Tokoh Agama di Lombok Mulai Bicara Pengasuhan Anak

Tokoh Agama di Lombok Mulai Bicara Pengasuhan Anak

Maraknya kasus kekerasan terhadap anak bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga membutuhkan kerja sama dari pemimpin agama. Para tokoh agama dapat memberi pengaruh dan menyiarkan isu perlindungan anak pada setiap keluarga yang datang beribadah. Hal ini tentu akan mempercepat terbentuknya lingkungan tempat tinggal anak yang aman. Tokoh agama dapat membuka pikiran dan mendobrak cara pengasuhan lama yang sarat kekerasan dan mengubah para orang tua agar mulai mengasuh anak dengan cinta. 

Kantor operasional WVI area Lombok bersama dengan Lembaga Klub Baca Perempuan menerapkan program Pengasuhan Dengan Cinta (PDC) bagi para tokoh agama yang tinggal di desa-desa dampingan. Dengan konteks Lombok yang mayoritas beragama Islam, maka yang ikut serta dalam pelatihan PDC adalah para ustad. Setelah mengikuti pelatihan, para ustad dapat melatih orang tua agar pola asuh terhadap anak-anak berubah dan tidak ada lagi kasus-kasus kekerasan di desa.  

“Kesibukan orang dewasa terutama orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup membuat orang tua memiliki model pengasuhan yang kaku kepada anak. Pola asuh yang buruk di masa lampau pun masih dilakukan sehingga menjadi kebiasaan di masa kini. Contohnya, pendapat anak dianggap sepele dan tidak penting. Orang tua menjadi satu-satunya pengambil keputusan terhadap hidup anak, cara bicara yang kasar, dan menggunakan cara tepes (memukul) jika anak tidak mau menurut,” cerita Ustad Mustahik, salah satu fasilitator PDC di desa. 

Ia pun memaparkan bagaimana orang tua kerap melimpahkan tugas pengasuhan pada seorang anak. “Di lain sisi masyarakat memiliki kebiasaan anak-anak yang masih sangat belia diharuskan untuk membantu orang tua bekerja. Sementara beban pengasuhan orang tua kepada anak sering kali diberikan kepada anak tertua yang juga masih berusia anak,” tuturnya. 

Berbekal wawasan baru mengenai pengasuhan, pada Februari 2024 Ustad Mustahik dibantu oleh Ustad Supardi dan Ustad Halil melakukan pelatihan PDC kepada 28 orang tua. Materi-materi yang disampaikan ketiga tokoh agama ini mulai memberi perspektif baru pada para orang tua, khususnya para ayah. 

“Bagi saya anak-anak harus mengikuti segala kemauan orang tua karena orang tua yang paling tahu apa yang terbaik buat anaknya. Jika anak-anak melakukan kesalahan tidak apa-apa orang tua bersikap keras untuk membuat anak-anak menurut perkataan orang tua,” ujar Sumirat, seorang ayah yang mengikuti pelatihan. “Tapi setelah belajar dengan Pak Ustad tentang pengasuhan, saya baru menyadari bahwa anak-anak ternyata memiliki hak untuk dilindungi dan didengarkan apa pendapatnya. Tindakan kekerasan dalam bentuk apapun ternyata tidak baik dampaknya bagi hubungan anak dan orang tuanya,” imbuhnya. 

Langkah baik ketiga ustad dari Lombok ini telah membuka wawasan orang tua akan pentingnya menghapuskan pengasuhan turun-temurun yang sarat kekerasan. Para orang tua juga mulai sadar bahwa perbaikan relasi antara orang tua dan anak adalah hal penting serta mendesak untuk dilakukan. Karena, pengasuhan yang positif dan penuh cinta akan menghindarkan anak-anak di Lombok dari kasus kekerasan atau perkawinan usia anak. 

Menyambut perubahan wawasan yang terjadi pada orang tua yang hadir saat pelatihan, Ustad Mustahik, Ustad Supardi, dan Ustad Halil akan membentuk Kelompok Pendukung Keluarga (Parents Support Group) di desa. Pendampingan rutin dan intensif mengenai pengasuhan positif kepada anak akan dilakukan melalui kelompok-kelompok ini. Harapannya, para orang tua akan terdorong untuk mempraktikkan pengasuhan yang positif terhadap anak dan merasakan hangatnya relasi antara anak dengan orang tua. 

 

 

Penulis: Nursida Syam (Staf mitra Operating Model di Lombok) 

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive


Artikel Terkait