Sekolah Hijau Ramah Anak Membawa Perubahan Besar

Sekolah Hijau Ramah Anak Membawa Perubahan Besar

Teng, teng, teng, teng... Suara lonceng berbunyi menandakan anak-anak masuk kelas untuk memulai pembelajaran. Kelas dimulai dengan ucapan salam dan doa yang dilafalkan siswa dengan penuh semangat. Salah satu murid yang akrab disapa Nuril sangat siap memulai pembelajaran hari itu karena ia menempuh pendidikan di Sekolah Hijau Ramah Anak. 

Nuril adalah murid yang cemerlang. Ia selalu meraih juara kelas di tiap semester. Hobi Nuril sangat unik yakni, suka membaca cerita legenda daerah Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Salah satu cerita yang menjadi favoritnya berjudul Datok Kullup yang Bersalah. Nuril bisa memperoleh prestasi yang sangat baik karena sekarang ia bisa belajar dengan menyenangkan. 

Dulu sebelum sekolahnya menjadi Sekolah Hijau Ramah Anak, ia sempat tidak bersemanagat ke sekolah. “Belajarnya hanya satu arah membuat saya dan teman-teman sering merasa bosan saat di dalam kelas,” ujarnya. Setiap hari, aktivitas yang Nuril lakukan di sekolah hampir sama yakni, datang ke sekolah, masuk kelas, berjam-jam duduk di kursi yang keras tanpa bergerak, mendengar ceramah guru, hingga hari sudah petang barulah kembali pulang. Nuril dan teman-temannya merasa bosan saat berada di sekolah dan kehilangan semangat belajar. 

Guru-guru sendiri merasakan kemandhegan dalam mengajar. Bertahun-tahun guru-guru di sekolah tempat Nuril menuntut ilmu terbiasa menerapkan metode ceramah kepada siswa di dalam kelas. Guru tidak menyadari bahwa cara tersebut juga membuat siswa menjadi kurang kreatif dan tidak percaya diri. 

Berangkat dari kualitas pendidikan dan lingkungan sekolah yang mulai rusak, serta berpijak pada harapan mewujudkan pembelajaran yang bermakna, maka Dinas Pendidikan Kabupaten Sambas dan WVI kembali menggarap program Sekolah Hijau Ramah Anak. Program ini sudah pernah diimplementasikan pada tahun 2010-an dan saat ini direplikasi di tiga Sekolah Dasar. 

“Setelah ada Sekolah Hijau Ramah Anak, saya jadi bersemangat ke sekolah, nilai pembelajaran saya dan teman-teman meningkat. Guru kami juga jadi lebih kreatif. Dinding kelas kami penuh hiasan berwarna warni. Kami juga diajarkan banyak hal, itu yang membuat kami betah di sekolah,” kata Nuril penuh semangat. 

Selain berdampak pada murid, perubahan positif lain datang dari orang tua murid yang mulai peduli dengan sekolah. Buktinya, setiap minggu orang tua murid berinisiatif melakukan gotong royong untuk memperbaiki fasilitas sekolah agar anak-anak makin rajin belajar. 

“Dulu saya hanya belajar di dalam kelas, mendengar guru menjelaskan pelajaran lalu mengerjakan soal yang ada di buku paket. Sekarang guru-guru sering ajak belajar di luar kelas dan mengenal alam sekitar,” cerita Nuril. 

 

 

Penulis: Yasika Amanda (Penyedia Jasa Individu Kantor Operasional WVI area Sambas, Kalimantan Barat) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait