Kacang Kenari dan Efeknya Bagi Kesejahteraan Keluarga

Kacang Kenari dan Efeknya Bagi Kesejahteraan Keluarga

#BersamaMelawanCovid19 – Siang itu sekelompok wanita terlihat menikmati tawa dengan tangan yang tak henti mengupas kacang kenari. Mereka adalah para pengupas kenari yang merupakan masyarakat dampingan di Alor dari proyek Moringa (More Income Generated for Poor Families in Indonesia) yang diimplementasikan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) atas dukungan dari pemerintah Australia sejak 2019. Lewat intervensi ini, setidaknya 200 keluarga petani di Desa Nailang, Alor, NTT telah mendapatkan peningkatan penghasilan. 

Kacang kenari bukanlah barang mudah laku di NTT. Harganya seringkali tidak menentu dan sangat rendah. Masyarakat biasanya membeli hanya di hari raya keagamaan seharga Rp15.000-Rp20.000 per kg. Namun, setelah proyek Moringa melakukan analisa dan intervensi program, kacang kenari mulai dikenal dan dicari oleh pasar domestik bahkan ekspor. 

Bersama TIMURASA, sebuah perusahaan komunitas, bermitra bersama WVI untuk mendampingi proses teknis pengupasan, kualitas kacang kenari, hingga menjangkau akses pasar yang lebih luas. Kerja sama ini ternyata berbuah manis. Harga kacang kenari kulit air pelan-pelan naik di atas harga Rp40.000 per kg, dan kacang kenari kupas di harga Rp70.000 hingga Rp80.000 per kg.

Hal Ini memompa semangat para petani untuk terus mengumpulkan kacang kenari yang kemudian dijual kepada pengumpul desa. Selanjutnya, Vony Asafa bertanggung jawab sebagai pengumpul Kabupaten, sekaligus orang kepercayaan TIMURASA dalam memastikan kualitas dan pengiriman.

Pelatihan dan pendampingan yang dilakukan tim proyek Moringa dan TIMURASA ternyata berdampak banyak bagi kesejahteraan masyarakat Desa Nailang. Terutama saat pandemi Covid-19 terjadi.

Pendapatan masyarakat yang terus berjalanan konsisten membantu masyarakat terus bertahan di masa pandemi. Mereka memiliki kegiatan bersama, serta terus menomorsatukan kebersihan diri saat harus bekerja.

"Secara pribadi kita terbiasa keluar masuk rumah cuci tangan. Mama-mama yang mau kerja, cuci tangan sebelum dan setelah kerja. Anak-anak yang datang juga akhirnya ikutan cuci tangan," cerita Vony.

Melalui respons tanggap darurat pandemi Covid-19, WVI dan TIMURASA kembali berkolaborasi dalam memberikan satu unit sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang ditempatkan di rumah produksi kacang kenari. Tak hanya oleh para pengupas kenari, fasilitas ini juga bisa diakses dan digunakan oleh seluruh warga Desa Nailang.

Kebersihan makanan adalah kunci utama suatu produk di masa pandemi. Lewat fasilitas CTPS yang tersedia, diharapkan kepercayaan masyarakat penggemar kacang kenari akan selalu ada. Dengan begitu, kesejahteraan anak-anak dan masyarakat Alor terus terjamin. 


Ditulis oleh: Hestin Klaas, Team Leader Moringa Project NTT Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait