Kisah Jamban yang Bikin Bahagia

Kisah Jamban yang Bikin Bahagia

Mama Merti dan Mama Rosalia dengan bangga memamerkan kloset hasil karya mereka. Penuh senyuj, kedua ibu rumah tangga ini menunjukkan jamban leher angsa hasil kerja mereka selama megikuti kegiatan pelatihan pembuatan jamban di salah satu Kantor Desa yang ada di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.  

Mama Merti adalah ibu muda dengan dua anak, suaminya seorang petani. Sehari-hari, Mama Merti bekerja selayaknya ibu rumah tangga biasa. Selain mengurus anak dan rumah, Mama Merti kerap membantu suaminya di kebun. Anak pertamanya berusia lima tahun, sedangkan anak kedua baru berusia tiga bulan.  

Bersama suami dan kedua anaknya, Mama Merti tinggal di sebuah rumah sederhana yang berdekatan dengan kebun mereka. Mama Merti bercerita, awalnya rumah mereka belum memiliki jamban. “Kami biasa buang hajat di kebun, karena kami belum punya kakus yang baik,” ujar Merti malu-malu. Kebiasaan ini mereka jalani sejak menikah dan memilki rumah sendiri. 

Mama Rosalia pun memiliki pengalaman yang sama. Ibu rumah tangga ini bercerita, “Saya dan suami harus berbagi jamban dengan mertua dan adik-adik iparnya untuk urusan BAB, walaupun kami sudah punya rumah sendiri. Selama ini, kami menumpang untuk BAB karena di rumah tidak ada toilet,”. Sebagai keluarga muda, Mama Merti dan Mama Rosalia tidak sanggup membeli jamban di toko bahan bangunan. Harga pasaran satu jamban leher angsa di Kabupaten Ngada sekitar Rp 300.000,-. Dan hal ini sangat menyulitkan keluarga-keluarga muda di desa. 

Saat keduanya diundang pemerintah desa untuk ikut serta dalam kegiatan Pelatihan Pembuatan Jamban, Mama Merti dan Mama Rosalia sangat bersemangat. Melalui pelatihan ini, Mama Merti dan Mama Rosalia tidak perlu lagi memikirkan uang untuk membeli jamban sehat. Ternyata mereka bisa membuatnya sendiri. “Kami senang sekali. Kami diajari cara bikin jamban yang lebih murah. Jadi kami juga tidak akan BAB di kebun lagi. Bisa lebih bersih dan sehat,” ujar Mama Merti. 

“Saya akan bawa pulang jamban ini. Kami akan bikin toilet sendiri. Tidak mau menumpang di jamban mertua lagi,” kata Mama Rosalia.  

Pelatihan ini merupakan hasil kerja sama WVI melalui project Financing WASH For Universal Coverage (FinWASH4UC) dan WASH Business Plan (WASH BP) dengan pemerintah desa. Pelatihan dilakukan agar masyarakat semakin terdorong untuk mengubah kebiasaan buang air besar di sembarang tempat (BABS). Selain melatih warga membuat jamban sehat dan hemat, kegiatan yang diselenggarakan ini juga memantik pembentukan kelompok Wirausaha Sanitasi (WuSan) di Kecamatan Bajawa Utara yang beranggotakan lima kelompok WuSan dari lima desa yang terlibat. 

Desa tempat Mama Merti dan Mama Rosalia tinggal ini merupakan desa yang sedang berproses untuk bisa menjadi desa ODF (Open Defecation Free) pada tahun 2023. “Masih ada 17 KK yang belum punya jamban sehat. Semoga pelatihan kloset ini bisa membantu niat kami agar desa ini bisa ODF tahun ini,” tutur Matias, Kepala Desa. 

 

 

Penulis: Mordekhai Lalong (Koordinator Project FinWASH4UC di Kabupaten Ngada) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait