Gereja Bergerak, Berbenah, dan Berperan agar Anak-anak Terlindungi

Gereja Bergerak, Berbenah, dan Berperan agar Anak-anak Terlindungi

Sudah saatnya Gereja memiliki perhatian dan bergerak  terhadap isu dan masalah sosial yang sedang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sudah saatnya Gereja berbenah, mengoptimalisasi fungsinya, bukan hanya memperhatikan spiritualitas umat tapi juga berperan dalam memberikan perlindungan terhadap anak. Gereja sebagai ruang publik juga harus mampu menjadi tempat yang aman bagi anak untuk bertumbuh dan berkembang serta berkumpul melakukan kegiatan positif dan kreatif. Selain itu, Gereja juga bisa menjadi rujukan orang tua terkait pengasuhan anak yang baik. 

“Gereja Ramah Anak” merupakan tujuan akhir dari profil Gereja yang seperti disebutkan di atas. Salah satu Gereja yang berada di area pelayanan WVI di Kabupaten Kubu Raya sedang berproses untuk mencapai tujuan tersebut. “Saya prihatin dengan kondisi anak-anak di lingkungan Gereja. Kemudian dengan cerita-cerita bahwa anak sering mendapatkan kekerasan di rumah mereka. Maka dengan pendampigan WVI, saya bertekad untuk dapat menjadikan Gereja kami menjadi Gereja Ramah Anak. Jemaat-jemaat kami juga dapat memahami pengasuhan dengan benar. Sehingga kami bergerak dengan langkah-langkah kecil,” ungkap Pendeta Tono, Gembala Jemaat di Gereja tersebut. 

Nyatanya, langkah-langkah kecil tersebut memberi manfaat dan menjadi buah yang manis bagi jemaat Gereja. Setelah Pendeta Tono dan istri dilatih mengenai perlindugan anak, Pengasuhan dengan Cinta, dan Parents Support Group, ia bisa menjadi contoh bagi jemaatnya yang berperan sebagai seorang ayah. 

Berbekal wawasan baru mengenai ketiga hal di atas dan bermodal dana Gereja yang tidak seberapa, Pendeta Tono memfasilitasi pelatihan Pengasuhan dengan Cinta untuk jemaatnya. Dari 17 orang peserta yang hadir, tiga diantaranya adalah para ayah. Walaupun proporsi ayah dan ibu masih tidak seimbang, namun kehadiran 3 orang ayah ini patut dirayakan. Pelatihan ini jadi momen perdana para ayah berpartisipasi aktif dan antusias mempelajari pengasuhan anak. Melawan pandangan patriarkis yang mengkotak-kotakkan peran ayah dan ibu bukan hal yang mudah dilakukan di desa-desa yang berada di Kubu Raya. Oleh karena itu, terobosan terjadi ketika para ayah ini ingin lebih paham dan terlibat langsung dalam pengasuhan anak. Imbasnya, anak-anak akan merasakan kasih dan perhatian yang utuh dalam keluarga. 

“Kami diajar mengasuh anak-anak kami dengan kasih, dengan cinta. Tanpa harus membentak, memukul, emosi. Ternyata ada caranya. Bahkan dengan bahasa cinta dan kasih, kita bisa mendisiplinkan anak,” ujar Bapak Sunaryo, jemaat Gereja, seorang ayah yang mengikuti pelatihan PDC. 

Selain mentransformasi para orang tua yang menjadi jemaat, Gereja juga membuat payung resmi yang mengukuhkan semangat mewujudkan Gereja Ramah Anak. Gereja menerbitkan Surat Keputusan Gugus Gugas Gereja Ramah Anak, melakukan deklarasi kepada seluruh jemaat setelah ibadah gereja hari Minggu, membuat plang nama Gereja yang menambahkan informasi komitmen ramah anak, sertamembuat materi komunikasi perlindungan anak yang dipasang di mading gereja. Sebagian jemaat juga telah mendapat pelatihan PDC yang difasilitasi oleh Pendeta Tono dan istri. 

 

 

Penulis: David Pandapotan (Manager kantor operasional WVI area Kubu Raya)

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait