Gereja Ramah Anak

Gereja Ramah Anak

WVI melaksanakan kembali Church Leader Gathering dan Pemerhati Generasi. Kali ini dilakukan dalam bentuk Talk Show online dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 18 September 2023 dengan Tema “Gereja Ramah Anak”. Acara ini di moderatori oleh Dr. Anil Dawan M.Th selaku Fath and Development Manager yang menyatakan bahwa GRA adalah sebuah perjalan bersama untuk melindungi anak dari eksploitasi, kekerasan, pengabaian dan pelecehan. Disadari sepenuhnya bahwa Gereja memiliki peran penting dan strategis untuk bisa memberikan edukasi pola pengasuhan dalam keluarga sekaligus menjadi wadah bagi anak dan remaja dalam memanfaatkan waktu luangnya untuk kegiatan positif, inovatif, dan kreatif yang aman dan nyaman. Gereja juga berperan dalam memberikan perlindungan bagi anak, perempuan, dan keluarga dari tindak kekerasan. Keterlibatan gereja untuk memberikan perlindungan bagi anak khususnya merupakan misi program Gereja Ramah Anak (GRA).

Inisiatif Multipihak

Dalam sambutan pembukanya Ibu Angela Theodora selalu Direktur Nasional mengatakan bahwa “WVI bekerja sama dengan semua agama, aras, semua sinode, semua gereja lokal di berbagai daerah di skala global, nasional, zonal dan kabupaten/kota hingga ke tingkat kecamatan dan kelurahan/desa untuk mewujudkan Gereja Ramah Anak. Perwujudan Gereja Ramah Anak memerlukan dukungan multi pihak. . Mengutip dari Matius 10:14-16 “"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah  yang empunya Kerajaan Allah  . 10:15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil  , ia tidak akan masuk ke dalamnya.s " 10:16 Lalu Ia memeluk  anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka . Dari ayat ini nyata jelas bagaimana gambaran Allah di dalam Yesus Kristus yang ramah terhadap anak-anak, dan seharusnya demikianlah Gereja juga merepresentasikan kehadiran Allah yang memberkati dan merangkul anak-anak semua.

Beberapa Narasumber yang menyampaikan pemikirannya tentang GRA adalah Pdt. Drs. Sylvana Ranti-Apituley, S.Th – Komisioner KPAI bahwa “Pilar dari gerakan Gereja Ramah Anak merupakan upaya pengarusutaman pemenuhan dan perlindungan Anak di Gereja. Harus diakui bahwa pemahaman Gereja tentang anak ada yang berkesuaian dengan KHA, namun juga masih ada gap dalam prakteknya. Dan justru gap inilah yang harus diselaraskan, sehingga terus diperlukan upaya-upaya kongkrit dari pengarustamaan hak anak dalam gereja”

Sementara narasumber lainnya Ibu Ciput Eka Purwianti, S.Si. MA – Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak Dari Kekerasan (Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak) mengatakan bahwa sesungguhnya Gereja sudah cukup apik dalam memberikan perhatian kepada anak. Pemerintah dalam hal ini KPPPA juga sudah membuat panduan umum mengenai GRA yang bisa digunakan gereja-gereja. Aspek-aspek yang ada dalam panduan GRA adalah indikator adanya kebijakan, sarana prasarana yang mendukung, serta partisipasi anak dsb. Dan semua indikator tersebut mendukung inisiatif besar Pemerintah untuk Idola Indonesia Layak Anak 2030 dan juga KLA Kabupaten dan Kota Layak Anak.

Hambatan dan Peluang

              Hambatan terbesar dalam mewujudkan GRA adalah pada konstruksi sosial yang ada di tengah masyarakat dan juga tipe kepemimpinan gereja yang belum berpektif anak. Hambatan ini sampaikan oleh narsum lainnya yaitu Ibu Haryati PH dari Ketua Pengurus Jaringan Peduli Anak Bangsa. “Tipe kemimpinan gereja sangat menentukan bagaimana konstruksi sosial ini dibangun. Oleh karenanya intervensi harus dilakukan dimulai dari membangun penyadaran di level pemimpin supaya memiliki perspektif anak, memahami UU Perlindungan Anak, Konvensi Hak Anak dan juga prinsip-prinsip yang memandu secara theologis tentang penghargaan dan pentingnya menghargai martabat anak”.

              Sementara itu Ibu Emmy Lucy Smith sebagai Team Leader Perlindungan Anak WVI merasa optimis bahwa GRA akan dapat diwujudkan. Hal ini sudah terbukti dari gereja-gereja yang didampingi WVI memiliki hati dan keterbukaan untuk mengembangkan potensi untuk mewujudkan GRA melalui model proyek Saluran Harapan Perlindungan Anak dan Gender serta Pengasuhan Dengan Cinta, ada gerakan bersama untuk membentuk kelompok aksi berbasis jemaat dalam bergerak dan menangani Perlindungan anak berbasis jemaat. Dengan demikian hambatan yang ada dapat diatasi dengan peluang untuk bekerjasama dengan pemerintah, Lembaga agama, Lembaga adat, akademisi, perusaan, media dan Lembaga masyarakat lainnya.

Penulis: Anil Dawan, Faith & Development Manager, Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait