjut mengikuti kegiatan SKPKC FP karena minat yang bertumbuh terhadap dunia jurnalistik.  

Selain memperkaya fasilitator dan agenda rutin yang dimiliki masing-masing mitra, program NOKEN berupaya secara rutin menguatkan kapasitas ketiga mitra lokal ini terutama dalam manajemen program.  WVI dan mitra lokal sama-sama belajar mulai dari pengenalan kerangka berpikir logis berisi tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dari setiap kegiatan, perencanaan kegiatan dan anggaran, pelaksanaan, hingga pertanggung-jawaban sesuai standar yang akuntabel.

“Selama ini kami tidak pernah mengetahui hal-hal teknis ini, dan pelatihan hari ini sangat membantu kami,” ucap Bapa Gaad, koordinator untuk program NOKEN dari GKII, usai peningkatan kapasitas keuangan dan pengadaan barang. Para mitra pun berkesempatan untuk langsung menerapkan hal tersebut dalam implementasi program NOKEN.

“Sistem kerja, administrasinya luar biasa. Ada banyak hal kecil namun penting yang dipelajari misalnya, informed consent di absensi. Hal ini melindungi organisasi ketika ada masalah. Awalnya saya rasa kerepotan dengan dokumen pelaporan seperti nota-nota dengan segala aturannya, tapi ketika sudah berjalan, saya rasa baik dan penting untuk pertanggung-jawaban. Sistem pengadaan menghindari uang tunai, minim celah untuk penyalahgunaan. Ada dasar kesepakatan tertulis untuk segala aktivitas dan pengeluaran. Adanya perbandingan harga vendor juga mengurangi celah untuk nepotisme. Intinya saya terkesan dengan perencanaan yang baik, pelaksanaan sesuai rencana, dan evaluasi rutin atas sistem yang telah berjalan,” ungkap Pater Remi dengan mata berbinar. Sistem keuangan daring yang digunakan untuk pelaporan saat ini juga dirasa bermanfaat untuk penjurnalan, baik di program maupun di internal SKPKC FP, karena kebetulan cara kerjanya mirip dengan sistem di SKPKC FP. “Ada hal-hal yang tidak ada dalam teori namun harus berdasarkan pengalaman. Di sini saya bersyukur bisa berbagi pembelajaran dengan NOKEN,” pungkasnya.

Tim mitra NOKEN terdiri dari ragam suku dan peran: tokoh adat, pemimpin agama, majelis maupun awam. Namun semuanya bekerja sama dan sama-sama menunjukkan minat belajar. “Kami tertarik dan berencana mencoba proses bidding, antisipasi bila ada pengeluaran besar,” ujar Pater Remi. “Kalau ada hal baru lagi, kami minta diajarkan,” celetuk Kak Yan kemudian.

Mama Alfrida, fasilitator tim NOKEN dari GKI TP yang juga majelis di gerejanya merasakan pengalaman yang berkesan saat mengimplementasikan dalam program. “Mama baru pertama kali ini bikin laporan kegiatan, apalagi ada kasih-kasih masuk gambar dan absen. Awalnya rasa bingung, tapi Mama senang akhirnya bisa dan terbiasa. Begitu juga koordinasi. Biasa Mama koordinasi dalam jemaat saja, sekarang harus pergi-pergi koordinasi ke klasis dan gereja-gereja lain sampai ke danau. Tapi lagi-lagi Mama senang tambah teman dan pengalaman,” demikian tuturnya. Beliau juga turut merasakan manfaat dari kegiatan NOKEN, terlebih karena ia mula-mula mengikuti peningkatan kapasitas perempuan sebagai agen kerukunan. Ia merasa materinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya, belajar lebih sabar dalam menghadapi tantangan dari berbagai macam orang dan situasi.

Selain Mama Alfrida, beberapa mitra lain juga mulai merasakan manfaat dari aktivitas-aktivitas yang mereka implementasikan bersama para pemuda. “Saya lihat pemuda makin semangat dan kreatif. Sekarang media sosial tidak mereka pakai buat main-main saja, tapi ada nilai tambah karena menyebarkan pesan kerukunan dan menyoroti masalah sosial seperti kekerasan terhadap anak dan pernikahan dini. Saya optimis mereka akan tumbuh jadi generasi yang membanggakan,’’ kata Ibu Pendeta Hagar, fasilitator tim NOKEN dari GKI TP di Biak Kota. “Ada pemuda yang dulunya pemabuk dan tukang provokasi, namun setelah ikut literasi digital dia tertarik mengikuti pelatihan-pelatihan selanjutnya seperti pelatihan desain grafis oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Bahkan ia menjadi ketua kelompok peserta pelatihan,” cerita Kak Yan.

Bapa Gaad juga kerap hadir langsung mendampingi pelatihan-pelatihan, tak terkecuali sosialisasi gender dan kesehatan reproduksi. “Ini betul-betul hal baru bagi banyak orang di sini, tapi sangat penting untuk diketahui apalagi disampaikan langsung oleh profesional di bidang kesehatan reproduksi. Saya senang lihat mereka yang ikut pelatihan ini aktif bertanya. Kami siap mendukung pelatihan-pelatihan ini diadakan lagi,” ujarnya.

Adanya dampak yang diamati dan dirasakan dari kegiatan yang mereka persiapkan dan dampingi secara langsung nampaknya berperan menghidupi asa dan semangat dalam mewujudkan visi Papua tanah damai.



 

Penulis: Andina Larasati (Koordinator Monitoring, Evaluasi, dan Pembelajaran Program NOKEN)

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)

 

Materi publikasi ini diproduksi dengan bantuan hibah dari Uni Eropa. Pendapat/pandangan yang dinyatakan dalam materi publikasi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab Wahana Visi Indonesia dan bukan mencerminkan pendapat/ pandangan Uni Eropa.


Artikel Terkait