Anak Tidak Lagi Stunting Berkat Pos Gizi

Anak Tidak Lagi Stunting Berkat Pos Gizi

Stunting merupakan salah satu masalah darurat yang menjadi perhatian besar pemerintah dan juga Wahana Visi Indonesia. Anak yang stunting akan terhambat pertumbuhannya, tidak hanya secara fisik, namun juga otak dan kecerdasannya. Itulah mengapa, WVI melakukan berbagai program untuk mengurangi angka stunting di Indonesia, salah satunya dengan Pos Gizi. 

Ibu Mamik, merupakan ibu dari seorang anak bernama Fikri berusia 3 tahun 7 bulan. Ia merupakan penerima manfaat dari program dampingan WVI sekaligus juga kader Pos Gizi di wilayah Simokerto, Surabaya. Berbagai ilmu telah diperolehnya dari keterlibatannya menjadi kader.  

“Dulu kondisi Fikri saat kecil berat badannya masih sangat kurang sekali. Kebetulan, sejak kecil Fikri tidak mau mencoba makanan baru. Dia tidak mau makan nasi sama sekali sampai dia usia 18 bulan. Sebagai orang tua, tentunya saya cemas bukan main karena dia benar-benar susah sekali diajak makan,” ceritanya.  

Ibu Mamik kemudian menerima bantuan makanan dari WVI melalui proyek Surabaya Nourishing Meals (SNM). Ternyata salah satu makanan yang diberikan berupa mie disukai oleh anaknya Fikri. Hal ini kemudian membuatnya semakin semangat dan terlibat menjadi kader Pos Gizi. Di Pos Gizi, Ibu Mamik mendapatkan pelatihan untuk mengolah makanan yang enak sekaligus bernutrisi untuk anak. Selain itu, ia juga senang karena di Pos Gizi, dia bertemu dengan banyak ibu lainnya, saling berbagi, dan menemukan bahwa orang tua lainnya juga ternyata mengalami hal serupa. Ia merasa tidak sendiri dan bisa saling berbagi satu sama lain.  

“Saya ingat sekali saat ini di Pos Gizi kami belajar masak. Tapi tidak hanya itu, WVI juga mengundang ahli gizi. Dari situ saya mendapatkan banyak sekali ilmu baru. Ahli gizinya bertanya kepada saya untuk mencari tahu kenapa Fikri tidak suka makan. Saya juga baru mengetahui bahwa dalam pertumbuhan anak, tidak cuma makanan saja yang penting, tapi pola asuh dan pola tidur anak juga sangat penting,” sambungnya.  

Ibu Mamik merasa bahwa kegiatan Pos Gizi sangat berguna dan bermanfaat. Program ini juga mengubah dirinya, terutama mengubah pola asuh dan caranya dalam mengolah makanan. Fikri dulunya hanya suka telur dan hanya dibuatkan telur ceplok. Tapi kini Ibu Mamik semakin kreatif mengolah makanan untuk Fikri. Ia belajar menambahkan nutrisi lain seperti wortel, jamur, dan lain-lain ke dalam telur yang disukai Fikri agar lebih bernutrisi. “Saya belajar bahwa makanan tidak harus mahal. Makanan bisa saja murah, tapi yang penting lengkap nutrisinya untuk anak kita,” tuturnya.  

Alhamdullilah setelah ikut Pos Gizi, saya mendapatkan ilmu dan saya praktikkan untuk anak saya sendiri dan tadinya anak saya yang sebelumnya cuma mau makan satu menu, sekarang anak saya makan lebih bervariasi. Ditambah dukungan makanan dari WVI, anak saya sekarang mau mencoba makanan apa saja, dan alhamdullilah berat badannya naik secara drastis,” kata Ibu Mamik bahagia.  

 

 

Penulis: Yuventa (Head of Public Engagement and Communications unit

Penyunting: Mariana Kurniawati (Communication Executive) 


Artikel Terkait