Ayah Siaga dari Sumba Barat Daya

Ayah Siaga dari Sumba Barat Daya

“Gizi anak menjadi hal penting. Sejak kelahiran anak saya yang pertama sudah saya terapkan untuk kebutuhan gizi anak-anak saya. Semua anak-anak saya tidak ada yang gizi buruk termasuk anak saya yang kelima,” ujar Alosius Bulu Delo (37), seorang ayah siaga (siap, antar, jaga) dari Kabupaten Sumba Barat Daya. Bapak Alosius, begitu ia akrab disapa, memiliki lima anak. Anak pertama dan keduanya sudah SMP, anak ketiga dan keempatnya sudah SD, dan anak kelimanya masih balita. Kepala keluarga ini sehari-hari bekerja sebagai petani jagung dan padi. 

Pada satu kesempatan, Bapak Alosius berkunjung ke rumah seorang paman yang bertani tanaman tomat. Ia melihat bahwa keluarganya ini mampu menghasilkan panen tomat yang baik dan menguntungkan. Hal ini memunculkan ketertarikan Bapak Alosius akan peluang bercocok tanam selain padi dan jagung. Setelah ia kembali ke desanya, Bapak Alosius mulai mengembangkan kebun gizi. 

Pada 2022, Bapak Alosius menggarap lahan seluas 120m2. Ia menanam sayur sawi putih. Panen dari lahan ini bisa ia jual dan menghasilkan uang sebanyak Rp 1.000.000,-. Pada tahun 2023, lahan kebun gizi Bapak Alosius meluas menjadi 390m2. Ia pun menambah jenis sayur yang ditanam. Lahan ini merupakan lahan baru dengan bibit-bibit sayur kangkung, kacang panjang, dan wortel. 

“Dulunya saya ambil sayur dari kebun besar yang cukup jauh dan tanaman sayurnya jenis labu, daun pepaya, daun ubi. Selain itu untuk bisa makan sayur kami harus membeli di pasar. Kesulitannya selain jarak tempat kami ambil sayur yang jauh, juga tanaman sayurnya yang sama, jika beli di pasar harga sayur juga mahal dan tidak segar lagi. Oleh karena itu saya pun membuat kebun gizi hasil belajar dari Oom dan juga hasil pendampingan Wahana Visi Indonesia. Sehingga sampai saat ini untuk mendapatkan sayur bergizi tidak perlu jauh-jauh karena semua sudah tersedia di samping rumah saya sendiri,” cerita Bapak Alosius. Selain WVI, kebun gizi Bapak Alosius juga merupakan dukungan dari Dana Sosial BNP Paribas IDX30 Filantropi Tahun 2022.

Bapak Alosius adalah sosok ayah yang paham dan turun tangan untuk menjaga kebutuhan gizi anak-anaknya. Menurut Bapak Alosius, gizi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak sehat tentu akan pintar. Penyediaan dan pengawasan makanan yang diberikan pada anak merupakan tanggung jawab semua pihak. Bukan hanya ibu, tapi ayah juga berperan penting. Selain itu, pengasuh, kader Posyandu, tetangga, juga masyarakat sekitar yang menjadi lingkungan terdekat anak juga berperan untuk memantau makanan yang diberikan pada anak. 

“Setelah ada kebun gizi anak-anak saya semua makan sayur apalagi sayurnya sudah tersedia di samping rumah. Saya pun menjual sayur-sayuran dan tomat untuk  bisa membeli ikan segar atau telur,” ujar Bapak Alosius. Sekarang, Bapak Alosius bisa menyediakan makanan bergizi seimbang untuk anak-anaknya. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), saat pertemuan media yang bertajuk “Jajanan Anak dan dan Kesehatan Anak” (17/1), menyatakan bahwa momen menjelang Hari Gizi Nasional ini menjadi alarm darurat untuk pemenuhan asupan protein hewani yang dapat mencegah anak terkena stunting. 

Kebun gizi Bapak Alosius membuktikan bahwa tumbuh-kembang anak balitanya sesuai dengan grafik pertumbuhan anak. Berdasarkan data Posyandu terakhir, anak balita Bapak Alosius yang berusia dua tahun memiliki berat 12 kg dengan tinggi 90 cm. Sepiring makanan bergizi seimbang selalu tersedia untuk anak-anak Bapak Alosius. Sayurnya dari kebun gizi sendiri, ikan dan telurnya dari hasil penjualan sayur kebun gizi sendiri. 

Saat ini, kebun gizi Bapak Alosius masih mendapat dukungan bibit dari Wahana Visi Indonesia. Namun lahan, pengelolaan, dan pemeliharaannya dilakukan oleh Bapak Alosius. Pemerintah desa tempat Bapak Alosius tinggal pun turut mendukung aktivitas ini. Hasil yang dicapai Bapak Alosius menjadi contoh baik untuk ayah-ayah lainnya. Terutama karena isu stunting menjadi fokus utama untuk Kabupaten Sumba Barat Daya. 

Berdasarkan data balita yang mengikuti penimbangan Posyandu di wilayah dampingan WVI untuk area Sumba Barat Daya, prevalensi balita stunting tercatat sebanyak 20%. Data ini diperoleh dari penimbangan bulan Februari dan Agustus 2022. Kondisi ini masih mengkhawatirkan mengingat kondisi stunting berkaitan erat dengan penurunan kemampuan kognitif anak di kemudian hari. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas. 

Kebun gizi Bapak Alosius merupakan aksi nyata bagaimana seorang ayah dapat menjadi penentu dan penjamin pemenuhan gizi anak. Satu keluarga sehat, satu keluarga pintar. Satu desa sehat, satu desa pintar.

 

Sumber :

https://www.antaranews.com/berita/3352689/hari-gizi-nasional-alarm-darurat-tingkatkan-pengawasan-makanan-anak#:~:text=Jakarta%20(ANTARA)%20%2D%20Ikatan%20Dokter,meningkatkan%20pengawasan%20terhadap%20makanan%20anak

https://p2ptm.kemkes.go.id/post/stunting-ancaman-generasi-masa-depan-indonesia#:~:text=Stunting%20berpotensi%20memperlambat%20perkembangan%20otak,diabetes%2C%20hipertensi%2C%20hingga%20obesitas

 

Penulis : Mariana Kurniawati (Communication Executive) 

Kontributor : Imanueljitro Millameza (Staff Kantor Operasional Sumba Barat Daya)


Artikel Terkait