Anak Harus Mendapatkan Pendidikan yang Layak Sejak Dini

Anak Harus Mendapatkan Pendidikan yang Layak Sejak Dini

#LombokBangkitKembali - Suatu hari di 2006, Juarto, warga Dusun Pengembuk berniat mencarikan sekolah PAUD untuk anaknya. Namun, ia tidak menemukan sekolah tersebut di dusun bahkan desa tempatnya menetap. Ia memutuskan harus membawa anaknya ke wilayah kecamatan demi sebuah pendidikan di usia dini. Sejak saat itu, hati Juarto tak bisa berhenti bergejolak. Ia terpanggil untuk menyelenggarakan pendidikan usia dini di dusunnya.

“Banyak sekali anak yang sejak usia dini yang seharusnya mendapatkan pendidikan usia dini, tapi mereka tidak bisa mendapatkan itu. Saya kasihan melihat anak-anak di dusun saya yang kalau pagi hari hanya bisa bermain, tapi tidak bisa sekolah,” cerita Juarto.

Dengan tekad yang bulat, pada 2010 Juarto memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan bersama kedua orang temannya. Lembaga kecil tersebut lantas memutuskan untuk mendirikan sebuah bangunan PAUD sederhana bernama PAUD Ceria 2. Bangunan ini didirikan tak jauh dari huniannya.

“Awalnya anak-anak hanya belajar di balai-balai bambu dan atap daun kelapa. Setelah beberapa tahun, kami akhirnya mendapatkan bantuan dari pemerintah, yang bisa membuat satu ruang kelas dan satu toilet. Tetapi setelah kejadian gempa 2018, PAUD hancur sama sekali,” lanjutnya.

Gempa yang menghantam Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Juli 2018 lalu telah meluluhlantakkan bangunan PAUD milik Juarto dan anak-anak di Dusun Pengembuk. Bangunan runtuh seutuhnya, tak ada yang tersisa. Meski demikian, Juarto bersyukur gempa terjadi di malam hari. Jika tidak, mungkin empat puluh anak yang ada di bangunan PAUD miliknya tersebut, bisa saja tidak selamat.

Pasca runtuhnya bangunan PAUD, anak-anak tidak bisa kembali merasakan asyiknya bermain dan belajar. Mereka sempat tidak bisa belajar selama tiga bulan lamanya. Hingga akhirnya, Juarto menemukan sekolah sementara yang bisa digunakan sebagai tempat belajar anak-anak PAUD Ceria 2.

Juarto masih pasrah akan keadaan yang menimpa bangunan PAUD miliknya. Ia tidak tahu apakah PAUD tersebut akan kembali berdiri atau tidak. Hingga akhirnya Juarto berjumpa dengan staf respons tanggap bencana Wahana Visi Indonesia (WVI) di Lombok. Dia bercerita perihal adanya bangunan PAUD yang tak lagi tersisa.

“Saat itu mereka hanya mengatakan, “kami usahakan, mudah-mudahan kami bisa membangun kembali tempat belajar anak di dusun ini,” katanya menirukan perkataan staf WVI tersebut.

Pembicaraan singkat Juarto dengan para staf WVI ternyata membuahkan hasil. Lima bulan pasca pembicaraan tersebut, WVI memutuskan akan kembali mendirikan Pusat Bermain Anak di lahan yang diwakafkan Juarto bagi anak-anak di dusunnya. Bantuan berupa bangunan bernama ‘Better Shelter’ ini merupakan hasil dukungan WVI dengan Ikea Indonesia. Nantinya anak-anak PAUD Ceria 2 akan kembali bersekolah di sana.

Lahan seluas 350 m2 jadi saksi bagaimana Juarto masih peduli dengan pendidikan anak-anak berusia dini di dusun tempat tinggalnya. Kini, lahan tersebut sedang diisi dengan pondasi dasar bangunan. Para pekerja bangunan sedang bekerja dengan giat demi mempercepat berdirinya kembali bangunan Pusat Bermain Anak.

   

Selain 2 bangunan shelter, menurut Juniarto, Ikea Indonesia juga memberikan alat permainan edukatif serta fasilitas permainan anak yang akan ditempatkan di halaman depan bangunan. Meski begitu, ia berharap ada pihak lainnya yang bisa membantunya menyediakan seragam sekolah bagi anak-anak PAUD Ceria 2.

Juarto punya fokus yang besar bagi anak-anak. Menurutnya, dengan adanya pendidikan anak di usia ini, dasar anak untuk menjalani kehidupan ke depannya akan lebih kokoh.

“Buat saya pendidikan adalah yang utama. Sekolah di universitas memang penting, tapi sekolah anak di usia dini jauh lebih penting karena pondasi mereka ada di situ. Kalau kita bangun rumah pondasinya bengkok, maka ke atasnya pasti akan bengkok. Saya pikir ini dasar untuk mereka. Anak-anak harus dapat pendidikan yang layak sejak usia dini, sehingga ke depannya mereka akan terbiasa,” tambah ayah satu anak ini.

Sementara itu, Juarto masih ingin bermimpi banyak bagi anak-anak di Dusun Pengembuk. Ia masih bermimpi untuk memiliki sebuah perpustakaan bagi anak-anak di sana. 

“Saya suka membaca, saya ingin punya perpustakaan di dusun ini. Saya ingin buatkan rak di sekolah itu. Nanti anak-anak bisa datang membaca buku. Nanti mereka kita ajarkan untuk menabungkan uang ke celengan. Saat uang terkumpul, nanti bisa dibelikan buku baru lagi untuk mereka,” pungkasnya.

Sementara itu, hingga satu tahun melayani di Lombok, WVI telah membantu berdirinya sepuluh sekolah sementara yang tersebar di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur. Terciptanya sekolah sementara ini merupakan dukungan dari donator dan sponsor yang diberikan melalui WVI.

#1TahunGempaLombok
#KamiMasihBersamaLombok

Ditulis oleh: Putri ianne Barus, Communications Officer Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait