Mari Sekolah, Mari Makan Sehat!

Mari Sekolah, Mari Makan Sehat!

Oleh: SEKAR GANDHAWANGI, 6 September 2023

Sejumlah anak bermain bola pada Rabu (30/8/2023) di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua. KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI. Sejumlah anak bermain bola pada Rabu (30/8/2023) di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua.

Masyarakat di Tanah Papua masih berhadapan dengan terbatasnya fasilitas pendidikan dan kesehatan. Isu ini sejalan dengan terbatasnya sumber daya manusia, biaya, hingga kesadaran sebagian orang untuk sekolah dan hidup sehat. Walau terimpit berbagai tantangan, kader posyandu dan guru honorer maju paling depan untuk mengatasi isu itu.

Kampung Waroser sejatinya mudah mengakses sumber pangan sehat. Kampung yang terletak di Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat ini berbatasan dengan laut yang jadi sumber ikan. Adapun 67 orang dari 442 warga kampung adalah nelayan.

Untuk pertanian, menurut warga setempat, tanah di kampung tak sulit ditanami sayur-mayur. Pemerintah kampung juga pernah membagi benih tanaman pangan ke warga untuk program ekonomi kerakyatan.

Masyarakat di Tanah Papua masih berhadapan dengan terbatasnya fasilitas pendidikan dan kesehatan. Isu ini sejalan dengan terbatasnya sumber daya manusia, biaya, hingga kesadaran sebagian orang untuk sekolah dan hidup sehat. Walau terimpit berbagai tantangan, kader posyandu dan guru honorer maju paling depan untuk mengatasi isu itu.

Kampung Waroser sejatinya mudah mengakses sumber pangan sehat. Kampung yang terletak di Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat ini berbatasan dengan laut yang jadi sumber ikan. Adapun 67 orang dari 442 warga kampung adalah nelayan.

Untuk pertanian, menurut warga setempat, tanah di kampung tak sulit ditanami sayur-mayur. Pemerintah kampung juga pernah membagi benih tanaman pangan ke warga untuk program ekonomi kerakyatan.

Suasana Kampung Waroser, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat pada Jumat (1/9/2023).

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI. Suasana Kampung Waroser, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat pada Jumat (1/9/2023).

Dengan sumber pangan itu, masyarakat mestinya bisa menghindari masalah tengkes (stunting). Namun, masih ada anak-anak dengan stunting di kampung. Tokoh perempuan Kampung Waroser sekaligus kader posyandu, Bergita Wamati (52), menyebut, ada 12 anak stunting di Waroser pada 2019. Per September 2023, ada tiga anak stunting yang ditangani posyandu dan puskesmas.

Sa (saya)juga tra (tidak) paham kenapa masih ada anak stunting,” katanya, Jumat (1/9/2023). “Orang di sini punya pemahaman stunting itu penyakit turunan. Bahwa anaknya kecil, kerdil, itu karena bawaan,” tambahnya.

Anak-anak lantas diberi makanan tambahan selama 90 hari. Makanan dimasak bergantian oleh mama-mama kader posyandu dengan anggaran Rp 30.000 per menu per hari. Anggaran pemberian makanan tambahan ini dari dana desa atau dana otonomi khusus (otsus).

Bergita Wamati, kader posyandu di Kampung Waroser, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat pada Jumat (1/9/2023). Ia telah menjadi kader sejak tahun 1990-an dan hingga kini aktif mensosialisasikan kesehatan untuk warga, termasuk pentingnya makanan bergizi untuk mencegah tengkes (<i>stunting</i>) pada anak.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI. Bergita Wamati, kader posyandu di Kampung Waroser, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat pada Jumat (1/9/2023). Ia telah menjadi kader sejak tahun 1990-an dan hingga kini aktif mensosialisasikan kesehatan untuk warga, termasuk pentingnya makanan bergizi untuk mencegah tengkes (stunting) pada anak.

Walau demikian, memberi makanan tambahan tak mudah. Orangtua biasanya marah saat diberi tahu anaknya stunting dan tak mau lagi membawa anaknya ke posyandu.

“Dulu sa tra berani langsung bagi tahu (orangtua) bahwa dong pu (mereka punya) anak stunting. Jadi sa datang, kasih makan, bilang ini makanan sehat saja,” ucap kader posyandu Yuliance Wamati (51).

Yuliance pun pernah dikejar orangtua dengan parang. Orangtua itu marah lantaran diberi tahu anaknya stunting. Yuliance sempat berhenti memberi makanan tambahan agar tak menyinggung orang itu lebih jauh. Ia minta maaf dan mencoba mendekati keluarga itu perlahan.

Adapun stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi. Menurut Yuliance, anak dengan stunting yang ia tangani biasanya tak hanya pendek dan berat badannya rendah. Daya ingat mereka pun lemah dan kurang responsif saat diajak berkomunikasi. Adapun pemerintah berupaya menekan kasus stunting untuk mencegah bencana bonus demografi di masa depan.

Bergita dan Yuliance tak berhenti mendekati warga supaya sadar bahaya stunting bagi masa depan anak. Sosialisasi kesehatan ini dilakukan keduanya sejak jadi kader pada tahun 1990-an tanpa insentif. Baru beberapa tahun terakhir mereka menerima honor. Bagi mereka, pekerjaan ini sama dengan menjaga masa depan kampung.

Anak tak sekolah

Selain stunting, Kampung Waroser juga berhadapan dengan anak-anak yang tak sekolah. Dari 442 anak di kampung, 232 orang di antaranya tidak sekolah.

Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM Manokwari Selatan, Tera Abraham Auri, mengatakan, salah satu alasan anak tak sekolah karena anak diajak berkebun oleh orangtua.

Jarak sekolah yang jauh diduga bisa jadi salah satu alasan anak tak sekolah. Namun, menurut Tera, kendala ini telah diatasi dengan membuat Kelas Jauh. Kelas ini tersedia di dekat kampung anak-anak tinggal dan diperuntukkan bagi siswa kelas 1-3 SD. Saat kelas 4 SD, mereka diasumsikan cukup besar untuk berjalan kaki ke sekolah induk.

“Dulu, kalau kita tidak sekolah, kita dapat pukul sampai 'lihat maut punya ujung'. Ketika sekarang semua layanan pendidikan tersedia, lalu ada orangtua tidak menyekolahkan anaknya, kita menyayangkan sekali,” ucap Tera yang juga mantan Kepala Dinas Pendidikan Manokwari Selatan.

Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kabupaten Manokwari Selatan, Tera Abraham Auri, di Kampung Waroser, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat pada Jumat (1/9/2023). Ia juga mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Manokwari Selatan.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI. Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kabupaten Manokwari Selatan, Tera Abraham Auri, di Kampung Waroser, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat pada Jumat (1/9/2023). Ia juga mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Manokwari Selatan.

Di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, sejumlah guru honorer juga berjibaku dengan isu pendidikan. Kampung di pesisir Danau Sentani itu minim tenaga pendidikan anak usia dini. Hingga kini, hanya ada lima guru dan satu PAUD di kampung itu. Adapun PAUD jadi pilar pendidikan baca, tulis, dan hitung pada anak.

Menurut guru PAUD di Kampung Ayapo, Yosina Deda (48), masih ada anak yang tidak bisa membaca. Ada pula yang sudah bisa membaca, tapi tak memahami isi bacaan. Jika dibiarkan, ia khawatir anak-anak akan kehilangan kesempatan mengembangkan diri di masa depan.

Masih ada anak yang tidak bisa membaca. Ada pula yang sudah bisa membaca, tapi tak memahami isi bacaan.

Ia dan empat guru honorer lain di PAUD itu pun terjun untuk mengajar anak-anak kampung di tengah segala keterbatasan. Anak dari keluarga tak mampu dipersilakan belajar secara gratis. Jika tak ke PAUD, anak-anak bisa mengunjungi Rumah Baca yang dikelola Yosina atas bantuan Wahana Visi Indonesia.

Ia meyakini bahwa anak-anak harus bisa membaca karena itulah gerbang pendidikan. Ia menambahkan, sejatinya tak ada anak Indonesia yang tidak pintar. Mereka hanya tidak diberi kesempatan untuk belajar.

Warga Kampung Ayapo sekaligus guru PAUD di kampung tersebut, Yosina Deda (48), membacakan buku cerita ke seorang anak pada Rabu (30/8/2023) di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua. Kampung di pesisir Danau Sentani itu hanya punya satu PAUD dan jadi pilar mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI. Warga Kampung Ayapo sekaligus guru PAUD di kampung tersebut, Yosina Deda (48), membacakan buku cerita ke seorang anak pada Rabu (30/8/2023) di Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua. Kampung di pesisir Danau Sentani itu hanya punya satu PAUD dan jadi pilar mengajarkan anak untuk membaca, menulis, dan menghitung.

Di sisi lain, ia berharap agar pemerintah memerhatikan nasib guru honorer. Dengan honor yang minim, mereka tak jemu mendidik anak-anak agar tak disebut “terbelakang”. Walau dedikasi para guru tinggi, kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga tak terhindarkan.

“Mama terpaksa bolos (mengajar) untuk mencari uang untuk anak-anak, apalagi kalau datang (masa) bayar uang semester,” ucap Yosina yang telah 18 tahun menjadi guru honorer.

Adapun kebijakan otonomi khusus (otsus) Papua jilid kedua yang akan berlangsung pada 2021-2041 diharapkan bisa mengatasi berbagai masalah tersebut. Otsus Papua akan fokus di tiga agenda utama, yaitu pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. Dana otsus diberikan dari pemerintah pusat langsung ke pemerintah kabupaten/kota untuk menyejahterakan orang asli Papua (OAP).

Masyarakat di Waroser hingga Ayapo berharap, dana otsus jilid kedua ini bisa dirasakan manfaatnya dari hanya terasa seperti air menetes hingga ombak pecah.

 

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/09/04/mari-sekolah-mari-makan-sehat?open_from=Section_Humaniora

 


Related Articles