Anak Papua Wujudkan Mimpi Jadi Dokter di Negeri Tirai Bambu

Anak Papua Wujudkan Mimpi Jadi Dokter di Negeri Tirai Bambu

Wanita muda dengan seragam medis berwarna biru tampak sibuk lalu lalang di koridor rumah sakit, memasuki bangsal demi bangsal, dan memeriksa kondisi setiap pasien di rumah sakit itu. Keramahannya membuat siapa pun cepat akrab dengannya. Ia adalah dokter muda Elkana atau biasa dipanggil Egi (27). Egi sedang menuntaskan tugasnya sebagai co-assistant di salah satu rumah sakit swasta di Makassar, Sulawesi Selatan setelah menyelesaikan kuliah kedokteran di Jiujiang University, Tiongkok. 

Egi berasal dari Kabupaten Keerom, Provinsi Papua. Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sejak kelas dua SD hingga lulus SMA, Egi merupakan anak dampingan Wahana Visi Indonesia (WVI) di Keerom. Selama didampingi oleh WVI, Egi sangat aktif terlibat dalam berbagai kegiatan.

“Banyak sekali aktivitas yang saya lakukan bersama kakak-kakak WVI dulu. Saya menulis surat untuk sponsor, belajar menulis dan bercerita. Saya juga mendapat bantuan berupa peralatan sekolah seperti bolpoin, tas, sepatu. Saya senang sekali waktu itu, apalagi waktu saya menulis surat, menunggu lama dan akhirnya mendapat surat dari sponsor saya waktu kelas lima SD,” kenang Egi. Waktu itu, sponsor Egi berasal dari Kanada dan sudah berusia 92 tahun. Siapa sangka pengalaman mendapat sponsor dari luar negeri ini akhirnya membentuk mimpi besarnya kelak: kuliah ke luar negeri.

Menginjak bangku SMP, Egi lalu mengikuti kegiatan Pendidik Sebaya. Ia bersama empat orang kawan dari sekolah yang sama mengikuti pelatihan di Jayapura. Kegiatan Pendidik Sebaya yang diikuti Egi berfokus pada kesehatan remaja.

“Saya berlatih tentang cara menyampaikan materi tentang kesehatan reproduksi, infeksi menular seksual, HID/AIDS, dan narkoba. Kami melakukan sosialisasi ke teman-teman lain lewat berbagai cara, salah satunya adalah lewat drama. Sosialisasi juga kami lakukan lewat radio. Saya pernah mendapat kesempatan jadi penyiar radio RRI di Jayapura dan Jakarta,” ceritanya, ” Saya mengenal dunia di luar Keerom ya karena WVI. Jadi ketika waktunya saya harus benar-benar keluar dari Papua untuk kuliah, saya sudah tidak kaget lagi karena sudah banyak pengalaman.”

Mimpi kuliah ke luar negeri terwujud ketika Egi lulus dari SMA.  Ia berkesempatan belajar di Jerman selama setahun di jurusan kedokteran umum sebelum akhirnya melanjutkan studi di Tiongkok. Meski sempat pindah negara dengan perbedaan bahasa dan budaya, semangat Egi untuk belajar tak pernah padam.

“Karena aktif di Pendidik Sebaya, saya bertekad jadi dokter. Saya ingin membantu orang-orang sakit di daerah saya. Saya melihat jumlah dokter di Papua masih sangat kurang dan tidak semua orang mau melayani dengan hati. Banyak warga Papua yang sakit tapi masih enggan berobat ke dokter karena berbagai faktor,” jelas Egi bersungguh-sungguh.

Segala yang didapat Egi saat ini berawal dari mimpi kecil lewat perkenalannya dengan sang sponsor anak. Tentunya, ia juga berharap agar anak-anak Indonesia lainnya terutama di Papua memiliki mimpi besar sepertinya.

“Untuk anak Indonesia, kalian semua harus punya mimpi. Mimpi itu kunci. Kalian akan punya target ke depan tentang apa yang mau kalian lakukan. Kalau kalian tidak punya mimpi, kalian tidak punya arah. Jangan memikirkan kata orang lain ‘ah saya orang tidak mampu, ah tingkat ekonomi saya rendah’. Mimpi harus disertai dengan tindakan dan doa karena kalau tidak ya hanya sekadar angan-angan saja. Bagaimana kita bertindak? Ya belajar keras dan ikut kegiatan positif, berkumpul dengan orang-orang positif. Ingat, tidak ada orang susah yang ada hanya orang pemalas,” pesannya panjang.

Egi sangat terharu serta bersyukur dengan pendampingan WVI yang ia dapat sedari kecil hingga remaja. Menurutnya pendampingan ini sangat membantunya mewujudkan mimpinya sekarang, “Terus berjuang, jangan patah semangat kakak-kakak WVI. Karena kalian sumber inspirasi buat kami, anak-anak. Terima kasih WVI!”

 

Ditulis oleh Rena Tanjung, Communications Officer, Wahana Visi Indonesia

 


Artikel Terkait