Memilah Sampah Dimulai dari Kita

Memilah Sampah Dimulai dari Kita

Apakah kita harus menunggu Bantar Gebang sesak baru sadar pentingnya memilah sampah? Tentu mencegah lebih baik daripada mengobati. Apalagi ternyata sampah itu bisa memiliki nilai ekonomi yang membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pada 2022, delapan RW di empat kelurahan dampingan proyek PHINLA berhasil mengelola 11.810 kg sampah. Angka ini mengalami peningkatan karena pada 2021 baru 5.154 kg sampah yang terkelola. Awalnya, hanya ada 634 rumah tangga yang memilah sampah. Namun setelah mendapat pendampingan, terdapat 1.437 rumah tangga yang melakukan KUPILAH (Kurangi, Pilih, dan Olah). 

Terdapat sepuluh Bank Sampah yang mengorganisir pengelolaan ribuan kilo sampah tersebut. Bila dikalkulasi secara ekonomi, semua Bank Sampah ini berhasil menkonversi sampah tersebut menjadi uang senilai lebih dari 200 juta rupiah. Wahana Visi Indonesia bersama Divers Clean Action, serta didukung oleh pendanaan pemerintah Jerman (BMZ), mendampingi pengurus Bank Sampah agar cermat mencari cara yang efektif untuk meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya mengelola sampah. Selain itu, para pengurus Bank Sampah juga aktif menjawab keluhan warga yang menjadi penghambat proses pengelolaan sampah di rumah tangga. Misalnya, ketika warga kesulitan untuk mengantar sampah yang sudah dipilah, dengan pro aktif para pengurus mengusahakan penjemputan sampah ke rumah-rumah. 

Hal ini dilakukan pengurus Bank Sampah agar warga sekitar dapat merasakan manfaat ekonomi dari sampah. Perlahan tapi pasti semakin banyak warga yang merasakan manfaat ekonomi dari sampah. Sampah yang mereka setor di Bank Sampah bisa berbuah menjadi rupiah. Tong sampah mereka kosong, lingkungan rumah bersih, dan tabungan mereka semakin bertambah. Apalagi ketika tabungan dari sampah ini kemudian dikelola dalam simpan-pinjam ASKA yang bertujuan untuk kesejahteraan anak dan keluarga. 

Salah satu pelaku KUPILAH adalah Najwa, remaja perempuan yang saat ini duduk di bangku SMA. Bagi Najwa, mengelola sampah bukan hanya persoalan nilai ekonomi tapi juga tentang menjaga lingkungan. Berikut cerita dan pandangan Najwa tentang pentingnya memilah sampah bagi kesehatan lingkungan dan bumi kita : 

Nama saya Najwa Sholihah. Inilah pengalaman saya mengelola sampah. Menurut saya, plastik adalah bahan ekonomis yang sangat menguntungkan untuk peradaban manusia. Plastik mudah dibentuk dan murah yang membuat semua industri memakainya. Namun setiap kemudahan pasti ada risiko tersendiri. Plastik sulit untuk terurai di tanah karena rantai karbonnya yang panjang. Plastik sulit diurai oleh mikroorganisme. Kantong plastik akan terurai ratusan hingga ribuan tahun kemudian. Plastik itu sendiri adalah unsur yang terbentuk dari karbon, hidrogen, klorin, oksigen, belerang, dan nitrogen. 

Sudah banyak bahan pengganti plastik yang ditawarkan untuk mengurangi dampak pencemaran tersebut, akan tetapi tentu saja kita tidak bisa meninggalkan kebiasaan menggunakan plastik begitu saja. Lalu bagaimana cara kita untuk bisa mengatasi masalah tersebut? Mulailah dari hal kecil seperti memilah sampah plastik di rumah. 

Di rumah kami, sekeluarga membiasakan diri untuk memilah sampah plastik, memisahkannya dari sampah rumah tangga yang lain. Kami menyiapkan tempat khusus untuk botol bekas dan gelas kemasan air mineral secara terpisah supaya harga jual lebih tinggi. Kemudian sampah plastik yang sudah dikumpulkan akan diserahkan ke Bank Sampah. 

Di RW tempat saya tinggal, kegiatan penimbangan sampah dilakukan setiap dua minggu sekali di kantor RW. Dengan adanya kegiatan Bank Sampah, kami menjadi lebih paham tentang cara penanganan sampah plastik supaya tidak terjadi pencemaran terhadap lingkungan. Hal yang paling penting adalah bagaimana kita mengolah sampah-sampah tersebut. Yuk teman-teman, marilah membiasakan diri untuk menjaga lingkungan agar menjadi bersih, indah, dan berseri - dimulai dari kita. 

 

 

Penulis : Pedaman Halawa (Koordinator PHINLA) 

Penyunting : Mariana Kurniawati (Communication Executive) 


Artikel Terkait