Yosina Deda, Setia Mengajar dari Tepian Danau Sentani

Yosina Deda, Setia Mengajar dari Tepian Danau Sentani

Warga Kampung Ayapo sekaligus guru pendidikan anak usia dini (PAUD) di kampung tersebut, Yosina Deda (48), sedang membacakan buku cerita  pada Rabu (30/8/2023), di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua. Kampung di pesisir Danau Sentani itu hanya punya satu PAUD dan jadi pilar mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI. Warga Kampung Ayapo sekaligus guru pendidikan anak usia dini (PAUD) di kampung tersebut, Yosina Deda (48), sedang membacakan buku cerita pada Rabu (30/8/2023), di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua. Kampung di pesisir Danau Sentani itu hanya punya satu PAUD dan jadi pilar mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.

Delapan tahun sudah Yosina Deda (48) menjadi guru honorer di satu-satunya pendidikan anak usia dini atau PAUD di Kampung Ayapo yang ada di pesisir Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Ia yakin tidak ada anak Indonesia yang bodoh. Mereka hanya perlu diberi kesempatan belajar, dimulai dari mengenal huruf dan angka.

Dulu, saat para orangtua pergi berkebun, anak-anak di Kampung Ayapo menghabiskan waktu dengan bermain dari pagi sampai sore. Entah mereka belajar atau tidak. Yosina resah, lalu mengumpulkan mereka untuk belajar sambil bernyanyi.

Lewat nyanyian pula, Yosina mengenalkan huruf dan angka. Keduanya adalah dasar literasi dan numerasi yang mesti dikuasai oleh anak-anak. Ibu dari empat anak ini khawatir jika anak-anak di kampungnya tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung. Tanpa kemampuan itu, anak-anak bakal tertinggal.

Kesadaran ini tumbuh semakin kuat seusai Yosina mengunjungi Jakarta bersama yayasan sosial kemasyarakatan Wahana Visi Indonesia. Di hadapan kota ”berhutan beton”, ia menyadari bahwa dunia sudah melaju kencang. Jika anak-anak tidak mempunyai literasi dasar, mereka akan habis ”dilibas” zaman.

”Mama berpikir, Papua tertinggal. Mama ketakutan dan gemetar dengan perkembangan zaman,” ucap Yosina, Rabu (30/8/2023). ”Mama pulang nanti harus cerita. Mama minta bikin video waktu lihat Monas. Biar mama cerita di PAUD, sekolah minggu, rumah baca (di kampung) bahwa kamu (anak-anak) harus berbeda dengan dorang (mereka) di luar,” tambahnya.

Sejumlah anak bermain bersama pada Rabu (30/8/2023) di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua.KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI. Sejumlah anak bermain bersama pada Rabu (30/8/2023) di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua.

Ia berharap anak-anak kampungnya bisa setara dengan orang dari kota besar. Itu sebabnya, ia getol menyuarakan pentingnya pendidikan di lingkungan gereja, sekolah, dan kampung.

PAUD pertama

Yosina mulai mengajar pertama kali pada tahun 2000. Waktu itu, belum ada PAUD di Kampung Ayapo. Yosina dan beberapa rekannya pun mengajar dari rumah ke rumah. Suatu masa, ada warga kampung yang bersedia menjadikan rumahnya tempat belajar buat anak-anak.

”Sulit mengajak anak belajar karena mereka datang dari keluarga yang berbeda-beda. Ada anak yang karakternya pendiam. Ada yang hanya tidur-tiduran. Ada yang aktif sekali,” tuturnya.

Pada 2009, PAUD pertama dan satu-satunya di kampung tersebut didirikan. PAUD Nuri Ayapo ini dibangun setelah musyawarah dengan para pemangku adat. Salah satu tokoh masyarakat kemudian memberikan tanahnya untuk dijadikan sekolah.

PAUD tersebut ada di bukit, tak jauh dari lapangan yang sering dijadikan tempat bermain anak-anak. Dindingnya dari batu dan lantainya yang dilapisi keramik bergelombang, mungkin karena tanah yang tak rata. Di PAUD itulah Yosina mengabdi sebagai guru honorer selama hampir dua dekade.

Selama itu pula, Yosina ingin anak-anak menguasai pengetahuan dasar, minimal bisa dan suka membaca. Masih ada anak di kampung yang tidak bisa membaca. Ada pula yang bisa membaca, tetapi tak paham isi bacaan.

Suasana Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Rabu (30/8/2023).  Kampung di pesisir Danau Sentani itu hanya mempunyai satu PAUD dan jadi pilar mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI. Suasana Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Rabu (30/8/2023). Kampung di pesisir Danau Sentani itu hanya mempunyai satu PAUD dan jadi pilar mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.

Yosina menduga gawai berperan menyurutkan minat baca. Anak-anak lebih suka memegang gawai dibandingkan buku. Walau gawai saat ini juga jadi sumber mencari pengetahuan, tidak ada yang bisa memastikan konten apa yang dikonsumsi anak-anak di gawai.

”Harus ada guru yang bisa mengolah bagaimana agar anak bisa mencintai buku walau di dalam HP (ponsel pintar) ada cerita,” katanya.

Walau berniat baik, misi pendidikan yang diemban Yosina dan para guru di kampung tak selalu berjalan mulus. Ada anak-anak hingga orangtua yang tidak suka dengan guru sehingga tak mau belajar. Namun, karena eratnya hubungan kekeluargaan di kampung, Yosina terus maju menarik anak-anak untuk belajar. Hasilnya, ada anak-anak didiknya yang kini telah menjadi anggota TNI-Polri.

Suasana Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Rabu (30/8/2023). Kampung di pesisir Danau Sentani itu hanya mempunyai satu PAUD dan jadi pilar mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI. Suasana Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Rabu (30/8/2023). Kampung di pesisir Danau Sentani itu hanya mempunyai satu PAUD dan jadi pilar mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.

Pernah suatu waktu Yosina memanggil seorang anak di kampungnya untuk bicara. Anak itu kelas IV SD, tetapi tak pandai membaca. Setelah mendengar cerita dan kesulitan anak itu, Yosina paham bahwa anak tersebut takut dengan guru. Akibatnya, ia kesulitan belajar.

”Tidak ada anak Indonesia yang bodoh. Kita saja tidak kasih peluang untuk dia belajar,” katanya.

Anak-anak yang ingin belajar difasilitasi olehnya. Ia mengatakan, anak dari keluarga tak mampu bisa dibantu untuk sekolah gratis di PAUD. Anak-anak lain pun bisa mengakses Rumah Baca untuk belajar. Adapun anak kandung Yosina turut turun tangan sebagai tutor di Rumah Baca.

Masih berjuang

Sama seperti nasib guru honorer lain di berbagai penjuru negeri, Yosina mesti bekerja keras agar dapurnya tetap mengepul dan anak-anaknya bisa mengecap pendidikan tinggi hingga tuntas. Anak pertamanya adalah sarjana Universitas Cendana, anak keduanya mahasiswa semester akhir di Universitas Cendana, dan anak ketiganya merupakan mahasiswa di Universitas Cendana dan International University of Papua. Adapun anak bungsunya masih kecil.

”Kadang, mama terpaksa bolos (mengajar) untuk cari uang buat ongkos taksi anak-anak,” katanya. ”Kalau sudah datang semester (baru), saya bicara dengan teman-teman untuk tolong saya dulu, saya mau cari uang.”

Dulu, Yosina pernah sakit kista. Saat itu, ia berdoa agar Tuhan mengizinkannya tetap hidup agar bisa terus berkarya di tengah masyarakat. Doanya dikabulkan dan sejak saat itu Yosina berkomitmen untuk terus mengajar. Dalam kesetiaannya mendidik anak-anak di pelosok, terselip harapan agar pemerintah datang supaya mereka bisa bernapas lega.

Yosina Deda (48), warga Kampung Ayapo sekaligus guru PAUD di kampung tersebut, Rabu (30/8/2023), di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua. Kampung di pesisir Danau Sentani itu hanya mempunyai satu PAUD dan jadi pilar mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI. Yosina Deda (48), warga Kampung Ayapo sekaligus guru PAUD di kampung tersebut, Rabu (30/8/2023), di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua. Kampung di pesisir Danau Sentani itu hanya mempunyai satu PAUD dan jadi pilar mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.

Yosina Deda

Lahir: Kampung Ayapo, Jayapura, 8 Juni 1975

Pendidikan: SMA

Suami: Tidores

Anak: 4 orang

 

https://www.kompas.id/baca/tokoh/2023/09/10/yosina-deda-setia-mengajar-dari-pesisir-danau-sentani


Artikel Terkait