Ternyata ini Titik Aman di Desaku

Ternyata ini Titik Aman di Desaku

Perayaan Natal dan Tahun Baru biasanya membawa sukacita tersendiri bagi anak-anak. Mereka biasanya disibukkan dengan latihan drama, nyanyian, dan tarian untuk pentas Natal di Gereja sejak awal bulan. Selain itu, anak-anak mulai asyik berhitung kapan dibelikan sepatu, atau baju baru. Namun, segala keceriaan itu berganti dengan kepanikan kala hujan tak berhenti mengguyur Kabupaten Kupang sejak malam 24 Desember 2022. Akibat intensitas hujan yang cukup tinggi, bencana banjir pun melanda beberapa desa dan berdampak pada ribuan jiwa yang mesti mengungsi. Rumah mereka terendam banjir. Selain itu, beberapa ruas jalan dan fasilitas umum seperti jembatan juga rusak berat. Kejadian ini tidak hanya membawa kerugian material, tapi juga psikis. Melihat keadaan ini, Wahana Visi Indonesia (WVI) bersama Gereja Masehi Injil di Timor (GMIT) tidak hanya mendistribusikan bantuan nonpangan, tapi juga memberikan dukungan psikososial kepada para penyintas, terutama anak-anak.

 

Salah satu kegiatan Dukungan Psikologis Awal (DPA) yang digandeng dengan kegiatan Natal Bersama berlangsung pada Minggu, 22 Januari 2023 di salah satu desa pelayanan GMIT dan melibatkan seratus anak. Dalam kegiatan ini, anak-anak diajak untuk memahami dan mengenali bencana, serta jenis-jenisnya (alam, non alam, sosial) melalui kegiatan yang interaktif juga menyenangkan. Lalu, anak-anak dibagi menurut kelompok usia dan belajar cara-cara sederhana ketika berhadapan dengan situasi bencana. Di desa tersebut, anak-anak usia PAUD sampai kelas 1 SD belajar mengenali aspek-aspek emosi. Anak-anak kelas 2-6 SD belajar mempersiapkan tas bencana. Sedangkan, anak SMP-SMA membuat Peta Aman. Peta ini adalah semacam jalur evakuasi sederhana ketika bencana terjadi. Semua kegiatan dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi ruang bermain dan belajar yang menyenangkan dan ramah anak.

 

Di antara sekian banyak anak yang berpartisipasi hari itu, Desyrany Betania Kono (16) atau yang lebih akrab disapa Tania cukup menarik perhatian karena selama menggambar Peta Aman bersama kelompoknya, ia tak berhenti tertawa. Ia merasa lucu karena selama ini selalu cuek dengan keadaan sekitar dan tidak pernah mengira bahwa ada jalur evakuasi yang cukup aman ketika bencana terjadi. Sambil terus tersenyum, Tania melanjutkan ceritanya bahwa sebenarnya posisi rumahnya sangat rawan longsor, karena berada di bawah tebing dan di antara pohon mangga yang cukup rimbun. Namun karena sangat jarang terjadi, ia dan keluarga selalu merasa baik-baik saja sehingga kurang mempersiapkan diri.

 

Setelah mengikuti kegiatan Dukungan Psikologis Awal, Tania semakin sadar pentingnya mempersiapkan diri karena bencana bisa terjadi kapan saja dan menimpa siapa saja. Karena itu, ia berjanji akan segera mempersiapkan tas siaga bencana begitu pulang ke rumah. Selain itu sambil terus tersenyum, Tania dengan lancar mempresentasikan Peta Aman yang dibuat kelompoknya. Secara sederhana, mereka sudah menandai tempat-tempat yang aman dan berbahaya di sekitar rumahnya. Ia dan kelompoknya juga sepakat untuk menunjukkan peta ini kepada orang tua masing-masing dan Kepala Dusun untuk disosialisasikan. Semakin banyak orang yang mengetahui titik aman di desanya semakin baik.

 

“Pokoknya, kegiatan hari ini menyenangkan sekali. Saya dan teman-teman bisa bebas menceritakan emosi kami ketika bencana terjadi. Saya juga semakin sadar untuk mempersiapkan diri karena bencana bisa terjadi kapan saja. Saya dan keluarga juga bisa saja menjadi korban bencana, tapi sekarang saya rasanya lebih tenang karena ternyata ada titik aman di desa yang bisa menjadi tempat perlindungan saat bencana terjadi. Juga karena saya sudah tahu mana saja tempat yang berbahaya, saya bisa lebih hati-hati. Lucu juga ya, saya sering sekali melewati tempat itu tapi karena kegiatan hari ini, baru sadar bahwa tempat itu ternyata aman!” ujar Tania riang sambil sekali lagi memamerkan senyum lebarnya yang khas, senyum anak tangguh bencana.

 

Penulis : Ayi Rambu Kareri Emu (Staff mitra dari GMIT untuk Kantor Operasional Kupang)

Penyunting : Mariana Kurniawati (Communication Executive)


Artikel Terkait