Guru Menginisiasi, Orang Tua Peduli, Gizi Anak Terpenuhi

Guru Menginisiasi, Orang Tua Peduli, Gizi Anak Terpenuhi

Memimpin sekolah yang berada di ujung jurang dengan akses jalan sulit tidak mematahkan semangat Pak Stefanus dalam mentransformasi sekolahnya menuju Sekolah Sehat. Hal tersebut justru membuat Pak Stef semakin semangat membuktikan bahwa SD yang ia pimpin, meskipun berada tempat yang terjauh dan tertinggal, juga mampu memberi pendidikan berkualitas untuk anak-anak. Ia berinisiatif menggerakkan orang tua untuk terlibat dalam berbagai program sekolah, sampai eksekusi kebun gizi di sekolah yang mengundang decak kagum. 

“Anak-anak di SD ini memang hampir semua adalah anak petani, saya pikir ini juga membantu sekolah melaksanakan program kewirausahaan, mengajarkan makanan sehat, dan meningkatan gizi para murid melalui pengelolaan kebun gizi. Jadi bagaimanapun saya berkomitmen agar ini kebun gizi harus jalan,” tegas Pak Stef. 

Sudah sering guru-guru di SD ini berusaha mengolah tanah di sekolah, seperti menanam singkong untuk dimakan daunnya. Sayangnya, tidak sampai tumbuh besar, tanaman tersebut selalu habis dilahap hewan liar di sekitar sekolah. Namun semangat Pak Stef untuk membuat kebun gizi di sekolah tidak pupus. Ia tetap berinisiatif untuk memberanikan diri berdiskusi dengan komite sekolah dan masyarakat desa setempat. Bagi Pak Stef, anak-anak akan lebih cepat belajar hidup sehat dengan praktik langsung menanam sayur yang sudah lekat dengan aktivitas mereka sehari-hari. 

“Setelah saya berdiskusi dengan masyarakat sekitar, kami mendapatkan ide. Idenya adalah bekerja sama dengan masyarakat untuk mengizinkan sebagian lahannya dijadikan lahan kebun gizi,” cerita Pak Stef, “Lahan yang dialokasikan berjumlah 2 petak dan itu cukup untuk anak-anak belajar,”. 

Tidak hanya itu, Pak Stef juga terus konsisten mengajak para orang tua untuk melanjutkan praktik baik ini di rumah masing-masing. Ia selalu berpegang teguh pada prinsip ‘Belajar sambil Melakukan’. Artinya, mengajarkan gizi melalui praktik langsung di rumah dan sekolah. 

“Setiap hari saya makan sayur. Sayur sawi 2-3 minggu sudah panen jadi suka sayur sawi,” cerita Maria, siswi kelas 5. “Dulu hanya makan nasi pakai kopi saja atau nasi kosong (nasi putih tanpa lauk). Sekarang ada sayur,” lanjutnya. 

Perbaikan gizi para murid pun mulai terlihat. Sekarang tempat makan anak-anak isinya nasi dengan beragam sayur-sayuran. Tidak lupa botol air minum yang menjadi salah satu kebiasaan baik yang diterapkan melalui program BOKS.  

“Karena WVI melalui program BOKS juga selalu mendukung kami, seperti membantu bibit untuk kebun gizi,” ujar Pak Stef. Ia juga mengaku metode yang ia lakukan yaitu, melalui membangun relasi dengan masyarakat ia pelajari melalui beragam pelatihan WVI. “Ini yang bisa saya lakukan sebagai wujud tanda terima kasih atas dukungan yang sudah diberikan,”. 

Inovasi yang dilakukan Pak Stef membawa dampak baik bagi anak-anak, guru, dan dirinya sendiri sebagai Kepala Sekolah. Di tahun ini, ia terpilih sebagai Kepala Sekolah Inspiratif Tingkat Nasional, menjadi fasilitator di berbagai kegiatan seperti Guru Penggerak, Penguatan Literasi, dan juga untuk program Sekolah Sehat.  

“Intinya untuk saya, selalu mengajak masyarakat bekerja sama. Kalau ada masalah, selalu saya berkomunikasi dengan masyarakat sehingga selalu ada solusinya,” kata Pak Stef yang menjadi bukti nyata bahwa transformasi di komunitas itu berawal dari keinginan untuk melangkah dan tekad untuk mewujudkannya.

 

Untuk informasi selengkapnya mengenai program BOKS, silahkan kunjungi www.anakboks.com.

 

Penulis: Handri Rambas (PJI), Santo Petrus (Koordinator BOKS area Nusa Tenggara Timur) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait