Menjadi Perempuan yang Maju

Menjadi Perempuan yang Maju

Kurang lebih 20 tahun yang lalu, Sjamsudin Tjandra mengetahui tentang program sponsor anak Wahana Visi Indonesia dari Gereja tempat ia beribadah. Berawal dari ingin berbagi berkat, Sjamsudin memilih anak yang ia dukung. Waktu bergulir hingga anak sponsor ini sudah dewasa dan Sjamsudin meneruskan komitmennya sebagai sponsor dengan anak yang berbeda. Kali ini, selain ingin berbagi berkat, Sjamsudin pun memiliki alasan mengapa ia memilih tiga anak perempuan dari Kabupaten Jayawijaya. 

“Tuhan sudah percayakan berkat buat saya jadi saya ingin berbagi. Tapi selain itu, saya juga punya harapan supaya anak-anak perempuan, terutama, bisa dapat pendidikan yang baik. Saya percaya kalau bisa sekolah dengan baik, kehidupan mereka ke depannya juga bisa lebih baik. Dan saya memang sangat concern dengan area Timur Indonesia, karena memang yang terjauh juga,” tutur Sjamsudin. 

Sjamsudin menyadari bahwa seringkali anak perempuan tidak diberikan hak yang sama dengan anak laki-laki. Perbedaan gender menjadi pembatas dan mengecilkan kesempatan bagi anak perempuan untuk bisa berkembang. “Saya juga melihat kalo laki-laki ini kan kerja yang berat-berat masih bisa karena secara fisik memang mampu ya. Tapi kalau perempuan, yang terpenting itu pendidikan. Harus punya wawasan luas, supaya bisa maju,” ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) di Kabupaten Sukabumi. 

Profil sponsor anak Jeffrey Wong (kiri) dan Sjamsudin Tjandra (kanan)

Cerita berbeda datang dari Jeffrey Wong. Pria yang berdomisili di Medan ini memutuskan memilih seorang anak perempuan dari Nusa Tenggara Timur sebagai anak sponsornya karena sebuah senyum. Foto seorang anak perempuan dari Kabupaten Timur Tengah Selatan yang sedang tersenyum ini menarik perhatian Jeffrey. Saat itu, ia baru saja mendapat penghasilan dan ingin berbagi apa yang sudah ia peroleh. Ketika muncul informasi mengenai Wahana Visi Indonesia di media sosial, ia pun memutuskan untuk berbagi dengan cara menjadi sponsor anak. 

“Saya sangat senang ketika menerima surat dari anak sponsor. Saya salut dengan sosok anak perempuan ini. Saya yakin anak ini punya kemampuan. Tinggal di Timur Tengah Selatan bukan jadi batasan buat dia. Pas saya seumur dia, saya sepertinya ga bisa melakukan hal-hal seperti anak ini,” cerita Jeffrey.  

Selama kurang-lebih satu tahun berkomitmen menjadi sponsor anak, Jeffrey berharap suatu hari nanti bisa bertemu dengan anak sponsornya. “Kalau ketemu nanti pengen ajak main loncat tali karena itu permainan kesukaannya. Selain itu, saya juga ingin challenge soal matematika karena ia bercita-cita jadi guru,” ujarnya. 

Walaupun terpisah jarak dan berkorespondensi melalui surat-menyurat, Jeffrey dan anak sponsornya selalu saling mendoakan dan menyampaikan harapan. Pria lulusan Fakultas Psikologi ini berdoa agar anak sponsornya menjadi anak perempuan yang selalu sehat, tetap ceria, semangat belajar baik untuk hal akademis maupun nonakademis, serta tidak kalah penting yaitu, mengembangkan keterampilan dalam berelasi, bersosialisasi. Jeffrey berharap bahwa anak sponsornya ini pun belajar mengenai critical thinking, agar menjadi perempuan cerdas dan jeli ketika besar nanti. “Saya yakin, Lany bisa bersaing dengan anak lain,”. 

Berkomitmen untuk mendukung anak-anak perempuan melalui program sponsor anak merupakan langkah awal yang tepat untuk memajukan perempuan-perempuan Indonesia. Ketika seorang anak perempuan berkembang dan bertumbuh hingga menjadi panutan, ia dapat mendukung anak perempuan lainnya. Sehingga akan lebih banyak lagi perempuan-perempuan Indonesia yang berdaya dan berkarya.

 

Penulis : Mariana Kurniawati (Communication Executive) 


Artikel Terkait