Naik Turun Perjuangan Bersekolah Hingga Berhasil Menjadi Mahasiswa

Naik Turun Perjuangan Bersekolah Hingga Berhasil Menjadi Mahasiswa

Nuria adalah mantan wakil anak dari area dampingan WVI di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Ia adalah satu-satunya anak di keluarganya yang berhasil menempuh pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Kedua orang tuanya hanya sempat mengenyam pendidikan hingga SD, begitu juga dengan ketujuh saudara kandungnya. “Saya tidak pernah berharap untuk bisa kuliah karena tidak ada biaya. Ayah saya sudah berumur 66 tahun, kerja sebagai petani dan hanya cukup untuk makan anak-anaknya,” Nuria memulai kisahnya. 

Berada di sebuah ruang kelas salah satu perguruan tinggi di Kabupaten Sambas masih terasa seperti mimpi bagi Nuria. Status mahasiswi prodi agroindustri pangan tadinya terasa tidak mungkin. Perjalanan Nuria menempuh pendidikan penuh drama. Banyak rintangan yang membuat semangatnya naik-turun. Nuria sangat bersyukur selama menjalaninya, WVI setia mendampingi. 

“Saya jadi anak sponsor dari usia 6 sampai 18 tahun. Salah satu yang waktu itu menyemangati saya sekolah ketika mendapat hadiah perlengkapan sekolah dari sponsor,” ujar Nuria. Semangat Nuria untuk menuntut ilmu sempat meredup karena ia merasa tidak mampu memiliki fasilitas yang memadai untuk belajar. Namun, dukungan dari sponsor kembali memantik semangat Nuria. 

Namun, Nuria kembali menemui tantangan berat ketika ibu yang ia kasihi meninggal dunia. Rasa kehilangan dan putus asa membuat Nuria yang saat itu masih kelas 1 SMP berniat tidak melanjutkan sekolah. Ia sering bolos, sengaja membuat surat izin sakit kepada guru walaupun sebenarnya itu hanya alasan semata. 

Dalam kondisi mencerna duka, Nuria merasa mendapat penguatan karena ia terus didampingi oleh WVI. Pendampingan yang sudah seperti keluarga kedua ini kembali memicu semangat Nuria. Ia pun bisa kembali rajin ke sekolah dan meraih juara kelas. 

Tantangan berikutnya datang ketika pandemi melanda seluruh dunia. Metode pembelajaran daring sangat dirasa Nuria tidak sesuai dengan kondisinya yang berada di desa. “Saat COVID-19 itu semangat saya untuk sekolah turun lagi. Tapi lalu dikenalkan dengan Forum Anak oleh seorang teman dan bahkan akhirnya terpilih sebagai ketua,” katanya. 

Di momen tersebut, Nuria kembali memperoleh secercah harapan karena mengikuti banyak kegiatan Forum Anak. “Saya bisa belajar banyak hal di luar apa yang saya dapat di sekolah. Saya juga bisa punya banyak teman. Pribadi saya yang tadinya pemalu pun mulai bisa lebih percaya diri, membuka diri, dan bersosialisasi sama orang lain,” ujarnya. 

Pengaruh baik yang juga menjaga semangat Nuria datang dari sosok kakak-kakak WVI. Nuria banyak belajar dari para staf yang sangat semangat mengajar dan mendampingi. “Saya termotivasi ingin bisa jadi seperti kakak-kakak WVI. Jadi meskipun saya masih takut meninggalkan ayah saya sendirian di rumah, kampus saya jauh dari rumah, saya tetap memutuskan untuk kuliah. Walaupun sebenarnya butuh keberanian besar untuk mengambil keputusan ini,” tutur perempuan berusia 19 tahun ini. 

Berhasil melalui naik-turun mengejar pendidikan yang terbaik, Nuria kini berani untuk menyusun mimpi-mimpi besar untuk masa depannya. Ia berharap bisa jadi wirausahawati yang bergerak di bidang makanan kemasan khas Sambas. Tidak cukup sampai di situ, ia ingin makanan khas Sambas bisa mendunia. 

 

 

Penulis: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait