Perlunya Integrasi Percepatan Penurunan Stunting Sampai Ke Akar Rumput

Perlunya Integrasi Percepatan Penurunan Stunting Sampai Ke Akar Rumput

Meskipun hanya berjarak dua jam perjalanan darat dari ibu kota, Kabupaten Pandeglang masih memiliki prevalensi stunting yang cukup tinggi. Pada tahun 2022, angka prevalensi stunting kabupaten ini mencapai 29,4%. Jika dibandingkan dengan target pemerintah Indonesia untuk menurunkan angka prevalensi stunting pada tahun 2024 menjadi 14%, tentu hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Kabupaten Pandeglang. 

“Saya tidak membayangkan bagaimana anak-anak di Pandeglang, yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, belum terpenuhi gizinya,” kata Suci Nur Insani, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kabupaten Pandeglang, ketika ditanya tanggapannya mengenai data tersebut.

Suci Nur Insani dalam Rapat Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pencatatan dan Pelaporan Provinsi Banten

Sebagai langkah nyata, ia memiliki terobosan yang disebut sebagai KOALISI (KOlaborAsi LIntas Sektor AtaSi SuntIng). “KOALISI adalah wadah yang merangkum mitra non-pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam mendukung percepatan penurunan prevalensi stunting,” kata Suci. KOALISI ia bentuk agar seluruh usaha percepatan penurunan stunting, baik oleh mitra pemerintah dan non-pemerintah di Kabupaten Pandeglang, dapat terintegrasi. Salah satu mitra non-pemerintah yang turut ambil bagian dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Pandeglang adalah PASTI. 

PASTI (Partnership to Accelerate Stunting Reduction in Indonesia) adalah program kemitraan antara BKKBN, USAID, Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), PT Bank Central Asia Tbk, dan Yayasan Bakti Barito. Program ini diimplementasikan oleh Wahana Visi Indonesia sebagai pelaksana utama dan Yayasan Cipta sebagai sub-pelaksana. Melalui kemitraan PASTI, Wahana Visi Indonesia berkomitmen dalam kontribusi percepatan penurunan stunting dan perbaikan status gizi empat provinsi di Indonesia yakni Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur. 

PASTI memiliki tiga pendekatan yang akan dilakukan. Pertama dengan mendukung perubahan perilaku pencegahan stunting pada keluarga berisiko stunting melalui komunikasi perubahan perilaku yang lokal dan kontekstual. Kedua, mendukung perilaku pencegahan stunting pada remaja dan calon pengantin melalui pelibatan tokoh agama dan tokoh masyarakat. Ketiga, menguatkan kelembagaan TPPS di tingkat desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi dalam mempercepat upaya penurunan stunting. 

Dengan tiga pendekatan kunci tersebut, Suci mengaku sangat antusias untuk mendukung kemitraan dengan PASTI. Model intervensi yang akan dilakukan PASTI sangat melengkapi inisiatif KOALISI yang berada di bawah koordinasinya. “Apa yang akan dilakukan oleh PASTI dengan menyasar berbagai pihak di berbagai tingkat, sangat sejalan dengan kunci percepatan penurunan stunting,” tandasnya. 

Suci, yang juga anggota Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Pandeglang, mengatakan bahwa pendekatan PASTI cukup representatif. Sebab menurutnya, langkah-langkah kunci percepatan penurunan stunting harus dilaksanakan secara menyeluruh di berbagai tingkat. Praktik pemenuhan gizi yang baik di tingkat akar rumput memang penting. Namun koordinasi antar pemangku kebijakan, termasuk organisasi non-pemerintah, dalam merumuskan produk kebijakan dan program yang mendukung juga harus terintegrasi. “Sehingga tidak ada overlap antar program yang dilakukan. Tapi mengimplementasikan yang sudah ada untuk lalu dapat dievaluasi,” kata Suci. 

Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kabupaten Pandeglang, Suci Nur Insani (kanan) berkoordinasi dengan staf

Selain terintegrasi, Suci menilai bahwa produk kebijakan dan program percepatan penurunan stunting juga harus tersampaikan dan teraplikasikan sampai level kecamatan bahkan desa. “Di situlah PASTI melengkapi usaha percepatan penurunan stunting ini,” ujarnya. 

Suci bercerita bahwa selama ini, hal tersebut yang menjadi prioritas bidangnya. Sebab minimnya integrasi dan sosialisasi kebijakan penanganan stunting di lapangan memiliki implikasi tertentu. Seperti bagaimana pihak-pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam percepatan penurunan stunting yang kurang diberdayakan. “Melihat apa yang akan dilakukan PASTI, saya berharap hal tersebut dapat teratasi. Tentu kami siap mendukung dengan mengkoordinir pihak-pihak yang relevan,” tutup Suci. 

 

 

Penulis: A. Adintyo (Communication Officer PASTI Project)

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive)


Artikel Terkait