Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, Wahana Visi Indonesia

Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, Wahana Visi Indonesia

Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, menjadi tema yang digagas Wahana Visi Indonesia (WVI) dalam acara Konsorsium, Talkshow, bertempat di Ballroom Simfony Hotel, Kalabahi, Rabu (27/9).

Kegiatan yang berlangsung sehari itu menghasilkan 14 komitmen atau rekomendasi yang akan dilaksanakan untuk pengembangan kenari di Alor.

Acara dikemas dalam bentuk talkshow dengan moderator Novemy Leo menghadirkan sejumlah pembicara yakni dari Pemkab Alor diwakili oleh Kepala Bapelitbang Alor Obeth Bolang SSos MAP DPRD Alor, Peneliti Ahli Utama pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ir. Evert Y Hosang MSi,PhD dan Dr. Gerson Ndawa Njurumana, SHut, MSc.

Berikutnya Ondy Christian Siagian dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTT, Staf Ahli Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Kemenkomarves) Dr. Ir. Sugeng Santoso, MT.

Hadir juga Anggota DPRD Alor Lukas Reyner Atabuy SH,  Rektor Universitas Tribuana (Untrib) Kalabahi Alvonso Gorang S.Sos MM.

Selain itu, WVI juga menghadirkan langsung Daniel Laure mewakili petani kenari di Alor serta Rubenson Haba Intermedia Service Profider atau pengepul. Serta tiga buyer kenari yakni Direktris CV Beumopu Elba Jaya Mama Ana Olvira Ballo, Nth Wonder Manager Suply Chain nTh Wonder Hanindita Asti serta CEO Timurasa Indonesia  Erdi Rulianto.

Dalam sambutannya, Interim Operations Director WVI Eben Ezer Sembiring menjelaskan tentang Inclusion Project. Eben menjelaskan, Program INCLUSION atau Increasing the leverage of inclusive markets across Indonesia WVI merupakan program yang bertujuan untuk untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi petani kecil dan rumah tangga rentan di Indonesia Timur melalui pendekatan Pengembangan Sistem Pasar yang inklusif (iMSD) yang memungkinkan masyarakat miskin, perempuan, dan penyandang disabilitas mendapatkan manfaat dari sistem pasar yang inklusif.

"Program yang merupakan kelanjutan dari Program MORINGA akan membangun kemitraan untuk mencapai tujuan ini serta mendorong pemberdayaan ekonomi perempuan serta mendukung kelestarian lingkungan," kata Eben.

Inclusion yang didukung oleh pemerintah Australia melalui Australian NGO Cooperation Program (ANCP) dan World Vision Australia ini akan dilaksanakan pada 1 Juli 2022 – 30 Juni 2027 dengan wilayah sasaran 3 provinsi di Indonesia bagian timur yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.

Lebih lanjut dikatakan Eben, Inclusion Project ini menyasar sector Pemberdayaan Ekonomi dengan pendekatan pengembangan sistem pasar yang inklusif, GEDSI atau Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial, berikutnya Pertumbuhan ekonomi hijau dan Aksi iklim.

Eben mengatakan, project tersebut bertujuan meningkatkan pemberdayaan ekonomi 5.000 rumah tangga petani di Indonesia bagian Timur seperti Sulawesi Tengah, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur (NTT), melalui pengembangan sistem pasar yang inklusif, yang memampukan petani miskin, perempuan, dan petani dengan disabilitas mendapatkan manfaat. Jangka waktu Periode mulai Juli 2022 hingga Juni 2023.

konsorsium kenari di alor

Konsorsium Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, yang digagas Wahana Visi Indonesia (WVI) , Rabu (27/9), di Ballroom Simfony Hotel, Kalabahi, Alor, Provinsi NTT. (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani di NTT sesuai dengan tujuan project inclusion, ada 4 komoditas intervensi yang sedang dikerjakan oleh project saat ini. Yakni Komoditas padi dengan memperkenalkan teknologi hibrida, Hortikultura dengan memperkenalkan teknologi irigasi tetes, Memperkenalkan pupuk hayati cair dan kenari yakni membuka/ memperluas akses jaringan pasar penjualan kacang kenari Alor.

Eben menjelaskan, kenari sudah diintervensi sejak project MORINGA, melalui evaluasi akhir project kita bisa melihat dampak-dampak positif yang terjadi, seperti akses pasar penjualan kenari yang semakin meluas, ada rumah tangga petani kenari yang meningkat pendapatan mereka.

Ada juga mata pencaharian alternative bagi ibu rumah tangga (pengupas kenari), kesadaran untuk menjaga dan gerakan penanaman kembali kenari.

"Namun, dari semua cerita sukses itu, keberlanjutan baik dari aspek pasar maupun lingkungan masih menjadi satu pertanyan besar bagi kita semua. Bagaimana memastikan keberlanjutan pasar dan hutan kenari di masa depan? Bagaimana memperbesar atau memperluas perubahan-perubahan positif yang terjadi saat ini?" gugah Eben.

Meurut Eben, dua pertanyaan besar itu, tidak bisa dijawab oleh satu atau dua pihak saja. Tetapi butuh kerja sama, butuh kerja kolaboratif. Hal ini yang menjadi pijakan bagi WVI untuk mendorong pembentukan konsorsium kenari.

Wadah konsorsium kenari ini menjadi opsi yang kita pikir dapat mendukung tercapainya ide-ide besar terkait keberlanjutan kenari, baik dari aspek lingkungan maupun aspek pasarnya.

"Konsorsium ini menjadi instrument bagi kita semua untuk bisa berkontribusi, melalui sumber daya, peran, dan keahlian dalam mendukung ekosistem kenari yang berkelanjutan dari hulu (aspek lingkungan) sampai ke hilir (aspek pasar). Semoga Konsorsium Kenari menjadi wadah yang produktif dan solutif," harap Eben.

Sementara itu, Daniel Laure, petani kenari asal Desa Bunga Kenari, Kecamatan Alor Timur Laut serta Rubenson Haba, Intermedia Service Profider (ISP) atau pengepul kenari sekaligus inisiator dan pendamping Kelompok Pengepul Onong Tou, di Desa Munaseli, Kecamatan Pantar, mengungkapkan tantangan yang dihadapi.
Daniel sudah menyemai 700 pohon kenari yang bibitnya diabil di hutan konservasi lalu ditanam di lahan miliknya.

Bahkan kini sudah ada 3.000 anakan baru. "Saya ingin punya kebun kenari sendiri hingga anak cucu dapat melihat, memiliki dan menikmati hasil kenari. Selama ini kenari yang diambil berasal dari kawasan hutan yang kurang jelas pemiliknya, entah itu milik pemerintah atau milik masyarakat. Kami sampai hari ini belum tau pasti, sehingga untuk membudidayakan kenari tersebut kami takut," ungkapnya.

Daniel dan 3000 anakan kenari

Daniel Laure, petani kenari asal Desa Bunga Kenari, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, membuat 3.000 anakan kenari, Selasa (26/9). (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Petani juga khawatir suatu saat kenari akan lenyap dari Alor karena tidak ada pengembangan pasar dan penanaman kenari. "Kami takut budidaya kalau tanam di lahan yang belum jelas pemiliknya, nanti besok lusa kami dilarang untuk ambil. Kami ambil kenari kalau tidak ada yang jaga. Kalau ada yang jaga kami tidak ambil," ujarnya.

Sementara itu Rubenson merasa bersyukur karena sejak menjadi pengepul kenari tahun 2021, kini ekonomi masyarakat khususnya ibu-ibu di desanya mulai meningkat. "Saya sangat beryukur, berterima kasih, karena selama ini WVI menjembatani saya dengan petani dan mengenal mitra, pasar kenari di luar," ujarnya.

Kini Rubenson bermitra dengan UMKM Mama Ana milik Olvira Ballo, Direktris CV. Beumopu Elba Jaya di Kupang. Rubenson rutin mengirim kenari yang telah dikupas kulit arinya itu ke Kupang menggunakan kapal laut. Bahan kenari yang masih memiliki kulit ari dibelinya dari petani di pasar, lalu mempekerjakan ibu-ibu untuk mengupas kulit ari kenari.

"Dalam waktu 2 jam, setiap ibu mampu mengupas 8 kg kenari. Jasa kupas Rp 10.000/kg. Daripada ibu-ibu duduk bergosip, lebih baik mengupas kenari menghasilkan uang," ujarnya.

Rubenson juga berharap ada perbaikan infrastruktur jalan dan penyediaan transportasi kapal laut agar distribusi kenari bisa lebih mudah dan murah.

Pengupas kenari, Sipora Bako mengaku dari mengupas kenari dia bisa memenuhi kebutuhan 9 anaknya. Satu kali mengupas kenari, paling sedikit 2,5 kg dan paling banyak 10 kg.

"Dari kupas kenari ini saya bisa kasih sekolah anak, kebutuhan anak, persembahan di gereja. Kalau belum ada permintaan kami biasanya kerja rumput laut dan kemiri. Kerja kenari lebih bisa menghasilkan uang. Kami berharap, pohon kenari lebih banyak ditanam, banyak promosi sehingga pesanan kenari lebih banyak dan kami bisa dapat uang lebih banyak," haranya.

petani pengupas kenari

Ibu-ibu anggota Kelompok Pengepul Onong Tou binaan Rubeson , di Desa Munaseli, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT. (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Alor Basworo Kuntari berharap kenari Alor bisa dipasarkan kembali di Alor. Kepala Desa Batu Situti Noor memastikan akan memplot anggaran desa untuk pengembangan budidaya kenari Alor di tahun 2024.

"Saya akan coba berkoordinasi dengan kepala-kepala desa terkait data persebaran kenari. Kami bekerjasama dengan Dinas PMD siap mengalokasikan anggaran untuk pengadaan anakan kenari, dan budidaya kenari di Desa Batu untuk tahun 2024," katanya.

* Kenari Mutiara Alor

Peneliti Ahli Utama pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Evert Y Hosang MSi,PhD serta Dr. Gerson Ndawa Njurumana, SHut, MSc mengungkapkan, kenari Alor telah didaftarkan di Kementerian Pertanian tahun 2019 dengan nama Kenari Mutiara Alor.

"Sertifikatnya sudah saya serahkan kepada Bupati Alor, mewakili masyarakat. Kenari ini sudah didaftarkan dengan karakteristik, yang sudah dilakukan sesuai karakterisasi," ujarnya,

Namun pendaftaran serta karakterisasi itu baru langkah awal dan tahapan selanjutnya yang harus dilakukan yakni Indikasi Geografis (IG).

"Indikasi geografis ini harus kita daftarkan ke Kemenkumham. Keuntungannya, kalau kita memperdagangkan ke luar negeri, pembeli dari luar negeri melihat logo IG kita itu sudah diakui. Logo IG itu standar internasional, artinya sudah bisa memperdagangkan ke luar negeri. Ini tentu berbeda dengan kalau Kenari sudah diolah, itu nanti ada prosesnya. Perdagangan dunia sudah mengakui itu. Jadi saya sarankan, tahap selanjutnya harus membentuk Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG)," jelasnya.

wvi bersama petani kenari

Pimpinan Wahana Visi Indonesia (WVI) bersama mitra, seperti buyer, akademisi, BRIN, bersama ibu-ibu anggota Kelompok Pengepul Onong Tou binaan Rubeson, di Desa Munaseli, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, Selasa (26/9). (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Dengan banyak penelitian termasuk pendataan yang baik terkait persebaran dan jumlah pohon kenari, dapat menunjang penelitian dan pengembangan serta keberlanjutan pasar kenari.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTT, Ondy Siagian menegaskan, Gubernur NTT telah mengirimkan surat edaran (SE) kepada setiap Bupati di NTT untuk pengusulan hutan desa.

"Program kepada bupati ini untuk menggerakan desa agar mengusulkan hutan desa. Lalu, masyarakat di desa bisa sejahtera untuk mengelola hutan. Sebenarnya tujuan mengelola hutan itu agar hutan lestari, masyarakat sejahtera. Ini gagaran gubernur untuk para bupati, menggerakan desa agar kepala desa mengusulkan kawasan hutan desa kepada pemerintah pusat," jelasnya.

Baginya Kenari itu adalah legend. Tetapi belakang, kenari itu sudah tidak melegenda lagi. Oleh karena itu hutan desa harus disiapkan, setiap desa mengusulkan dibudidayakan dan dikembangkan kembali. "Kenari ini merupakan kejayaan Alor. Sebetulnya koordinasi kolaborasi, kalau hanya kami sendiri tidak bisa harus dibantu oleh mitra-mitra yang lain," tuturnya.

Ondy mengatakan, DLHK tidak menutup diri, kepala desa mesti berkonsultasi dengan UPTD Kehutanan di Alor untuk proses perhutanan sosial. "WVI bisa menjadi mitra untuk mempercepat prosesnya mengurus perhutanan sosial," katanya.

Ondy berjanji isu tentang hutan konservasi tempat para petani mencari kenari akan disampaikannya ke BKSDA di Kupang agar tindaklanjut.

Anggota DPRD Alor, Lukas Reyner Atabuy SH mengatakan, bicara tentang aturan lahan konservasi itu bicara tentang level nasional, bukan level kabupaten. Kareanya untuk menjawab soal lahan masyarakat, mesti kewenangan pusat.

"Saya terpukul mendengar apa yang dikemukakan petani. Tapi, kemampuan kita di daerah terbatas. Kita berharap, pemda bisa sampaikan ke pemerintah pusat untuk fokus penanganan masalah masyarakat dan pengembangan kenari," katanya.

Baginya kedepan, pengembangan kenari terkait isu lingkungan dan pasar, mesti menjadi perhatian bersama antara DPRD dan pemerintah. Agar tak saja berkoordinasi secara berjenjang tapi juga bagaimana kemampuan menetapkan anggaran untuk mendukung pengembangan kenari.

"Paling tidak kawasan konservasi itu sebagiannya dialihfungsikan jadi kawasan pemukiman," kata Lukas.

* 14 Rekomendasi Konsorsium

Nasional Procject Manajer Inclution WVI Meiseany Hortensia menjelaskan kiprah WVI di Alor selama ini. Selama ini WVI mendampingi sekitar 395 petani kenari yang tersebar pada sejumlah wilayah di Alor. Meiseany menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang sudha terlibat dalam upaya pengembangan kenari.

Meiseany menjelaskan 14 rekomendasi atau komitmen para pihak dalam talkshow terkait budidaya, penelitian, dan pemasaran kenari Alor. Komitmen itu yakni, Pemerintah, Bapelitbang, dan DPRD Kabupaten Alor membuat aturan perlindungan terhadap pohon kenari, dan kebijakan anggaran.

Jalin kemitraan untuk mendorong kemandirian para pelaku usaha dan petani kenari Alor, lini sektornya adalah DPRD dan Bapelitbang Alor.

Bapelitbang mengundang WVI untuk berdiskusi lebih lanjut tentang kemitraan. DLHK Provinsi NTT akan mengkomunikasikan dengan BKSDA terkait isu, tantangan, dan potensi kenari di wilayah konservasi Kabupaten Alor. Program reboisasi kenari Alor dibawah koordinasi Dinas kehutanan dan Bapelitabang Kabupaten Alor. Dinas PMD bersama Desa-desa akan mengalokasikan anggaran untuk penanaman kenari Alor.

tandatangani komitmen kesepakatan dalam konsorsium kenari di alor

Penandatanganan hasil kesepakatan dalam Konsorsium Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, yang digagas Wahana Visi Indonesia (WVI) , Rabu (27/9), di Ballroom Simfony Hotel, Kalabahi, Alor, Provinsi NTT. (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Bapelitbang bersama petani, pengumpul dan masyarakat membentuk kelompok masyarakat pemerhati, untuk indikasi geografis dengan SK Bupati sebagai kelengkapan untuk HAKI kenari Alor. Melakukan baseline kenari Alor yang dipimpin oleh BRIN dan mitra terkait, untuk mendata potensi serta karakteristik kenari Alor lini sektor yang bertanggung jawab adalah BRIN dan WVI.

Pemda dan DPRD Alor akan mengembangkan kenari Alor di 13 kecamatan, dari total 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Alor. Mitra swasta yakni Timurasa, Nth Wonder, Mama Ana membantu pengembangan kapasitas petani kenari di Alor, dan mengembangkan SOP pengolahan kenari Alor untuk mendapatkan standar yang diharapkan pasar.

Mitra swasta membantu pasar kenari Alor serta branding kenari Alor termasuk di pasar ekspor. Bapelitbang Alor bersama BRIN dan Universitas Tribuana (UNtrib) Kalabahi melakukan penelitian kenari Alor dan memasukan kenari Alor sebagai kurikulum di Untrib Kalabahi. Bapelitbang dan Untrib membangun kolaborasikan riset kenari Alor bersama BRIN.

Tembus Pasar Eropa

DIREKTRIS Beumopu Elba Jaya, Olvira Ballo mengatakan kenangan masa kecil, kedekatan dan nilai positif dari kenari Alor membuatnya memilih kenari dari Alor sebagai bahan baku produk kenari panggang yang dibranding dengan nama Mama Ana. Mama Ana adalah produsen pangan olahan di Kupang berbasis lokal, didirikan tahun 2013 dan tahun 2018 diperkenalkan oleh WVI dengan kenari Alor.

"Kenari Alor ini kita rancang pasarnya di dalam negeri. Sebanyak 60 persen hasil produksi dikonsumsi dan dipasarkan di Labuan Bajo. 20 persen diedarkan di Kota Kupang, 20 persen di Jakarta. Targetnya semua premium," ujarnya, Rabu (27/9).

"Ada sedikit riset, bahwa kenari di NTT yang punya komersial kapasitas itu hanya dari Alor. Terlalu banyak alasan baik untuk mengerjakan kenari. Dari sisi manusia, alam, budaya, dan kenari memiliki nilai jual yang luar biasa," ungkapnya.

Olvira membranding kenari Alor sebagai identitas daerah. Ada keinginan besar bahwa saat berbicara tentang kenari orang mengasosiasinya dengan Alor, meskipun ada 2 daerah di Indonesia yang menghasilkan kenari.

"Sejak awal mengerjakan kenari, nama kenari Alor sudah ada dan kini upgrade, izin edarnya sudah terbit dari Kementerian. Meski secara aturan nama Alor tidak diperkenankan untuk dipakai namun akhirnya perjuangan membuahkan hasil, identitas Alor disetujui," katanya.

Olvira memesan bahan baku kenari dari Desa Munaseli, bermitra dengan Rubenson. Tantangannya, perjalanan atau distribusi kenari dari rumah pengering di Munaseli, Pantar naik perahu ke Alor lalu ke Kupang. "Kenari mudah sekali rusak kalau terpapar udara lama sebelum di proses. Jadi memang sensitif sekali. Musim hujan kapal tidak jalan, pernah 80 kg kenari tertimpa air ikan," kata Olvira.

Manager Suplay Chain Nth Wonder, Hanindita Asti mengungkapkan, tahun 2023 kenari sudah diizinkan untuk masuk ke pasar Eropa. Ada beberapa parameter kualitas yang harus diperbaiki dan diperhatikan agar masuk standar pasar Eropa.

Hanin mengatakan, kandungan nutrisi pada kenari menjadi alasan Nth Wonder memilih mengolah produk turunan dari kenari.

Mama Ana

Direktris CV Beumopu Elba Jaya Mama Ana Olvira Ballo dalam acara Konsorsium Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, yang digagas Wahana Visi Indonesia (WVI), Rabu (27/9), di Ballroom Simfony Hotel, Kalabahi, Provinsi NTT.  (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

"Kami kuatnya di teknologi pangan. Kami melihat potensi kenari dari segi pengolahannya dan kandungan nutrisi. Dibandingkan dengan minyak zaitun, semua lemak di kenari itu lemak yang sehat. Kalau dibandingkan dengan produk pengganti susu seperti almond atau mete, kenari masih berada di level yang lebih tinggi," jelasnya.

Nth Wonder mengolah kenari menjadi beberapa produk turunan. Produk yang biasanya pakai susu, diganti dengan kenari sebagai proteinnya. "Varian produk saat ini ada Gelato, Ice Cream, Keju dan Cheese Cream. Produk turunan lain akan dikembangkan seperti Keju Mozarella dari kenari," jelasnya.

Saat ini Pemasarannya baru menjangkau Jakarta bekerjasama dengan sejumlah restoran dan secara online. Kini kenari berusaha tembus pasar ekspor. "Kenapa belum menjangkau Alor padahal kenari yang digunakan berasal dari Alor? Tantangannya pada logistik. Barang kami semuanya cold chain pengirimannya, harus dalam temperatur dingin. Ini memang PR untuk daerah kepulauan," ungkapnya.

Namun Hanin bersedia jika diminta ikut memberdayakan petani dan UMKM di Alor untuk kembangkan produk turunan kenari bersama dengan Bapelitbang Alor. "Kami berharap bisnis kami dan petani bisa berkembang, sejahtera, dan kenari bisa dilakukan penanaman kembali," katanya.

CEO Timurasa Indonesia Erdi Rulianto mengatakan, pihaknya memasarkan dan memberikan akses bagi produk lokal seperti kenari Alor hingga ke pasar global. Kenari sudah diperkenalkan ke Italia. Tetapi tantangannya adalah ketersedianya. Berikutnya, benar atau tidak kenari itu berasal dari Alor.

"Ketiga, apakah kompatible. Ada ketentuan untuk memenuhi permintaan pasar Eropa. Mereka (level pasar Eropa) sudah berbicara tentang kontainer base, dimana kita bisa memenuhi kontainer tersebut. Tetapi kita harus lihat kesiapan teman-teman termasuk secara harga, belum lagi masuk ke kualitas. Untuk itu, harga perlu dikomunikasikan bersama," katanya.

Peserta Konsorsium Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, bersama petani peniti kenari di Desa Bunga Kenari, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, Selasa (26/9).

Peserta Konsorsium Kenari Alor Menuju Pasar Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, bersama petani peniti kenari di Desa Bunga Kenari, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, Selasa (26/9). (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Perlu juga diketahui, sampai di konsumen terakhir, harganya masih terjangkau atau tidak. "Saat ini masih tergantung market, karena costnya masih tinggi. Mungkin kita bisa punya satu kesepakatan. Timurasa, Nth Wonder dan Mama Ana, sebenarnya ingin market yang lebih luas. Kami juga ingin tahu sebenarnya pasar sendiri menerima dengan harga berapa, supaya lebih ekspansi. Ini yang perlu diskusikan," katanya.

Timurasa telah memperjuangkan nama kenari yang awalnya diterjemahkan sebagai Java Almond. Saat mendaftarkan nama kenari, salah satu visibilitasnya dalam sistem HS adalah Alor. "Ini bisa jadi peluang, teman-teman lebih berbangga karena kenari bisa ada namanya di Eropa," jelasnya.

TImurasa hanya fokus di bahan baku sehingga tidak membuat produk turunan dari Kenari. "Karena kami tahu tidak punya tim yang kuat di research and development untuk membuat kenari mau jadi apa. Tetapi kami punya networking untuk membantu pemasaran dari komunitas-komunitas, atau UMKM agar bisa sampai ke pasar yang lebih luas," imbuhnya

Bupati Alor apresiasi WVI

BUPATI Alor Drs. Amon Djobo, MAP dan Kepala Badan Perencanaan Penelitian, dan Pengembangan (Bapelitbang) Alor, Obeth Bolang, SSos MAP mengapresiasi Wahana Visi Indonesia (WVI).

Mereka mengucapkan terima kasih atas kegiatan konsorsium bertema Kenari Alor Menuju Pasar yang Inklusif, Lestari dan Berkelanjutan, bertempat di Ballroom Simfony Hotel, Kalabahi, Rabu (27/9) yang diselenggarakan WVI.

"Berbagai ide, gagasan, dan pikiran baik serta dukungan dari kegiatan ini untuk pengembangan daerah Alor ke depan," katanya.

Obeth memastikan, penggunaan dana desa, riset, pembentukan MPAG guna pengembangan dan pelestarian serta pemasaran kenari Alor, termasuk pengumpulan data terkait kenari, akan didukung oleh pemerintah.

Dana desa bisa dianggarkan untuk membiayai hutan desa. "Tahun ini untuk 158 desa di Alor, total anggaran ada Rp 130 Miliar. Tahun depan Alor kita tambah lagi Rp 2 Miliar, sehingga ada Rp 132 Miliar yang didalamnya ada sekian presentasi. Melalui talkshow ini, bapak desa dan camat bisa melihat sesuai dengan ketentuan Petunjuk," ungkap Obeth.

Rubenson dan kades Munaseli

Kepala Desa Munaseli dan pengepul kenari di MUnaseli, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, Selasa (26/9). (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Petunjuk Teknis dan Petunjuk Pelaksana memungkinkan disupport untuk membiayai hutan desa yang ada di wilayah. Hal ini merupakan peluang yang bisa dilakukan, sambil kabupaten juga mensupport.

"Kalau soal menyediakan anakan kenari, sedang dibahas dalam APBD 2023, bersama badan anggaran. Kita memanfaatkan musim hujan, agar anakan kenari bisa ditanam," tegasnya.

Kedepan, Bapelitbang akan memiliki kelembagaan baru khusus riset yang bisa mendukung akademisi juga penelitian tentang kenari. Aturannya sedang digodok. Untuk data base, pemda bersama WVI sudah mencoba survei data base di desa dan kecamatan yang mempunyai potensi pengembangan kenari.

"Itulah yang akan kita sama-sama dukung dan back up, sehingga hutan desa nanti dapat mendukung petani yang ada di desa dan lewat konsorsium ini kita bisa rencanakan di tahun 2024," jelasnya.

Obeth juga mengapresiasi UMKM seperti Mama Ana, Nth Wonder dan Timurasa yang telah memasarkan dan menghasilkan berbagai produk turunan dan kenari Alor.

"Kita ingin apa yang telah dibuat oleh Nth Wonder, Mama Ana, Timor Rasa, juga ada di Alor. Karena perjalanan dari Jakarta ke Alor butuh waktu lama, kalau kita punya dukungan yang kuat pasti bisa kita jalankan bersama stakeholder yang ada. Bisa berbagi pengetahuan, pengalaman, informasi, dan teknologi untuk kebijakan perencanaan pembangunan bersama-sama dengan mitra dewan," kata Obeth.

Untuk memudahkan distribusi kenari, Obeth bersama DPRD siap berperan. "Kalau soal infrastruktur apa yang disampaikan oleh Pak Ruben dari Desa Munaseli, pemerintah di masa depan bersama dengan dewan merencanakan pembangunan infrastruktur jalan sampai ke Munaseli agar tidak lagi menjadi kendala lewat Dana Alokasi Umum. Kalau di Alor Timur sudah bisa dijangkau. Kami juga ada revisi rencana tata ruang wilayah untuk 20 tahun," jelasnya.

Terkait kawasan konservasi, menurut Obeth, kewenangan itu ada pada pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. "Pada prinsipnya, pemerintah daerah memberikan dukungan untuk kepentingan masyarakat. untuk survei data base bisa dilihat dari dukungan dana desa," tuturnya.

Saat membuka kegiatan, Bupati Amon sempat mencoba berbagi produk kenari hasil produksi CV. Beumopu Elba Jaya dan Nth Wonder, berupa Ice Cream, Keju dari Kenari, serta Kenari Roasted aneka rasa.

"Ini luar biasa, saya baru pertama kali coba ada kenari panggang, ada keju kenari ini memang luar biasa. Kami orang Alor tidak pernah tahu Kenari bisa dibuat jadi macam-macam olahan," katanya.

penjemuran kenari

Anggota Kelompok Pengepul Onong Tou sedang menjemur kenari di dalam rumah pegering, di Desa Munaseli, Kecamatan Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, Selasa (26/9). (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Menurutnya, dulu saat dia masih kecil, kenari ini menjadi makanan burung. Jatuh benihnya di mana, maka disitu tumbuh. "Tetapi hari ini saya coba aneka olahan ini terobosan yang bagus," katanya mengapresiasi WVI.

"WVI ini sudah sekitar 15 tahun ada di Alor ini dan sudah banyak membantu masyarakat Alor. Saya sangat berterima kasih dan mengapresiasi kontribusi WVI bagi masyarakat Alor," katanya.

Bupati menghimbau agar petani tidak hanya berharap pada kenari yang ada saat ini, tetapi juga menanam kembali kenari agar produksinya semakin bertambah dan mendatangkan efek positif bukan hanya di bidang perekonomian tetapi juga di bidang lainnya

Rektor Universtas Tirbuana Alor, Alvonso F Gorang, SSos, MM
Masuk Kurikulum Kampus

KENARI sebenarnya satu komoditas yang punya nilai ekonomi tinggi, punya segmen tersendiri. Kalau kemiri dan lain itu segmennya bumbu dapur, namun kenari segmennya golongan menengah keatas, Harganya premium. Orang-orang biasa kayaknya kita sulit beli, tadi ada kenari yanh sudah diolah seratus gram itu harganya Rp 50an ribu di Labuan Bajo.

Hari ini WVI membuat kita sadar, kita mengetahui bahwa ternyata kenari adalah salah satu prodak yang punya nilai ekonomis yang sangat tinggi dan prospektif untuk pengembangannya di Alor.

Pemerintah, kampus, belum melihat kenari sebagai sesuatu yang utama maka kita memang belum memberikan peran maksimal. Kalau kita menggunakan pendataan SWOT, kenari bisa dipetakan, ada kekuatan dan kelemahannya.

Beberapa kekuatan dari kenari, pertama, kenari Alor adalah tanaman endemik sudah ada sejak ratusan tahun dan boleh atau dapat tumbuh dimana-mana. Dapat tumbuh dan menghasilkan buah dari tepian pantai sampai ke ketinggian tertenu, menghasilkan buah dengan baik, bahkan ditengah gunung pun. Alor merupakan daerah penghasil kenari.

 

petani peniti kenari

Petani kenari sedang meniti kenari di Desa Bunga Kenari, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi NTT, Selasa (26/9). (POS KUPANG/NOVEMY LEO)

Kelemahannya, belum ada riset dan data terkait kenari, sebarannya di Alor, kecamatan hingga desa, jumlah pohon kenari. Data statistik dan produktifitasnya pertahun atau perbulan, belum ada dan ini menjadi masalah kita bersama. Belum lagi program penghijauan kebanyakan pengadaan anakan mahoni.

Selanjutnya hambatan sosial di masyarakat, yakni ketidakjelasan status terkait lahan milik masyarakat. Masyarakat punya lahan, tapi ada hambatan tentang status kepemilikan lahan yang belum menjadi milik perorangan, siapa yang punya kewenangan. Hal ini harus dicarikan solusi.

Untuk peluang, hari ini dunia sedang berada pada isu global, pemanasan global. Semua di dunia berkepentingan terhadap bagaimana pengurangan emisi karbon. Karenanya isu pemanasan global ini bisa membuat kenari menjadi penting.

Karena itu mesti ada anggaran dari lembaga dunia yang berkepentingan untuk memberikan perhatian terhadap penghijauan dengan pemananaman kenari. Ada juga potensi pasar komoditas, pasar lokal, pasar regional hingga pasar Eropa.

Peluang lain yakni jaminan harga yang baik untuk memotivasi orang lebih peduli, mau menanam, menjaga, melestarikan dan mengelola kenari hingga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat.

Pemerintah membuat program hingga ke desa, termasuk warga yang punya lahan tidur bisa berpikir mulai menanam kenari, termasuk program yang memungkinkan membuat anakan kenari.

Kampus juga perlu melakukan riset terkait kenari dan bekerjasama dengan BRIN. Semangat kampus untuk riset sangat tinggi, namun tidak didukung dengan sumber pembiayaan.

Jika dengan kemitraan, konsorsium, maka tentu ada kesempatan untuk bermitra dengan BRIN. Kampus juga akan memasukkan kurikulum tentang kenari, sehingga sejak awal isu kenari itu sudah dibahas dan didiskusikan oleh dosen dan mahasiswa.

Mari semua pihak mulai dari petani, pengepul, buyer atau pengusaha hingga pemerintah, DPRD dan lembaga swasta, kampus termasuk NGO sama-sama berperan mengembangkan potensi kenari di Alor. BRIN bersama kampus berpikir tentang bagaimana mencari varietas yang paling baik, varietas yang paling memungkinkan untuk pengembangan kenari di Alor.

 

https://kupang.tribunnews.com/2023/10/02/kenari-alor-menuju-pasar-inklusif-lestari-dan-berkelanjutan-wahana-visi-indonesia?page=all.


Artikel Terkait