Dua Dekade Berkarya di WVI

Dua Dekade Berkarya di WVI

“Dari awal masuk tahun 2002, sampai sekarang sudah 2023, Wahana Visi Indonesia masih terasa seperti rumah buat saya,” ucap Atjie Kaya (48), staf WVI yang saat ini memegang posisi sebagai Corporate Planning, Monitoring and Learning Manager di kantor nasional. Meskipun sudah 21 tahun berkarya, Atjie tetap betah menjadi keluarga WVI. Kehangatan dan kekeluargaan di antara staf WVI menjadi salah satu hal yang menjadi sumber sukacita dalam pekerjaannya selama ini. 

Perempuan asal Ambon ini membuka cerita pertemuannya dengan WVI dengan cukup jenaka. Kilas balik pada tahun 2002, di saat dunia belum sedigital sekarang, Atjie melihat lowongan pekerjaan di sebuah halaman situs renungan harian Kristen (saat itu gloria.net, sekarang menjadi santapanrohani.org). “Saya ingat betul itu lowongannya masih mirip iklan baris, empat kalimat saja. Mencari orang yang mau bekerja untuk pengembangan masyarakat. Siap ditempatkan di seluruh Indonesia. Begitu isinya,” tutur Kak Atjie, begitu ia akrab disapa oleh rekan-rekannya. 

Walaupun saat itu Atjie belum tahu jelas organisasi apa yang memuat iklan lowongan tersebut, namun ia tetap melamar. Setelah lulus kuliah, memang sudah menjadi tekad Atjie untuk bekerja di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Cita-citanya adalah bekerja bersama masyarakat di desa-desa di Kalimantan. Iklan lowongan itu menjadi jawaban yang tepat di waktu yang tepat yaitu, untuk bekerja di pelosok Indonesia.

Tahun 2005, Atjie (paling depan, tengah) bersama rekan-rekan dari kantor operasional pertama WVI yang berlokasi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

“Orang tua saya awalnya ga ngasih izin. Mereka juga ga ngerti pekerja sosial itu ngapain sampai saat terjadi tsunami di Aceh, saya bilang, ya kerja sosial ini salah satunya ngurusin begini. Barulah orang tua saya paham dan memberi izin. Karena orang tua saya pikir, saya nih dari Ambon, kok bukannya kerja di Jawa tapi malah ke tempat yang lebih terpencil lagi dari Ambon,” katanya dengan derai tawa. Tak perlu waktu lama untuk Atjie memulai perjalanan karier pertamanya. Wahana Visi Indonesia menjadi tempat Atjie pertama bekerja dan ternyata terus setia hingga sekarang. Ia memulai karier di WVI sebagai management trainee. Atjie memulai perjalanan bekerja bersama dengan masyarakat di kantor operasional Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah yang merupakan Area Development Program (ADP) pertama di Indonesia. 

Tahun 2003, setelah menyelesaikan program management trainee selama kurang lebih empat bulan, Atjie kemudian memegang posisi sebagai Monitoring and Evaluation Coordinator di ADP Banggai. Kiprah Atjie sebagai orang yang memegang kendali untuk memantau keselarasan perencanaan dan implementasi program terus bergulir hingga posisinya saat ini. Dulu, ia bekerja sebagai koordinator pemantauan dan evaluasi di tingkat kantor operasional, sekarang bekerja sebagai manajer untuk topik yang sama namun di tingkat nasional. Pengalamannya bekerja langsung bersama masyarakat selama kurang-lebih enam tahun menjadi hal berharga yang mendukung profesi saat ini. “Selama saya kerja ini, saya juga jadi kerja dengan banyak generasi staf. Ada yang sudah senior, ada yang muda-muda. Jadi saya juga bisa membangun relasi dan strategi kerja dengan cara yang beda-beda,” tuturnya. Bagi Atjie, selain pengalaman kerja di lapangan, bekerja di bidang kemanusiaan juga membutuhkan keterampilan berelasi yang baik. 

Tahun 2017, Atjie (baris kedua, paling kiri) bersama rekan-rekan kantor nasional WVI dalam kegiatan team building staf

Bekerja dengan data-data ternyata menyenangkan untuk Atjie. Sebagai seorang Corporate Planning, Monitoring, dan Learning Manager, saat ini Atjie berkutat dengan data-data perencanaan, implementasi, dan evaluasi semua program yang sedang berlangsung di lebih dari 30 kantor operasional WVI. Bila untuk beberapa orang data-data ini jadi sumber penat, tapi tidak untuk Atjie. “Saya suka dengan data-data. Saya senang melakukan manajemen program atau project. Saya juga senang ketika bisa membantu rekan-rekan di kantor operasional melihat dampak program mereka dari awal perencanaan hingga nanti saat sudah harus meninggalkan area tersebut,” jelas Atjie. 

Sebagai salah satu staf yang memiliki banyak pengalaman baik secara teknis maupun konsep, Atjie menyimpulkan bahwa baginya, setia bekerja di bidang apapun erat kaitannya dengan kesamaan antara visi pribadi dengan visi organisasi. Semakin serupa visinya, maka kontribusi setiap orang kepada organisasinya akan semakin besar, dan begitu juga sebaliknya. Organisasinya juga dapat memberikan kontribusi untuk transformasi staf tersebut. “Bagi saya, bekerja di Wahana Visi Indonesia itu sesuai dengan visi saya. Saya juga suka dengan anak-anak. Namun, terlebih lagi, latar belakang saya yang saat tumbuh-besar di Ambon melihat bagaimana anak-anak hidup dekat dengan konflik dan juga pola pengasuhan orang tua yang cukup keras ya. Jadi saya punya harapan untuk mengerjakan sesuatu yang bisa memberikan perubahan untuk anak-anak. Supaya anak-anak ini bisa hidup lebih baik dari yang saya lihat waktu saya di Ambon,” ujarnya.

 

 

Penulis dan penyunting : Mariana Kurniawati (Communication Executive) 


Artikel Terkait