Hadirkan Perlindungan Anak dan Gender di Lombok

Hadirkan Perlindungan Anak dan Gender di Lombok

Wahana Visi Indonesia bekerja sama dengan Islamic Relief melakukan pelatihan TOT COH (Channel Of Hope) Perlindungan Anak dan Gender serta advokasi untuk tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. WVI memfasilitasi pelatihan dan pendampingan bagi para pemuka agama guna mendampingi orang tua dalam mempraktikkan pola asuh yang baik bagi anak melalui rangkaian pelatihan COH Perlindungan Anak, gender, dan Pengasuhan dengan Cinta (PDC). Selama 4 hari pelatihan dilakukan di Mataram mulai tanggal 31 Oktober-3 November 2023 menghadirkan 35 peserta dari Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Barat, Bima, dan Kota Mataram. Kegiatan ini merupakan upaya mengkatalisasi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah untuk dapat memainkan peran vital mereka untuk bersatu melakukan upaya perlindungan anak dan menyetarakan gender sehingga bisa mengubah pola pikir, perilaku hingga kebijakan yang mewujudkan kesejahteraan anak secara holistik. 

WVI telah memulai program pelibatan masyarakat di Lombok Timur dan Utara, khususnya di tiga kecamatan dampingan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan indikasi kerentanan pada anak sebagai berikut: 

  • 93,98% (234 dari 249) remaja usia 12-18 tahun di Lombok Utara dan 96,8% (241 dari 249) di Lombok Timur menyatakan bahwa aspirasi dan pandangan mereka tidak tersalurkan dan tidak dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan masyarakat. 

  • 75,1% (187 dari 249) anak remaja di Lombok Utara dan 71,2% (177 dari 249) di Lombok Timur melaporkan bahwa mereka tidak memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya. Bahkan dari FGD yang dilakukan terhadap anak, ditemukan bahwa kekerasan paling banyak dialami di rumah, di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak. 

  • Berdasarkan data UNICEF, prevalensi perkawinan anak di Nusa Tenggara Barat mencapai 17,7%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 14,1%, pada tahun 2017. 

Meskipun angka tersebut mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi 16,09%, namun angka tersebut masih termasuk dalam kategori darurat perlindungan anak. Permasalahan ini perlu ditangani lebih serius oleh semua pihak. Maraknya kasus kekerasan terhadap anak dalam berbagai bentuk tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai pengemban tugas, namun juga perlu didukung oleh pihak lain, termasuk para pemuka agama yang sangat dihormati dan dipercaya masyarakat.  

Melihat potensi besar yang dimiliki para pemuka agama, WVI merasa perlu berkolaborasi dengan para pemuka agama untuk turun tangan dalam mengatasi permasalahan ini melalui model proyek Pengasuhan dengan Cinta (PDC) yang berisi  modul Celebrating Families dan Positive Parenting. Beberapa peserta memberi kesan yang antusias dan bermakna terhadap pelatihan ini, “Kami menyadari bahwa dalam fungsi peran kadang kala kami berperan sebagai pelindung, namun lebih sering sebagai pengamat. Kami bertekad setelah pelatihan ini kami bisa menjadi pelindung anak dan menyetarakan gender melalui perubahan cara pikir dan komitmen hati kami serta aksi supaya terjadi perubahan-perubahan kearah yang lebih baik,” ujar salah satu peserta pelatihan. 

 

Penulis: Anil Dawan (Faith and Development Manager

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait