10 Tahun Melayani, WVI Tutup Program di Kabupaten Tojo Una-Una
Sepuluh tahun sudah Wahana Visi Indonesia (WVI) mendampingi 10 desa di 2 kecamatan di Kabupaten Tojo Una-Una (Touna), Sulawesi Tengah. Banyak perubahan positif telah terjadi di masyarakat. Tercatat 970 anak, 700 orangtua dan keluarga telah memiliki bekal untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, melakukan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak, dan pemerintah kabupaten berkomitmen untuk menjadi kota layak anak.
Banyak hal yang telah dilakukan WVI bersama masyarakat, di antaranya: mendampingi kelompok ASKA (Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak) anak, kelompok perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat (PATBM) serta mendampingi kelompok petani yang kini juga telah memiliki akses ke berbagai institusi, lembaga keuangan, serta pasar.
Saharuddin (45), petani yang merasakan manfaat program WVI di Kab. Touna mengatakan, sebelum WVI hadir dan mendampingi para petani, dirinya dan banyak petani lainnya hanya mengerti cara menanam jagung dan kelapa. Namun, perubahan perekonomian dan teknik pertanian terjadi setelah mereka berjalan bersama WVI.
“Setelah didampingi WVI kami ternyata bisa menanam sayuran dan sudah bisa menabung dengan hasil sayur yang kami tanam. Bahkan kami bisa membangun rumah yang rusak dengan tabungan di ASKA," ujarnya bahagia.
Tak hanya itu, WVI Area Program Touna juga mengadakan program sekolah lapang jagung, pelatihan pengelolaan ekonomi keluarga, budidaya sayur organik, serta memperkenalkan ASKA. Ada 15 grup ASKA dengan 276 anggota, dan 13 grup di antaranya telah bekerja sama dengan Bank Sulteng.
Banyak warga yang telah merasakan manfaat program ASKA tersebut. Seperti Warda Umar (34) misalnya, seorang warga Desa Urundaka, Kecamatan Ampana Tete yang bercerita sejak keikutsertaannya di kelompok ASKA pada 2012, dirinya mampu memenuhi kebutuhan pendidikan anak, membangun rumah, memiliki modal usaha dan memiliki dana darurat di masa pandemi.
WVI tentu tak bisa berjalan sendiri, kerja sama dengan pemuka agama dan lembaga agama Majelis Ulama Indonesia juga dilakukan selama 10 tahun ini. Telah banyak praktik baik yang dilakukan di desa dampingan, terutama dalam upaya pemenuhan hak anak, akta kelahiran anak, pengakhiran kekerasan pada anak, pelatihan perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat dan juga pengasuhan dengan cinta.
Sulastri (16) dan Fadli (16) wakil dari forum anak menyampaikan, sebelumnya mereka tidak mengerti mengenai hak-hak anak. Namun setelah mengikuti kegiatan pendampingan WVI, keduanya kini mengerti mengenai hak-hak anak, memiliki kepercayaan diri untuk berbicara di depan orang banyak dan bertemu untuk berdialog dengan pemerintah menyuarakan hak-hak dan perlindungan anak.
Dalam kegiatan penutupan program yang berlangsung secara daring pada Kamis (12/8/2021) dan dihadiri para donor dan sponsor dari Jepang, Direktur Nasional & CEO Wahana Visi Indonesia Angelina Theodora, menyampaikan, "Kami berterimakasih dan memberi apresiasi setinggi-tingginya kepada Pemerintah Kabupaten Tojo Una-Una, sponsor dan donor dari Jepang, Pimpinan Bank Sulteng cabang Ampana, Pimpinan MUI Kabupaten Tojo Una-Una dan tokoh agama, juga semua anggota ASKA dan ASKA Anak, para kader PATBM dan kelompok petani dampingan. Semoga segala betuk kerja keras semua pihak dapat membawa perubahan berkelanjutan bagi masyarakat yang kita layani," tutur Angelina.
Mohammad Lahay, Bupati Tojo Una-Una mengapresiasi WVI yang selama 10 tahun terakhir melakukan pengembangan program di masyarakat secara utuh dan menyeluruh.
"Dalam upaya pengurangan risiko COVID-19, WVI juga hadir mendukung Pemda dan masyarakat. Saya sampaikan terima kasih yang tulus kepada WVI atas kerja sama selama 10 tahun dan hasil-hasil yang telah dicapai. Apa yang telah dilakukan sangat bermanfaat bagi anak dan masyarakat. Kami berkomitmen untuk lakukan perencanaan baik di tingkat desa maupun kabupaten. Kami akan rumuskan dan laksanakan kebijakan di bidang perlindungan anak menuju kabupaten layak anak," ujarnya.
Ditulis oleh: Amanda Putri, Media Relation Wahana Visi Indonesia
*Foto diambil sebelum masa pandemi Covid-19