Berada di Tempat Terpencil, Anak Desa Ini Punya Akta Kelahiran

Berada di Tempat Terpencil, Anak Desa Ini Punya Akta Kelahiran

Siapapun yang datang ke salah satu desa dampingan Wahana Visi Indonesia (WVI) ini akan berdecak kagum karena pemandangan alamnya yang indah sekalipun desa ini masuk dalam kategori desa terpencil. Namun, di balik keindahan alam desa ini, tidak banyak yang tahu bahwa masyarakat dan anak-anak di desa ini masih belum memiliki dokumen resmi kependudukan seperti Akta Kelahiran.

Berada di daerah pegunungan di Kecamatan Marawola Barat membuat desa ini jauh dari berbagai akses terhadap layanan pemerintah baik kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Bahkan infrastrukstur di desa ini juga memprihatinkan karena akses jalan yang rusak dan sering terjadi longsor yang membuat akses ke desa ini kian sulit. Kondisi ini yang membuat warga desa sulit menuju kota untuk mengurus dokumen kependudukan.

Masyarakat pun belum melihat pentingnya dokumen kependudukan tersebut. Masyarakat biasanya akan mulai berpikir mengurusnya jika anak-anak mereka akan masuk bangku sekolah.

Desa ini telah didampingi oleh WVI sejak 2021 dan mulai aktif melakukan diskusi untuk menemukan isu-isu anak dan orang-orang yang mau berkontribusi untuk kesejahteraan anak-anak. Dari hasil diskusi yang telah berjalan selama ini, ternyata tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemerintah desa melihat Akta Kelahiran merupakan hal yang penting dan wajib dimiliki oleh setiap anak.

Melalui kesepakatan yang disepakati bersama maka para perangkat desa bersama WVI Area Program Sipado melakukan gerakan bersama untuk pengadaan Akta Kelahiran dan berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sigi.

 “Sebelumnya banyak anak-anak bahkan orang dewasa yang ada di desa kami yang belum memiliki Akta Kelahiran. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih lanjut. Iya, sekolah-sekolah ternyata meminta Akta Kelahiran sebagai dokumen pendukung pendaftaran. Kami sadar kami butuh itu tapi tidak tahu bagaimana caranya. Syukurlah Wahana Visi Indonesia datang dan bimbing kami untuk bagaimana mengurusnya,” ujar Lisyawati (44) yang merupakan Relawan Sosial Peduli Anak WVI di desa tersebut.

Lisyawati bercerita, dirinya dan para kader serta staf WVI melakukan pengumpulan data anak dari rumah ke rumah. Pekerjaan ini akhirnya mendapatkan hasil 85 Akta Kelahiran dibagikan kepada masyarakat.

Dirinya berharap melalui proses ini anak-anak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa khawatir terkait dokumen pendukung pendaftaran.

“Dengan demikian semakin banyak anak yang sukses dan bisa menjadi agen perubahan di desa ini,” pungkasnya.

 

Ditulis oleh: Satrian Sambolangi, PJI Marawola Barat Area Program Sipado, Wahana Visi Indonesia


Artikel Terkait