Marianus dan Air Tercemar di Desanya

Marianus dan Air Tercemar di Desanya

#HariAirSedunia – Berjalan selama 45 menit demi mendapatkan air bukanlah hal baru bagi Marianus (13), seorang anak asal Kabupaten Ende, NTT. Maklum saja, ketiadaan akses air bersih di desanya, membuat Marianus dan teman-temannya harus memasuki hutan dan menyusuri sungai demi satu jeriken air untuk kebutuhan keluarga. Kata Marianus, dahulu air di sungai tersebut sangat jernih, tetapi kini air menjadi kotor akibat tercemar kotoran hewan.

“Biasanya kami mengambil air dua kali sehari agar airnya cukup untuk minum, memasak dan mandi. Sebelum berangkat sekolah, kami harus bangun lebih pagi dan berjalan kaki membawa jeriken air … Kalau sudah mulai sore kami pakai lampu senter untuk menerangi jalan,” cerita Marianus.

Warga desa yang seringkali membuang kotoran hewan dan bangkai ternak di sungai membuat kondisi air semakin memburuk. Namun, sumber mata air yang sangat jauh membuat warga desa, termasuk keluarga Marianus, tetap menggunakan air untuk minum, mandi dan sebagainya.

“Kalau musim panas, kami kekurangan air, dan kami terpaksa mengambil air dari embung yang biasanya dipakai juga untuk minum hewan. Selain itu kami biasanya membuat lubang kecil di pinggir kali untuk menampung air yang bisa dipakai untuk minum. Saat kami mengambil air dari lubang itu, harus pelan-pelan supaya airnya tidak kotor. Di musim hujan pun kami juga menggunakan air hujan untuk minum dan kebutuhan MCK,” lanjut siswa 1 SMP ini.

Marianus melanjutkan, tak jarang warga juga memilih melakukan buang air besar sembarangan ketimbang di WC akibat sulitnya mendapatkan air bersih. Ia juga menemukan warga yang seringkali membuang sampah sembarangan, sehingga tidak tercipta lingkungan yang bersih. Akibatnya, diare dan penyakit kulit seringkali mengintai warga desa.

Wahana Visi Indonesia (WVI) melihat ini sebagai permasalahan yang serius. Kondisi lingkungan yang buruk membuat warga, khususnya anak, tidak dapat hidup dengan baik. WVI mulai mengajarkan warga desa akan pentingnya pola hidup bersih dan sehat, sehingga bisa meminimalisir hadirnya penyakit berbahaya bagi warga.

Pendampingan warga ini masih terus berproses, yang juga didukung oleh tenaga kesehatan di wilayah desa. Kondisi ini juga menggerakkan WVI dalam mencari cara dan donor untuk membangun pipa air, agar air bersih dengan mudah mengalir ke rumah-rumah warga.

Kisah Marianus hanyalah satu dari banyaknya potret kondisi sulitnya mendapatkan air bersih di wilayah pedalaman Indonesia. Menghargai setetes air yang Anda miliki hari ini, dapat membantu orang-orang seperti Marianus memiliki harapan akan mudahnya mendapatkan air bersih di kemudian hari. Sudahkah Anda melakukannya hari ini?
 

Ditulis oleh: Putri ianne Barus, Communications Officer dan Staf Area Program Ende Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait